Ziva mengerjabkan matanya perlahan, lalu mulai mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan. Ziva langsung bangkit karena begitu kaget dengan ruangan bernuansa putih yang tidak asing baginya.
"Aw!" Ringis Ziva kala merasakan sakit pada bagian perutnya.
"Kita bertemu lagi, Nona Zivanya," sambut Dokter Adit yang ternyata mengenali Zivanya.
Ziva menengadah, menatap Dokter Adit lama, berusaha mengingat siapa pria berwajah tampan dengan jubah putih dihadapannya kini. Lama Ziva memutar satu persatu memori yang tersimpan di otaknya.
Namun, dia sama sekali tidak bisa mengingat apa pun kejadian di masa lalu dengan pria di hadapannya itu. Tapi, satu yang pasti, Ziva merasa tidak asing dengan wajah tampan nan manis itu.
Dokter Adit berdiri santai di samping Ziva, pria dengan lesung pipi manis itu terlihat menautkan kedua alisnya kala melihat Ziva yang berusaha mengingat.
"Kejadian lima tanun lalu."
Mata Ziva membulat, bola matanya seakan keluar dari tempatnya, Ziva menutup mulut dengan kedua telapak tangan kala terkejut dengan ucapan Dokter tampan di hadapannya.
Tergesa-gesa Ziva turun dari ranjang, dia ingin segera kabut, melarikan diri dari ruangan berbau obat itu.
"Nona tidak bisa melarikan diri dari saya," cegat Dokter Adit mendorong perlahan Ziva hingga kembali terbaring ke atas ranjang.
"Tolong biarkan saya pergi, Dokter. Saya mohon jangan terus menyalahkan saya, saya juga telah mempertanggung jawabkan semua perbuatan saya, saya sudah mendekam di penjara selama tiga tahun dan bahkan saya kehilangan kedua orang tua saya. Apakah masih kurang? Saya mohon jangan hukum saya lagi, Dokter. Ampun, Saya mohon jangan hancurkan hidup saya lagi. Sudah cukup, biarkan saya tetap hidup kali ini," tangis Ziva pecah membuat Dokter Adit merasa iba melihat kondisi gadis malang yang terus memohon padanya.
Dokter Adit terdiam, walau wanita yang terus menangis ini adalah penyebab kecelakaan yang menyebabkan sahabatnya menderita impoten. Tapi, kondisi gadis bertubuh kurus itu juga cukup membuatnya merasa begitu kasihan.
Bagaimana pun, dia tahu bagaimana perjuangan gadis kurus itu berjuang untuknya sendiri bahkan juga berjuang untuk kesembuhan sahabatnya, Lolan.
Tanpa siapa pun ketahui, Ziva sudah mendonorkan salah satu ginjalnya untuk Lolan yang kala itu mengalami kerusakan parah di bagian ginjalnya.
Namun, Ziva tidak ingin siapa pun mengetahuinya karena Ziva sadar kecelakaan itu terjadi karena kelalaian Ayahnya. Dan dia ingin mempertanggung jawabkan serta menembus dosa Ayahnya atas kerelaan hatinya. Untuk itulah dia menyembunyikan kebenaran itu.
Yang mengetahui kebenaran itu hanya Dokter Adit. Sesuai perjanjian, Dokter Adit juga menutupi kebenaran tentang dirinya yang telah mendonorkan ginjalnya untuk Lolan.
"Nona Ziva tenanglah, saya tidak akan membuat Nona dalam masalah lagi. Saya menahan Nona karena ingin menginformasikan tentang kondisi kesehatan Nona Ziva sendiri," jelas Dokter Adit membuat Ziva menengadah menatap sayu Dokter Adit yang juga menatapnya.
"Jadi, Dokter tidak ingin memberikan saya kepada Sahabat Dokter. Tapi, Dokter ingin memeriksa kesehatan saya?" Ziva menyeka air matanya karena merasa sedikit lega.
"Yap, benar sekali. Untuk itu tenangkan diri Nona," pinta Dokter Adit dan Ziva pun menurut dengan menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan.
"Bagus, sekarang dengarkan saya baik-baik," Ziva mengangguk dan siap mendengarkan ucapan Dokter Adit yang mampu membuat jantungan berdegub kencang karena merasa tidak siap dengan kenyataan yang mungkin akan membuatnya semakin menderita atau malah sebaliknya.
"Nona mengalami....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
tati H.I
deg degan ada dgn Ziva ya...
2022-11-21
1
Rahma Q
kasian ziva, 😭😭😭😭
2022-08-28
0
siccasiccasic
Duh kasian Ziva.. Orang dengan satu ginjal kan gabisa capek dikit emang
2022-07-04
0