Bab ini mengandung nganu gaesss....
jadi kalau kalian juga rada-rada panas siapkan kipas angin sama es batu ya 😂 saya tak tanggung jawab....
Happy Reading....
Lorong rumah sakit itu tampak sepi di jam 10 malam. Perempuan berpakaian khas suster itu tampak memejamkan matanya sambil duduk di bangku besi depan ruang vip.
"Suster Kinar!"
Kinar yang sedang memejamkan matanya dengan posisi duduk di bangku besi terkejut. Ia menoleh linglung, dan netranya langsung bertemu dengan netra tajam Dokter Radit.
"Ke ruang saya!"
Setelah mengatakan itu, sang dokter segera berjalan lebih dulu. Kinar sempat bingung, tapi segera menyusul langkah Radit dengan cepat. Mereka sampai di ruangan Radit 5 menit kemudian. Kinar ikut masuk ke dalam ruang berukuran cukup luas itu. Ada meja kerja lengkap dengan kursinya, dan sofa panjang dengan meja kaca.
Klik
Suara pintu yang terkunci membuat Kinar menoleh ke arah pintu. Ia menatap Dokter Radit semakin kebingungan. Ada apa? Apa yang ingin lelaki ini katakan?
"Ehm, ada apa, Dok?" tanya Kinar memperhatikan lelaki itu yang membuka sneli dokternya, lalu menggulung lengan kemejanya. Pemandanagn itu begitu memukau bagi Kinar. Bagaimana ia bisa melihat lengan berotot lelaki itu. Oh, dan tentu saja di balik kemeja biru muda lelaki itu ada dada bidang dan otot perut yang begitu sempurna.
"Dokter lagi? Bukannya sudah saya katakan jika hanya ada kita berdua ganti panggilan itu, saya tidak suka!"
Kinar yang tadi memperhatikan Dokter Radit merengut. Ia masih berdiri di depan meja lelaki itu. Sedangkan, Radit duduk di kursinya dengan angkuh. Kok Kinar kesal, ya? Pengen jambak lelaki itu kalau boleh. Ia masih mencoba membuat matanya yang mengantuk ini agar tak terpejam, eh lelaki ini malah memanggilnya dan bersikap angkuh begini.
"Ehm, ada apa ya, Mas?" tanya Kinar lagi, menanti jawaban. Ada apakah gerangan ia diajak ke sini?
"Sini!"
"Hah?" tanya Kinar tak mengerti.
Radit tampak mendengus kesal. Ia menggerakkan jarinya agar Kinar mendekatinya. Kinar yang mulai paham maksudnya, segera berjalan lebih dekat dengan posisi lelaki itu.
Sekarang posisi Kinar berdiri menempel di depan meja Dokter Radit. Lagi-lagi Radit mendengus.
"Sini, Kinar! Bukan di situ!" ucap Radit datar menunjuk sisi kosong di samping kursinya.
Kinar pun menurut. Tak mau membuat lelaki itu murka nantinya.
"Mas!" pekiknya terkejut karena Radit menarik tangannya, sehingga posisinya sekarang berada di pangkuan lelaki itu.
"Berisik, Kinar!" Suara datar lelaki itu membuat Kinar terdiam. Ia membiarkan saja ketika lengan lelaki itu melingkari pinggangnya.
"Emm, Mas! I-ini rumah sakit!" Kinar bersuara terbata ketika Radit menyentuh lehernya dengan sentuhan ringan jemari lelaki itu.
"Kamu belum hamil, kan? Jadi saya harus rajin biar cepat prosesnya," ucap Radit datar.
"Ta-tapi ini rumah sakit!"
"Ruangan saya gak ada CCTV dan pintunya sudah dikunci. Jadi, semuanya aman, Kinar!"
Kinar tak bisa bersuara lagi. Ia menahan suaranya ketika cuping telinganya di goda oleh Dokter Radit. Belum lagi bibir lelaki itu yang dengan lihai mengajak bibir nya bergelut. Perlakuan Dokter Radit tak pernah kasar meski kadang ucapan nya suka nyelekit.
"Mas!" Kinar tanpa sadar mengekuarkan suara anehnya ketika lelaki itu menggoda bagian depan tubuh atasnya dengan jemari kekar nya.
Oh Kinar bisa gila dengan semua godaan ini. Kantuk yang tadi ia rasakan telah hilang berganti sesuatu yang minta dipuaskan.
"Ah...."
Radit menyeringai tipis mendengar suara lembut de sah wanita yang duduk di meja kerjanya. Sedangkan lelaki itu sendiri masih duduk di kursinya. Kedua kaki perempuan itu terbuka di depan nya.Pemandangan yang membuat Radit berkali-kali menelan salivanya melihat delima merah muda itu.
"Emm, Mas!" pekik Kinar ketika jemari Dokter Radit kini menggoda titik sensitif bagian bawahnya. Oh, ini gila. Bagaimana bisa mereka melakukan nya di ruangan lelaki ini.
"Suka, eh?" Radit masih berwajah datar ketika menyuarakan kalimat itu.
Kinar menggeleng. Menggigit bibirnya agar tak mengeluarkan suara aneh itu. Ia malu, apa lagi posisi nya yang begitu tak sopan ini.
"Mas, hen-hentikan!" ucap Kinar bergetar. Ia tak sanggup, menahan sesuatu yang sepertinya ingin meledak dari dirinya.
"Mas... ak-aku, ah...."
Kinar mengatur napasnya yang memburu ketika pelepasan itu ia dapatkan hanya dengan godaan jemari lelaki itu. Sedangkan, Dokter Radit menarik tangannya dari bawah tubuh sang istri yang tampak terkulai dengan napas berkejaran.
"Mau coba gaya baru, Kinar?" tanya lelaki itu bangkit dari tempat duduknya. Sedangkan, Kinar segera menurunkan kakinya yang ada di atas meja. Segera merapikan rok nya yang tersingkap. Oh, ini gila!
Kinar tak menjawab. Masih mengatur napasnya dan degup jantung yang menggila. Ia menilik Dokter Radit yang tampak membuka kancing-kancing kemejanya dengan tatapan lekat tak berpaling dari Kinar yang masih duduk di atas meja kerjanya dengan kedua kaki menjuntai.
"Ki-kita benar-benar akan melakukan nya di sini, Mas?" Kinar masih tak percaya akan kejadian beberapa menit lalu. Sekarang, melihat sang dokter yang berstatus suami nya itu mulai melepaskan kemeja nya ia baru tersadar jika mereka akan melanjutkan ke sesi berikut nya.
"Tentu!" sahut Doktet Radit berjalan kembali mendekati Kinar. Diam-diam lelaki itu mengagumi wajah memerah perempuan di depannya. Belum lagi, kancing-kancing baju suster nya yang telah tadi ia buka tampak memperlihat kulit putih mulus perempuan itu.
Radit membimbing kedua tungkai wanita itu melingkari pinggang nya. Lalu keduanya tampak saling melempar tatapan yang sama-sama menyimpan gelora itu. Radit menunduk, mengabasen bi bi r sang istri yang sudah tampak membengkak karena ulahnya.
"Kita coba gaya baru, Kinar!" bisikan itu diikuti pekik terkejut Kinar ketika tubuhnya di balik membelakangi lelaki itu. Lalu pekik itu diganti dengan de s a h suara keduanya yang memenuhi ruangan.
...****...
"Istirahatlah dulu di sini. Besok pagi saya bangunkan," ucap Dokter Radit membenahi pakaian nya. Diliriknya Kinar yang juga membenahi pakaian. Jam dinding di ruangan nya sudah menunjukkan tengah malam. Ini jam nya para suster jaga beristirahat. Sebenarnya, Radit sudah bisa pulang jam 10 tadi, tapi begitu netranya melihat Kinar, ia jadi mengurung kan niatnya. Lagi pula di apartemen ia akan sendirian.
"Eh, saya ke ruang istirahat khusus saja, Mas." Kinar menyahut sambil membenahi rambutnya.
"Dengar apa kata saya, Kinar. Tidur di sini saja, ada kamar di situ!" tunjuk Dokter Radit pada pintu cokelat yang tertutup di belakang kursi kerjanya.
"Ta--tapi, Mas kan mau pulang?" ucap Kinar, dengan netra mengikuti gerakan lelaki itu yang menyusun kertas-kertas yang berserakan di meja kerja nya. Oh, dan itu ulah mereka. Kinar kembali memerah mengingat kejadian panas barusan.
"Saya pulang dini hari nanti. Kamu bisa tidur di kamar situ, saya akan tidur di sofa," ucap Radit kembali pada mode datar.
Kinar mengangguk. Melangkahkan kakinya yang masih lemas ke arah pintu kamar, membuka pintu itu dan ia menemukan ranjang kecil yang hanya muat satu orang itu. Kinar merebahkan dirinya di sana. Melemaskan otot-otot nya yang tegang, rasanya nyaman sekali bertemu kasur. Tak butuh waktu lama, ia telah memejamkan mata.
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
punya suami dokter, pusing juga siri nya ini😜
2024-04-20
1
Naa
/Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile/
2024-01-01
0
anita
wajah dr radit k9k bisa ya pas lg ngos2an tp ttep datar
2023-12-28
1