Tiba di kamar, Patricia terkejut saat Lewi menjalankan kursi rodanya sampai ke ranjang dan bahkan dengan repot-repot mengangkatnya ke atas ranjang.
Pria itu lalu membalikkan kursi rodanya, tapi dia berhenti karena mendengar suara Patricia.
"Itu,,, aku menyukaimu." Patricia berkata dengan datar.
Tentu saja dia tidak menyukai Lewi seperti mencintai seseorang, tetapi dia benar-benar berpikir bahwa tidak buruk menikah dengan Lewi.
Meski Lewi adalah pria yang kejam dan memiliki mulut yang beracun tapi pria itu juga memperlakukannya dengan baik.
"Kau bilang apa?" Lewi berbalik menatap perempuan yang terduduk di atas ranjang.
"Kita sudah menikah beberapa hari dan aku pikir tidak buruk kalau kita benar-benar menjadi seorang suami istri. Bagaimana menurutmu?" Tanya Patricia di jawab senyum mengejek Lewi.
"He, inilah yang kau inginkan, perempuan rendahan yang menikah dua kali demi harta, kau pikir aku akan tertipu? Hari ini kau berpura-pura membuat nasi goreng untukku lalu berpura-pura terjatuh di dapur hingga terkena pecahan beling supaya bisa merayu. Benar benar hebat!" Wajah Lewi dipenuhi dengan cibiran.
"Oh, kalau kau berpikir seperti itu, ya sudah , aku bisa apa." Patricia segera berbaring memunggungi Lewi dan menarik selimut menutupi tubuhnya.
Lewi memperhatikan perempuan itu, punggungnya terlihat sangat kesepian, di dalam hatinya dia merasa menyesal telah mengatakan kata-kata yang tadi tetapi apa yang dia katakan itu,, seharusnya memang benar!
Patricia terus berbaring dan merasakan Jun memasuki kamar lalu kedua pria itu memasuki kamar mandi.
"Hah,, pria itu benar-benar keras." Gerutu Patricia.
Perjalanan menuju kantor.
Jun memperhatikan Lewi yang terlihat aneh, pria itu seolah memikirkan sesuatu yang sangat dalam.
'Apakah Tuan sedang memikirkan Nyonya Muda?' Jun menebak-nebak dalam hatinya sampai akhirnya tebakannya dibenarkan sendiri oleh Lewi.
"Seseorang yang tiba-tiba berubah sikap, menurutmu apa yang terjadi?" Lewi bertanya sembari melirik Jun lewat kaca spion dalam mobil.
'Tuh kan benar, ini pasti tentang Nyonya muda lagi.'
"Mungkin telah terjadi sesuatu, atau mungkin Nyonya Muda sedang datang bulan." Jawab Jun.
"Siapa yang mengatakan padamu kalau aku sedang menceritakan perempuan rendahan itu?!" Lewi mengelak.
"Maaf Tuan." Ucap Jun.
Lewi kembali memikirkan Patricia, dia masih tidak bisa menemukan alasan Patricia yang berubah drastis dalam semalam.
Bahkan tadi perempuan itu mengatakan bahwa dia menyukainya.
Semuanya terlalu mendadak hingga Lewi berpikir bahwa perempuan itu memang sengaja melakukannya untuk mencari nama di keluarga Azura.
"Bagaimana dengan penyelidikanmu tentang hubungan perempuan itu dengan mantan suaminya?" Lewi kembali bertanya ketika dia mengingat perintahnya mencari tahu apakah Patricia sudah pernah tidur dengan mantan suaminya atau belum pernah.
"Dari yang saya dapat, setelah Nyonya Muda menikah dengan mantan suaminya, mantan suaminya langsung pergi ke luar negeri mengerjakan bisnis dan baru kembali dari luar negeri pada bulan ini. Selama mantan suami Nyonya Muda berada di luar negeri, Nyonya Muda tidak pernah ke luar negeri karena dia juga sibuk mengurusi bisnisnya."Jun merincikan penyelidikannya.
"Lalu, bagaimana dengan pria lain?" Lewi kembali bertanya.
"Nyonya Muda terkenal sebagai pemimpin yang dingin, dia tidak pernah terlibat skandal dengan pria manapun." Jawab Jun.
Setelah mendengar semua penjelasan Jun, Lewi kembali lagi termenung.
...
Kembali ke kediaman Azura, Patricia menghabiskan seluruh waktunya untuk tidur, ketika jam makan siang dia terbangun dan melihat matahari sudah sangat tinggi.
"Akhir-akhir ini aku menjadi lebih suka tidur," Patricia menghela nafas lalu dia segera bangun dan berjalan ke lantai bawah untuk makan siang.
Ketika dia tiba di sana, 2 pelayan yang sedang menyiapkan makan siang memberi hormat padanya dengan sangat sopan.
'Cih, menjijikkan.' pikir Patricia dalam hati sembari berjalan ke meja makan lalu mulai menaruh makanan ke piringnya.
Namun, dia baru akan melahap satu sendok ketika perutnya tiba-tiba saja bergejolak.
"Ummh..." Patricia menutup mulutnya dengan tangan lalu dia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.
Huekk,,,, huek,,,,
Patricia menatap wajahnya dalam cermin dan membersihkan sisa-sisa air di mulutnya lalu keluar dari toilet sembari memegangi perutnya yang terasa tidak nyaman.
"Kakak ipar, ada apa?" Hendrik yang tepat melewati toilet memperhatikan wajah Patricia yang pucat.
"Hm,, hanya sedikit muntah." Jawab Patricia.
"Apakah aku perlu menelepon kakak pertama supaya membawa kakak ipar ke dokter?" Hendrik bertanya, pertanyaan itu langsung menarik perhatian Patricia.
'Ini kesempatan yang bagus untuk keluar dari kediaman Azura.' gumam Patricia mendekati Hendrik sembari menunjukkan senyumnya di bibir yang terlihat sangat pucat.
"Aku tidak mau mengganggu Kakakmu, Bagaimana kalau kau saja yang mengantar ku ke rumah sakit?" Tanya Patricia.
"Uh,, Kakak ipar, sepertinya,,"
Melihat Hendrik akan menolak permintaannya, Patricia segera berpura-pura kesakitan "Ahh,,"
"Apakah sakit sekali?" Tanya Hendrik dijawab anggukan Patricia.
"Kalau begitu ayo pergi ke rumah sakit." Pria yang lebih muda 5 tahun daripada Patricia segera menuntun Patricia keluar dari kediaman Azura lalu mereka meninggalkan kediaman Azura.
"Aku akan mengebut!" Hendrik berbicara sembari menekan pedal gasnya lalu mereka segera tiba di rumah sakit.
"Silahkan pergi ke dokter kandungan." Kata dokter di poli umum.
"Dokter kandung?" Patricia bertanya tak percaya.
Dia belum pernah melakukan sesuatu apapun dan kenapa dokter itu menyuruhnya pergi ke dokter kandungan?
"Dok, saya masih seorang,," Patricia menghentikan ucapannya ketika melihat Hendrik berada di sampingnya.
Mengatakan dirinya masih seorang gadis pasti akan membuat pria itu bertanya-tanya, hubungan buruknya dengan Lewi akan ketahuan.
"Baiklah." Patricia kemudian diantar oleh Hendrik ke bagian dokter kandungan.
"Sepertinya keluarga Azura akan memiliki seorang penerus." Hendrik berkata dengan senyum indah terukir di wajah pria muda itu.
"Hmm mungkin,," Patricia menjawab dengan acuh tak acuh.
Akhirnya mereka tiba juga di dokter kandungan dan giliran Patricia untuk diperiksa telah tiba.
"Silakan pergi ke kamar mandi dan gunakan ini." Sang dokter memberikan testpack dan gelas kecil pada Patricia.
Patricia meraih testpack dan gelas tersebut dan dengan hati yang rumit berjalan ke kamar mandi untuk menggunakannya.
'Mengapa aku harus melakukan ini?Sementara aku belum pernah melakukan hubungan badan dengan seorang pria..' Patricia lama memandangi dua benda di tangannya sebelum akhirnya dia tetap melakukan saran dokter.
Setelah mencelupkan testpack di tangannya, Patricia memegangi benda itu dan dengan hati yang tidak tenang ia menatapnya.
'Aku yakin aku tidak hamil.' gumamnya meyakinkan hatinya yang tidak tenang.
Sudahlah berikan saja pada dokter.
Patricia mengabaikan hasilnya dan membuka pintu toilet lalu berjalan ke meja Sang dokter menyerahkan testpack_nya.
Dokter mengambilnya dan tersenyum kearah 2 orang yang duduk di hadapannya.
"Selamat, garis 2 pada testpack ini menunjukkan bahwa kalian berdua akan segera menjadi Ayah dan Ibu." Sang dokter berbicara.
"Benarkah, selamat Kakak Ipar, aku juga akan menjadi seorang paman." Kata Hendrik menunjukkan wajah bahagianya.
Sementara Patricia, perempuan itu tertegun dalam ketidakpercayaannya.
Bagaimana mungkin....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
etihajar
fix patricia bego masa gx inget pernah d perkosa tr masa pas d cium gx ad trauma baca nya bikin sakit kola gx jls slur nya kebayakan menghina trs
2023-01-29
1
Epifania R
apakah patricia tidk ingat
2022-04-26
0
Lovesekebon
Wah ..bisa ada drama😊🥰
2022-03-02
0