"Maaf, Dokter. Tadi saya—"
"Sudah, tidak apa-apa. Lagian kamu kan masih baru, kesalahan kecil seperti tadi itu biasa," potong Dokter Adit membuat Ziva merasa lega karena tidak di marahi akan kesalahannya dalam membuat jadwal pekerjaan Dokter Adit.
"Tapi tadi Dokter yang harus menerima kemarahan keluarga pasien, padahal, jelas-jelas saya yang salah," sambung Ziva kembali menyalahkan dirinya.
"Ya sudah, untuk menebus kesalahanmu hari ini. Kamu harus mau menemani saya makan malam dan juga pulang bersama," tawar Dokter Adit membuat Ziva terdiam seraya berpikir, apakah yang di pinta oleh Dokter Adit adalah sebuah hukuman untuknya?
"Diam artinya setuju, ayo kita pulang," Dokter Adit langsung menarik lembut lengan Ziva, sedangkan Ziva masih betah terdiam berusaha mengartikan maksud dari perhatian seorang Dokter Adit.
Tidak mungkin ....
***
Dokter Adit membawa Ziva ke sebuah restoran ternama di kota, Ziva terlihat kagum menatap desain interior restoran yang menurutnya sangatlah cantik. "Apa kamu suka tempat ini?" tanya Dokter Adit menyadarkan Ziva dari keterkagumannya.
"Ah iya, Dokter. Saya suka desainnya karena sangat cantik dan unik,' jawab Ziva gugup.
"Saat di luar jam kerja, panggil saya dengan nama saja. Adit," pinta Dokter Adit menatap Ziva seraya memamerkan senyuman manisnya.
"Baik, Dok ... Maksud saya A-Adit," ujar Ziva semakin gugup karena menatap sekeliling yang hanya berisi pasangan-pasangan yang terlihat begitu romantis, pemandangan itu tentu membuat Ziva merasa tidak nyaman.
Ponsel Dokter Adit bergetar sekali. Ada pesan yang masuk dari Lolan yang memintanya bertemu di Club.
"Hidangan sudah siap, selamat menikmati Tuan dan Nona," sapa seorang pelayan yang menata makanan ke atas meja.
"Sekarang makanlah." pinta Dokter Adit tersenyum menunjukkan lesung pipinya yang mampu membuat kedua pipi Ziva memerah.
"A-apakah saya juga harus mengganti makanan ini dengan bekerja sebagai Asisten, Dokter ... Maksud saya Adit," Ziva bertanya lebih dulu, karena takut malah di minta untuk mengganti steak terenak yang ada di hadapannya kini.
"Tentu saja tidak, anggap saja itu sebagai hadiah dari saya karena kamu sudah mau menemani saya makan malam," jawab Dokter Adit membuat Ziva merasa lega.
Ziva menatap steak yang ada di hadapannya, ini kedua kalinya dia melahap makanan enak itu setelah sebelumnya dia pernah melahap steak itu di Mansion keluarga Talsen Baldev.
"Bagaimana? Apakah enak?" tanya Dokter Adit sambil mengunyah makananya.
"Enak, Dokter. Eh, maksud saya Adit, enak, Adit," ralat Ziva yang masih belum terbiasa dengan panggilan nama langsung itu.
"Syukurlah kalau kamu suka," saut Dokter Adit membuat Ziva semakin merasa tidak nyaman. Ziva takut apa yang dia pikirkan benar-benar nyata.
Dokter Adit pasti memiliki perasaan kepadanya. Itulah yang sedari tadi Ziva analisis dari apa yang kini Dokter Adit lakukan kepadanya. Tentu Ziva dapat merasakan hal itu secara langsung karena dirinya juga telah dewasa, dapat membaca dan mengartikan segala tindakan yang seseorang lakukan.
Walau Dokter Adit sangat baik, tulus serta perhatian kepadanya. Tapi, Ziva harus tetap ingat bahwa dirinya sebentar lagi akan menikah. Ziva tidak ingin memberikan harapan, tapi juga tak ingin membuat Dokter Adit terluka dengan penolakannya.
Ziva merasa tidak ingin kehilangan pria yang begitu baik kepadanya, dia merasa Dokter Adit adalah sosok Kakak yang sangat menyayanginya serta mau melindunginya. Mungkin, karena dari kecil selalu mendambakan kehadiran seorang Kakak membuatnya menganggap orang baik yang melindunginya merupakan Kakaknya.
Benar-benar sebagai sosok Kakak, karena jantungnya tak berdegub kencang kala berada di dekat Dokter Adit. Hanya perasaan nyaman, aman dan merasa sangat dilindungi.
Setelah selesai makan malam, Dokter Adit langsung mengantarkan Ziva untuk pulang. Ziva tiba di rumah saat hari sudah mulai gelap, tiba di kamar Ziva langsung membersihkan diri karena ingin segera beristirahat.
Selesai mandi dan berpakaian, Ziva duduk di pinggir ranjang sambil menyisir rambutnya perlahan. Ponsel jadulnya yang bergetar membuat Ziva langsung melihatnya. Ada pesan dari Bibi Aslin yang memintanya untuk menjaga Xena karena Bibi Aslin akan kerja lembur malam ini.
Setelah membaca pesan itu, Ziva langsung menuju ke kamar Xena. Ziva urung mengetuk pintu karena Xena yang lebih dulu membuka pintu kamarnya.
"Kamu mau ke mana, Xena?" tanya Ziva kala melihat penampilan Xena yang begitu seksi malam itu.
"Tidak usah ikut campur, aku mau pergi! Awas kalau sampai Kak Ziva ngadu ke Ibuku!" ancamnya kemudian langsung pergi begitu saja.
"Aku harus mengikuti Xena, Bibi memintaku untuk menjaganya, aku harus mengikutinya diam-diam," ujar Ziva mengambil jaket dan masker dan segera menyusul Xena diam-diam.
"Ini, kan jalan menuju Club mewah mahal itu. Astaga, apa yang ingin Xena lakukan di Club itu?" Kini Ziva berada di balik pohon, mengawasi Xena yang masuk ke dalam Club bersama dengan dua Sahabatnya.
.
.
.
"Aku menemukanmu, wanita sialan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
tati H.I
jgn2 ketangkap lolan 😱😱😱
2022-11-21
0
Dede Dahlia
waduh mungkinkah lolan melihat ziva 🙉
2022-10-06
0
Wenny Prakoso
dr adit kan lebih tua dari zifa thor. manggilnya yg sopan dong. kak, bang atau mas gitu deh
2022-10-01
0