Tepat di hari ketiga Dokter Radit di Bandung. Namun, sampai tiga hari ini, lelaki itu tak sekali pun menghubungi Kinar. Serius deh, Kinar itu sudah galau banget pengen ditanyain kabar atau sekedar tanya sudah makan belum. Eh, tapi Kinar sepertinya lupa jika yang menjadi suaminya itu si Tuan Dokter berhati es, yang gak peka dan gak berperasaan.
Malam ini, Kinar kembali menunggu nada dering panggilan dari handphonenya, tapi hingga jarum jam sudah menunjuk angka 9 tak ada satu pun panggilan dari Dokter es itu. Padahal kan anak dikandungannya ini kangen loh sama bapaknya. Eh, atau dirinya yang kangen, ya? Tau ah Kinar gengsi dong ngaku kangen dengan lelaki es itu.
Namun, saat Kinar mulai mengantuk, nada dering panggilan itu masuk ke ponselnya. Entah karena ada ikatan batin atau hanya sebuah kebetulan saja, yang menelepon benar-benar si Dokter es itu. Tanpa menunggu lama, Kinar segera menerima panggilan itu.
"Halo, Mas!" sapa Kinar kelewat antusias.
"Halo!" ucap Kinar lagi karena tak ada sahutan di seberang telepon sana.
"Sudah makan?" tanya Dokter Radit di seberang telepon.
"Sudah, Mas. Ehm, Mas sendiri sudah makan?" tanya Kinar menggigit bibir menahan senyum yang ingin terkembang mendengar suara lelaki itu.
"Sudah. Vitamin sama susu sudah diminum?"
"Sudah semua, Mas!" sahut Kinar lagi.
"Sudah, kan?"
"Hah? Maksudnya, Mas?"
Pertanyaan aneh dari Dokter Radit itu membuat Kinar bingung. Sudah apaan maksud lelaki itu?
"Dari kemarin malam kamu terus ngoceh sendiri. Ngocehin saya yang gak peka dan gak ada teleponin kamu sekedar buat tanya-tanya udah makan belum. Kalau kamu memang kangen, kenapa gak kamu sendiri saja yang duluan telepon saya?"
Sahutan dari Dokter Radit di telepon itu membuat Kinar langsung membolaka netranya kaget. Loh, darimana lelaki itu tahu? Apakah lelaki itu memasang kamera pengawas dan alat penyadap? Gila! Jadi, selama ini dia ngoceh sendirian di apartemen semuanya diketahui oleh lelaki itu?
"Kinar!"
"Iya, Mas?" sahut Kinar tiba-tiba gugup. Duh, dia malu loh ini.
"Jadi, kangen saya gak?"
"Kinar!"
"Sudah mengantuk, ya? Saya tutup ya teleponnya kalau begitu!"
"Kangen, Mas! Baby nya yang kangen!" sahut Kinar cepat.
"Oh, ya? Bukannya kamu?"
"Nggak! Saya cuma khawatir saja karena Mas gak ada kabar sejak keberangkatan beberpaa hari kemarin," jawab Kinar menyangkal. Gengsilah, ia mengaku merindukan lelaki itu, yang mungkin saja si dokter itu tak juga mempunyai perasaan yang sama dengannya.
"Ya sudah. Saya tutup teleponnya, Kinar. Selamat malam!"
"Iya, Mas. Selamat malam juga. Hati-hati di sana!" sahut Kinar.
Setelah itu panggilan telepon pun diputus. Kinar yang tadi posisnya duduk di atas ranjang, kini memilih membaringkan diri. Menatap langit-langit kamar, senyum perempuan itu tersumir samar. Perasaannya sedikit lega dan plong setelah mendengar suara si dokter itu. Tak sampai sepuluh menit, netra perempuan itu terpejam menyelami mimpi.
...*****...
Kinar yang sedang berjalan memasuki gedung rumah sakit, tak sengaja berpapasan dengan Ibu Sonia. Kinar sudah menampakkan senyum ramahnya seperti biasa, tapi Ibu Sonia hanya melewatinya tanpa menoleh sedikit pun pada Suster Kinar.
"Kok sedih, ya!" gumam Kinar memilin jemari, menolehkan kepala menatap punggung Ibu Sonia yang semakin berjalan menjauh.
Kinar menghela napas, menetralkan perasaannya. Lalu, meneruskan langkahnya untuk segera menjalankan tugas. Saatnya ia melupakan dulu hal-hal yang membuatnya sedih dan galau itu, dia harus fokus dulu pada tugas dan pekerjaannya. Nanti, jika saatnya tiba ia atau Dokter Radit sendiri yang akan menjelaskan pada wanita baya itu. Semoga saja ada titik terangnya hubungan ini.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Bunda Aish
gemezz 😬
2024-01-07
1
anita
q udahbc k 2 x nya
2023-12-29
0
anita
knp ya q kok suka bnget cerita ini gemes sm radit yg tanpa ekspresi
2023-12-29
0