Bab 19

"Ih, gue nggak nyaman banget, baju yang Lo pinjemin ke gue ketat dan seksi begini. Ampun deh, dada gue yang montok sampe keliatan banget," keluh Xena yang merasa tak nyaman dengan gaun seksi berwarna hitam yang kini melekat di tubuh semoknya.

"Nggak usah banyak bacot. Ini, lebih baik Lo coba minum deh, biar semua beban dalam hidup Lo itu lepas," saut Ana memberikan Xena segelas anggur beralkohol.

"Beneran nih, abis minum ini semua masalah dalam hidup gue bisa langsung lepas?" tanya Xena memastikan.

"Lo coba aja kalau nggak percaya," sambung Cristi mengajak kedua sahabatnya untuk bersulang sebelum minum.

Cheers....

Seru ketiganya.

Awalnya, Xena ragu untuk meneguk minuman aneh yang Ana berikan kepadanya. Namun, rasa penasaran membuatnya langsung meneguk minuman keras itu cepat.

"Uwek! Pahit banget!" Xena meludahi minuman yang sempat menyentuh lidah dan mulutnya ke tissue.

"Awalnya doang kok beb, coba lagi deh. Seteguk lagi," pinta Ana mengambil kembali gelas yang baru untuk Xena.

"Kalau pahit lagi gimana?" tanya Xena kesal.

"Coba dulu deh, gue awal nyoba juga enggak suka, juga ngerasa pahit. Abis itu mah nagihin. Ya, nggk Cristy?"

"Bener banget, coba lagi deh," pinta Cristi dan Xena pun kembali mencoba minuman pahit itu.

"Gimana? Enak, kan?"

"Lumayan manis, tapi masih pahit," jawab Xena yang belum terbiasa.

"Bener, kan apa kata gue. Pasti lama-lama juga enak banget," saut Ana.

"Mana lagi anggurnya? Gue mau lagi nih," pinta Xena yang mulai ketagihan. Cristy pun menuangkan lagi minuman keras itu untuk Xena.

"Beb, itu siapa? Dia tipe gue banget njirr!" Seru Xena saat mata birunya menatap seorang pria tampam bertubuh kekar berjalan dengan machonya.

"Itu Dokter Adit. Dia pemilik Club ini," jawab Ana santai.

"Kok Lo bisa tau?" tanya Xena.

"Mommy gue sering berobat ke dia," jawab Ana sambil meneguk anggurnya.

"Gue bilangin ke Lo, ya. Dokter Adit itu sudah punya tunangan dan Lo nggak mungkin bisa dapetin dia karena dia bukan pria sembarangan," saut Cristi memberi tahu sahabatnya itu.

"Gue enggak peduli, mau dia punya tunangan kek, mau punya istri kek. Gue enggak peduli, gue jadi pelakor juga nggak apa-apa. Tu laki tipe gue banget anjirr, gue mau jadi pacarnya!" Seru Xena menatap punggung Dokter Adit yang telah hilang dari pandangannya.

"Hati-hati ketahuan aja," saut Ana santai.

"Eh, Beb. Kebanyakan minum gue jadi kebelet pipis. Temenin gue ke toilet yuk, gue enggak tau di mana toiletnya," pinta Xena pada kedua sahabatnya yang masih terus memantau pria-pria kaya yang akan menjadi target mereka.

"Lo sendiri deh, Beb. Gue mau dekatin Om kaya itu dulu," saut Ana yang sudah menemukan target.

"Toiletnya sebelah sana, Beb. Gue mau ke sana dulu, tu lihat Daddy gue udah manggil, Lo sendiri aja dulu, ya," jawab Cristi berdiri sambil melambaikan tangannya ke arah Sugar Daddy-nya yang menunggu di depan sebuah kamar khusus.

"Kampret Lo berdua, gue malah ditinggal sendirian mentang-mentang udah pada laku. Yaelah, nggak ada yang goda gue apa? Apa nggak lihat gue secantik dan seseksi ini. Ah, ke toilet dulu," gumam Xena berjalan terhuyung-huyung menuju ke arah toilet yang tadinya Cristi tunjuk.

***

"Kamu di mana, Lolan? Aku sudah menunggumu di ruangan," kesal Dokter Adit karena sahabatnya itu tak kunjung tiba.

"Ini aku sudah di Club, tinggal ma—" sambungan terputus begitu saja membuat Dokter Adit merasa ada yang tidak beres.

Dokter Adit pun segera keluar dari ruangannya untuk mencari keberadaan Lolan sahabatnya. Namun, dia tak sengaja menabrak tubuh seorang gadis seksi. Melihat gadis itu yang akan terjungkal ke belakang, Dokter Adit pun sigap menangkap tubuh semok gadis tersebut, hingga gadis itu berakhir di pelukannya.