Satu-satunya berjenis kelamin perempuan di keluarga Alexander membuatnya begitu dijaga dan disayangi oleh orang terdekatnya. Dari jarak jauh Adelia selalu mendapatkan pengawasan oleh saudara kembarnya dengan mengirimkan seseorang untuk selalu mengawasi kegiatannya.
Adelia gadis yang mandiri dan begitu ramah oleh orang yang dikenalnya. Tidak terlalu mementingkan kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki oleh orang tuanya. Adelia hanya gadis sederhana dan mampu membantu sesamanya.
Menjadi sosok kesayangan dalam keluarganya, tidak membuatnya menjadi manja dan menginginkan ini itu. Di umur yang menginjak 17 tahun, Adelia mendapatkan kado terindah dari ayahnya, yakni berupa rumah sakit megah yang selalu ia impikan, dan kelak akan menjadi tempat berkarir nya dikemudian hari.
Akhirnya mimpinya pun diijabah oleh Tuhan, sekarang Adelia menjadi pemimpin rumah sakit tersebut yang bernamakan Rumah sakit Adelia. Dia pun berkarir dengan bidangnya sendiri yakni sebagai dokter spesialis anak.
Setiap pagi Adelia menjalankan aktivitasnya dengan baik. Seperti biasa, dia selalu saja bangun lebih awal, sehabis menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, Adelia akan melakukan olahraga kecil di dalam kamarnya.
Selepas itu, ia pun segera membersihkan tubuhnya untuk bersiap-siap ke rumah sakit. Dengan busana muslimah+ cadar yang selalu bertengger di kepalanya membuatnya menjadi gadis sholehah dan memiliki pribadi yang baik.
Adelia kembali melihat penampilannya di dalam cermin, sudah hampir sepuluh tahun lebih ia mengenakan cadar. Setelah dirasa perfect, Adelia segera melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.
Tampak di meja makan keluarganya sudah berkumpul. Adelia segera bergabung bersama mereka.
"Pagi ayah, bunda" ucap Adelia tersenyum di balik cadarnya.
"Pagi sayang" ucap Darren tersenyum hangat kepada putrinya.
Adelia mengambil beberapa potongan sandwich dan buah jeruk di piringnya.
"Kak Lio mana bunda? mengapa tidak sarapan bersama" ucap Adelia, lalu meminum susu hangat buatan bundanya.
"Sepertinya Lio masih siap-siap di kamarnya nak" ucap Ziva yang sedang melayani suaminya sambil mengambil potongan sandwich di piringnya.
"Sudah cukup sayang" ucap Darren tersenyum sambil memegangi tangan istrinya.
"Eeh maaf mas" ucap Ziva tersipu malu yang baru sadar dengan ulahnya.
Adelia hanya mampu tersenyum melihat tingkah laku kedua orang tuanya yang selalu saja terlihat harmonis.
Sementara di lantai tiga, Adelio baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Jubah mandi masih melekat di tubuh atletisnya yang sedang bertelepon ria dengan seseorang.
"Jalankan misi kalian malam ini! aku tidak ingin gagal dalam misi kali ini, apa kau paham!" ucap Adelio tegas yang sama sekali tak main-main dengan ucapannya.
"Siap ketua" ucap seseorang diujung telepon dengan suara bergetar hebat.
Adelio segera mematikan sambungan teleponnya, ia pun bergegas masuk ke ruang ganti untuk mengenakan setelan jasnya. Hanya 15 menit Adelio sudah rapi dengan setelan jasnya dan terlihat begitu wibawa.
Terakhir dia hanya perlu merapikan tatanan rambutnya. Setelah penampilannya di rasa sempurna yang mampu memikat para gadis di luaran sana. Adelio lalu bergegas menyambar ponsel dan dompetnya di atas nakas, kemudian melangkahkan kakinya menuju lift yang akan membawanya ke lantai dasar.
Para pelayan wanita yang berpapasan dengannya hanya mampu menundukkan pandangannya dan batinnya menjerit histeris melihat sosok majikannya yang begitu tampan.
Sedangkan Adelio hanya berjalan santai dengan gaya angkuhnya dan sama sekali tidak mempedulikan mereka.
"Pagi semuanya " ucap Adelio lalu bergegas duduk di samping kursi ayahnya.
Mereka semua yang berada meja makan ikut menyapanya dan sangat senang bisa sarapan bersamanya.
"Pagi nak tampan bunda" ucap Ziva lalu mengambil sarapan untuk putranya.
"Pagi kak Lio, aku duluan ya" ucap Adelia yang baru saja menghabiskan sarapannya.
Adelia mulai bangkit dari kursinya, namun Adelio kembali menghentikannya.
"Kita barengan saja, kebetulan aku sudah lama tidak mengantarmu ke rumah sakit" ucap Adelio sambil meliriknya.
"Emm baiklah, jika tak merepotkan mu" ucap Adelia yang memilih mengurungkan niatnya.
"Benar yang diucapkan kakakmu nak, sekali-kali Lio mengantarmu ke rumah sakit" ucap Darren yang juga ikut membenarkan ucapan putranya.
Adelio mulai menikmati sarapannya dengan tenang. Selesai sarapan bersama, mereka mulai berpamitan kepada ayah dan bundanya.
Mereka berjalan bersama-sama menuju pintu utama. Tampak mobil sport hitam sudah siap di halaman rumah.
"Sore nanti, aku akan kembali menjemput mu" ucap Adelio, lalu membukakan pintu mobil untuk kembarannya.
"Oke deh, siap kak Lio" ucap Adelia, lalu bergegas masuk ke dalam mobil.
Adelia duduk tenang di samping kemudi sedangkan Adelio mulai menyalakan mesin mobilnya lalu menancap gas meninggalkan kediamannya.
"Pekan depan, ayah mengundang papa Fino dan mama Milan untuk berkunjung ke rumah. Ayah berencana untuk membuat pesta sederhana untuk menyambut kedatangan mereka " ucap Adelia yang mulai angkat bicara.
"Oh, sepertinya aku tidak bisa mengikuti pesta itu. Kebetulan aku harus keluar kota untuk meninjau langsung pembangunan apartemen" ucap Adelio yang begitu fokus mengemudikan mobilnya.
"Tolong, usahakanlah menyempatkan waktu mu kumpul bersama keluarga" ucap Adelia yang terlihat memohon sambil memegangi lengannya.
Adelio hanya melirik kembarannya, dan kembali fokus mengemudikan mobilnya.
"Hemm, aku akan usahakan hadir. Jangan pernah lagi memohon seperti itu" ucap Adelio tersenyum tipis.
"Aku tidak akan melakukannya lagi, kecuali kepada kak Lio" ucap Adelia tersenyum di balik cadarnya.
Adelio tersenyum tipis, sungguh ia begitu menyayangi kembarannya dan tak bisa menolak permintaannya. Sejak dulu dia selalu melakukan hal tersebut.
Tak terasa mobil yang membawa mereka tiba di rumah sakit Adelia.
"Terima kasih kak Lio, hati-hati dijalan" ucap Adelia sambil memukul kecil lengan Adelio.
"Hemm"
Adelia bergegas turun dari mobil sambil menjinjing tas kerjanya beserta jas putihnya. Setelah itu dia pun kembali menatap kepergian kembarannya, sedangkan Adelio menurunkan kaca mobilnya hingga tak sengaja mengedipkan matanya ke arah Adelia.
Namun siapa sangka, beberapa dokter cantik yang tidak jauh dari Adelia begitu terpanah melihat ketampanannya.
Adelio langsung menancap gas meninggalkan tempat tersebut, sungguh dia paling benci berurusan yang namanya wanita. Sedangkan Adelia memilih melangkahkan kakinya menuju pintu masuk, namun rekannya kembali menghadangnya.
"Dokter Adelia, siapa pemuda tampan tadi, aku belum pernah melihatnya?" ucap rekan dokternya yang begitu penasaran dengan pemuda tadi.
"Hehehe, pemuda yang mana ya?" ucap Adelia yang berbasa-basi.
Pasti mau kepoin kak Lio. Batin Adelia yang sudah menduganya.
"Pemuda tadi yang di sana" ucap rekannya sambil menunjuk kearah pemuda tadi, namun mereka tak lagi melihat mobil pemuda tampan tersebut.
"Maaf, aku banyak kerjaan, para pasien pasti menunggu ku" ucap Adelia, lalu bergegas meninggalkan mereka.
Jika dia masih meladeni rekan-rekannya, bisa-bisa pembahasannya tak ada habisnya dan semakin bercabang-cabang tanpa ada ujungnya.
Adelia berjalan tergesa-gesa menuju ruangannya hingga tak sengaja ia bersenggolan dengan seseorang di lorong rumah sakit.
"Maaf" ucap Adelia cepat.
Orang tersebut hanya menatapnya dingin dengan penampilan yang cukup aneh dan masih saja menatap intens Adelia. Sedangkan Adelia bergegas kembali berjalan menuju ruangannya.
Orang tersebut menyeringai dibalik topeng yang ia kenakan.
"Aku sudah menemukannya" ucapnya, lalu bergegas mengikuti Adelia.
Bersambung.....
Terima kasih yang sudah mampir 🙏🙏🙏
Terus dukung author ya, jangan lupa like, love, komen dan vote yang sebanyak-banyaknya 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Mardi Anah
Oh semoga Adelia bisa berjodoh dg Raka yg tampan
2022-05-28
1
Fatma
👍👍👍👍
2022-03-19
1
Ros
keren abissss thor👍
2022-02-13
1