Ziva berjalan gontai menyusuri lorong-lorong rumah sakit hingga tiba di parkiran. Ziva mengambil sepedanya, mengenakan helem, naik ke atas sepeda dengan perlahan dan mulai mengayuh dengan pikiran yang tidak menentu.
Selama di perjalanan, Ziva terus memikirkan tentang penyakitnya, juga tentang apa saja yang akan dia lakukan untuk menjadi seorang Asisten Dokter. Ziva lupa mengatakan kepada Dokter Adit kalau dirinya tidak punya pengamalan tentang menjadi seorang Asisten.
"Aaaakhh!"
BRAAKKK!
Karena terlalu banyak melamun, Ziva tak sadar bahwa sudah berada di perlintasan lampu merah, hingga akhirnya Ziva kehilangan keseimbangan dan tak sengaja menabrak sebuah mobil mewah yang berhenti di hadapannya.
Ziva tergeletak tak berdaya di aspal jalan dengan lecet di betis juga kedua lengannya. Tak ada satu pun orang yang bersedia menolongnya, Ziva hanya dapat memendam rasa perih pada luka juga sakit di hatinya seorang diri.
Saat ini, Ziva masih terduduk dengan tangisan yang semakin lama semakin kencang. Ziva menangis bukan karena rasa sakit yang kini dia rasakan, bukan juga menangisi salah satu ban sepedanya yang telah menggelinding jauh darinya. Tapi, Ziva menangisi karena sakit yang luar biasa dia rasakan di hatinya yang lebih terluka.
Lihatlah, dia tidak salah bukan? Tuhan memang tidak menyukainya. Lihatlah sekarang dirinya kembali diberikan cobaan dan penderitaan. Saat dirinya terluka bahkan hingga meregang nyawa sekali pun, tidak ada satu pun yang peduli dengan keadaannya. Benar-benar tragis. Ziva benar-benar berada di titik paling bawah, dia selalu menyalahkan Tuhan, padahal semua yang terjadi adalah karena kecerobohannya sendiri.
"Syukurlah mobil kesayangan Tuan Lolan tidak lecet. Bisa-bisa dipenggal kepalaku kalau sampai lecet," oceh seorang pria berseragam formal yang terus memeriksa mobil mewah yang tadinya Ziva tabrak.
Mendengar ocehan itu, Ziva menengadahkan kepalanya dengan rentetan air mata yang masih terus mengalir. Tepat saat Ziva menatap pria tampan dengan bola mata merah itu, pria itu juga menatapnya kaget.
"Astaga!" Pekik pria sangar dengan mata merah itu membuat Ziva berhenti menangis karena kaget.
"Wanita lemah dan rapuh benar-benar paling buruk ketika menangis," ujarnya mengalihkan pandangan karena paling pantang baginya melihat seorang wanita lemah menangis.
Pria sangar bermata merah itu mendekat pada Ziva, membantu Ziva berdiri, kemudian memapah Ziva hingga tiba di trotoar pinggir jalan raya. Begitu mengamankan Ziva, pria berseragam rapi nan mahal itu kembali berdiri, mengangkat sepeda Ziva dengan entengnya dan meletakkan sepeda itu tepat di samping Ziva. Tidak cukup sampai disitu, pria itu juga memungut ban depan sepeda Ziva yang lepas.
Ziva mengamati pergerakan cepat dan rapi pria di hadapannya. Setelah semua aman, pria itu menekan sebuah alat di telinganya. "Pengawal, datang ke jalan xxx dan bawa seorang wanita ke rumah sakit juga bengkel," titahnya lalu menekan lagi tombol tak kasat mata di telinganya. Ziva tercengang menyaksikan adegan itu, dia seakan melupakan rasa sakit dan kesedihan dalam hatinya.
"Nona, tetaplah di sini, lima menit lagi akan ada orang saya yang akan membawa Nona ke rumah sakit," jelasnya lembut, tutur katanya begitu ramah dan sopan, sangat berbanding terbalik dengan wajahnya yang sanggar dan menyeramkan.
"Devil!" Teriak suara baritone dari dalam mobil mewah itu.
"Iya, Tuan. Saya datang!" Balasnya dan langsung pergi meninggalkan Ziva seorang diri.
"Kenapa lama sekali?" Bentak Lolan yang masih fokus pada layar monitor laptopnya.
"Maaf, Tuan," jawab pria dengan mata merah yang bernama Devil. Sekretaris Devil, adalah seorang Sekretaris cekatan Tuan Lolan Baldev. Pria yang tampak sangar itu, pada dasarnya memang memiliki sikap yang juga kejam sesuai dengan wajahnya. Hanya saja, dia paling anti melihat wanita rapuh menangis. Itulah kelemahannya. Beruntung hanya wanita lemah yang benar-benar rapuh menjadi kelemahannya, bukan wanita yang sengaja berakting lemah yang berusaha untuk menipunya.
"Kita sudah sampai, Tuan," ucap Sekretaris Devil pada Tuannya yang masih saja asik menatap layar laptopnya.
Tanpa menjawab, Lolan langsung mematikan laptopnya, meletakkannya di tempat yang aman, lalu keluar dari mobil. Dan langsung masuk ke dalam rumah sakit terbesar di kota.
***
"Ambil kembali alat tidak berguna itu!" Sentak Lolan melempar sebuah alat pompa khusus tepat ke hadapan Dokter Adit. Hal itu tentu membuat Dokter Adit tersadar daru lamunanya.
"Setelah kau menikah saja akan dilanjutkan kembali terapi pengobatan bersama dengan Istrimu nanti," saut Dokter Adit mulai sadar.
"Dompet siapa ini?" tanya Lolan kala tak sengaja menduduki sebuah dompet lusuh berwana hitam. Sebuah foto jatuh tepat ke atas meja dengan posisi terbalik, Lolan mengambil foto itu karena penasaran dengan wajah siapa yang ada dibaliknya.
"Dia?....
.
.
.
Jangan lupa komen y guys, bacain komen kalian itu semangatnya Author🤗😘❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Dede Dahlia
ya ampun ziva ada aja yg bikin kamu sedih. wah lolan ngenali poto ziva kah 🤔
2022-10-06
0
reza gaming 30
apa sih yg terjadi 5thn yll jadi penasaran
2022-06-03
0
Rika Jhon
omg devil..pantasan sj bermata merah,ternyata dy devil🤣
2022-06-02
3