"Tuan, barusan Tuan besar menelpon. Beliau meminta Tuan untuk pulang malam ini," lapor Sekretaris Devil.
"Ada acara apa?" tanya Lolan tanpa melihat Sekretaris Devil yang berdiri di hadapannya.
"Acara makan malam bersama calon Istri Tuan," jawab Sekretaris Devil ramah.
"Kau beleh pergi," usir Lolan masih tetap fokus pada layar komputernya.
Setelah kepergian sekretaris Devil, Lolan menyambar ponselnya, lalu membuat panggilan dengan Dokter Adit.
"Ada apa? Aku sedang sibuk," ujar Dokter Adit di seberang sana.
"Malam ini, aku tunggu di klub."
Begitu mengatakan kalimat singkatnya, Lolan langsung memutuskan panggilan sepihak. Memutar ponselnya dengan senyuman yang licik. Entah apa yang ada di pikirannya, tapi sepertinya tidaklah baik.
"Makan malam? Cik! Aku setuju untuk menikah, bukan berati aku setuju dengan acara merepotkan lainnya," sambungnya lagi sambil memutar singasananya, beridiri dan berjalan maju ke depan. Menatap pemandangan kota dengan jalanan raya yang padat juga gedung-gedung indah yang menjulang tinggi.
"Sebulan lagi aku akan menikah dengan seorang gadis yang tidak aku cintai. Lihat saja, aku tidak akan membuatnya bahagia hidup bersamaku. Terapi? Hanya satu tahun, bila aku benar-benar sembuh. Maka aku tetap akan menceraikannya, Daddy ataupun Mommy tidak akan dapat menentang keputusanku. Haha ...."
***
"Aw!" Ringis Ziva menahan perih.
"Hanya dengan begini lukamu tidak akan terlihat," tutur Bibi Aslin mengeloskan banyak foundation pada kulit Ziva yang terdapat luka lecet yang belum kering sama sekali.
"Bibi, perih," rasa perih yang terasa berdenyut-denyut tak kuasa Ziva tahan, hingga air matanya mengalir dari kedua pelupuk matanya.
"Jangan nangis Ziva, itu lihat make up kamu luntur. Kalau Putranya Nyonya Nata menolakmu bagaimana? Berhenti menangis, cuma luka lecet begini kok sudah heboh begitu!" Bentak Bibi Aslin tetap memblend foundation ke luka Ziva.
"Iya, kak. Benar apa kata Ibu. Kalau Kaka ditolak bisa-bisa kita gagal jadi orang kaya," sambung Xena berdiri dengan segala keangkuhannya.
Beberapa menit kemudian, sinar lampu sebuah mobil menyinari hingga masuk ke dalam rumah lewat jendela rumah yang masih terbuka.
"Itu pasti Supir suruhan Nyonya Nata. Astaga, Xena keluarlah dan minta mereka untuk menunggu sebentar hingga Ibu selesai menutupi luka ini," titah Bibi Aslin pada Putrinya, Xena. Tanpa menjawab atau pun mengangguk, Xena segera menuju pintu utama dan meminta Supir untuk menunggu.
"Akhirnya selesai, sekarang ayo kita ke luar!" seru Bibi Aslin mendesak.
"Ziva ayo!" Lanjutnya lagi.
"Iya, Bibi," jawab Ziva berusaha berdiri menahan sakit pada lukanya yang semakin perih.
"Biasa saja jalannya, jangan diseret-seret begitu kakinya," oceh Bibi Aslin selama berjalan menuju mobil.
Malam itu, Ziva tampil begitu cantik. Gaun berwarna biru lembut selutut tanpa lengan, melekat sempurna di tubuh mungilnya yang tidak terlalu kurus, juga tidak terlalu gemuk. Dengan gaun mewah itu, kecantikan alami seorang Ziva bersinar indah di kegelapan malam.
Rambut lurus blonde alami di gerai dengan tambahan aksesoris berbentuk kupu-kupu terletak di rambut tepat di samping telinga kirinya. Make up tipis dengan liptint berwarna pink semakin membuatnya tampil mempesona malam itu.
***
"Sayang, Lolan ke mana? Kamu sudah mengatakan kepada Sekretaris Devil, bukan?" tanya Mommy Nata mendesak.
"Aku sudah memintanya untuk mengatakannya kepada Lolan. Putramu itu pasti sedang bersama dengan Dokter Adit," tebak Daddy Jackson yang begitu paham karekter Putranya yang keras kepala.
"Sekarang bagaimana? Sebentar lagi menantu kita pasti akan datang."
"Kita saja yang sambut mereka. Lagian, aku juga penasaran secantik apa calon menantu pilihan Istriku, biar urusan Lolan menjadi urusan nanti."
***
Sekitar dua puluh menit perjalanan mereka tempuh, hingga akhirnya tiba di Mansion keluarga Talsen Baldev.
Bibi Aslin, Xena dan juga Ziva pastinya, segera turun dari mobil. Kedatangan mereka, langsung di sambut oleh Nyonya Nata dan juga Tuan Jackson.
"Hallo, selamat datang Nyonya Aslin, Xena dan juga menantuku Ziva," sapa Mommy Nata menyalami Bini Aslin dan Xena, kemudian memeluk Ziva begitu erat. Membuat Ziva meringis menahan sakit kerana lukan yang ada di lengannya tak sengaja ditekan oleh Mommy Nata.
"Terima kasih karena sudah mengundang dan menyambut kami Tuan Jackson dan Nyonya Nata," Bibi Aslin berucap seramah mungkin.
"Sama-sama Nyonya Aslin," saut Mommy Nata.
"Astaga Sayang, kamu kenapa begitu secantik ini?" lanjut Mommy Nata memuji Ziva yang menang sangat cantik.
"Terima kasih, Nyonya. Nyonya juga sangat cantik," sambung Ziva sopan.
"Mommy, Sayang. Kamu akan menjadi menantu Mommy. Jadi, mulai sekarang biasakan panggil Mommy," pinta Mommy Nata memegang kedua bahu Ziva erat.
"Iya, Mo-Mommy," ucap Ziva kaku.
"Itu baru benar," Mommy Nata terlihat begitu bahagia mendengar Ziva menanggilnya Mommy.
"Ya sudah, di luar udaranya dingin. Lebih baik sekarang kita masuk ke dalam," kata Tuan Jackson masuk lebih dulu.
Semuanya pun masuk ke dalam Mansion langsung menuju ruang makan untuk memulai acara makan malam.
"Silahkan duduk," ujar Tuan Jackson berusaha untuk bersikap ramah.
"Terima kasih, Tuan dan Nyonya," jawab Bibi Aslin duduk di samping Ziva yang berada di tengah-tengah.
"Oh iya, Maaf sebelumnya. Putra Tuan Dan Nyonya ada di mana?" tanya Xena yang penasaran setampan apa calon Suami kakaknya.
"Permisi!" ujar seseorang yang datang tiba-tiba, membuat semua orang memandang ke sumber suara.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Dayakin Borneo
Hebat
2022-05-23
2
Kenzi Kenzi
awas saja kamu xen,nikung....kasih lmpu sen dunk.....klo nanya...
2022-05-08
4
Nina Chaerunnisa
sr rr
2022-05-06
1