Patricia dan Meilin duduk bersama dan di depannya sudah tersedia makanan untuk mereka.
Sembari makan, Meilin terus menatap Patricia, dia menunggu sahabatnya akan berbicara lebih dulu, tapi melihat bagaimana cara Patricia makan, sepertinya perempuan di depannya memang belum berniat untuk menceritakan apapun.
"Kau makan seperti orang yang sudah berpuasa berbulan-bulan," kata Meilin sembari meletakkan potongan daging di piring milik Patricia.
"Aku memang lapar sekali." Jawab Patricia melahap daging yang diberikan oleh Meilin.
"Kalau begitu, makanlah yang banyak. Baru nanti setelah makan kau ceritakan padaku apa yang sudah terjadi." Ucap Meilin menaruh semua daging di piring milik Patricia sementara dia hanya makan sayuran dan kacang-kacangan yang ada di atas meja.
Patricia tidak mengatakan apapun, ia hanya fokus pada makanannya.
Sampai ketika dia merasa sangat kenyang dan perutnya telah membuncit karena terlalu banyak diisi makanan, perempuan itu meletakkan sendoknya dan bersandar sembari mengelus perutnya.
"Aku merasa seperti di surga," kata Patricia sembari memejamkan matanya menikmati sisa-sisa rasa makanan yang masih teringat oleh indera perasa nya.
Setelah beberapa menit, Patricia mengubah posisinya dan dia tidur terlentang di atas sofa.
"Hei,, apa yang kau lakukan?! Kau belum menceritakan apapun padaku!" Kata Meilin yang tidak terima dengan sikap sahabatnya itu, dia akan mati penasaran kalau Patricia tidak menceritakannya sekarang juga!
"Aku mengantuk, kita pikirkan lagi nanti." Jawab Patricia lalu memejamkan kelopak matanya yang berat.
Meilin berdecak karena melihat kelakuan sahabatnya, dulunya Patricia selalu menjalankan gaya hidup yang sehat, mana mau perempuan itu langsung tidur setelah makan?
'Mengapa aku merasa aneh dengan nya? Apakah kepribadian yang sudah berubah sejak mengalami kemalangan yang disebabkan oleh keluarganya...?'
Meski Meilin sangat penasaran, tapi dia tidak mengganggu Patricia dan membiarkan perempuan itu tertidur, dia hanya mengambil selimut yang sering ia gunakan di kantornya lalu menyelimuti Patricia.
Setelahnya, dia kembali bekerja dengan tenang, sekarang dia tidak perlu mengkhawatirkan Patricia jadi dia sudah bisa mengatasi urusan perusahaan.
Patricia tidur sampai sore, bahkan setelah jam pulang kantor perempuan itu masih tertidur jadi Meilin terus melanjutkan pekerjaannya sembari menunggu Patricia terbangun.
Namun perempuan itu harus dikejutkan ketika seseorang yang berkuasa tiba-tiba datang ke kantornya.
"Apa katamu?!" Meilin langsung berdiri dan menatap tajam kearah sekretarisnya karena dia tidak percaya pada apa yang baru saja dikatakan oleh sekretaris nya.
"Aku bilang Tuan Lewi dari grup Azura datang ke kantor kita! Dia ingin bertemu langsung denganmu!" Sekretaris itu berbicara membuat Meilin langsung gugup.
Apakah hari ini mereka akan mendapat klien besar?
"Suruh dia masuk!" Kata Meilin segera memperbaiki penampilannya.
"Tapi, temanmu,," sekretaris itu melihat pada Patricia yang sementara tertidur di sofa. Mereka tidak mungkin menerima tamu dengan keadaan seperti itu.
"Uh,, kau benar, kalau begitu bawa dia ke ruang pertemuan."
"Baik." Jawab sang sekretaris lalu dia keluar dari ruangan Meilin.
Ketika sekretaris itu baru membuka pintu ruangan Meilin, Jun dan Lewi sudah berada di depan pintu memandangi perempuan itu.
"Tuan, silahkan ikuti saya, Nona Meilin mengatakan kalau dia ingin berbicara dengan Tuan di ruang pertemuan." Kata sang sekretaris dengan nada bicara yang sopan.
"Maaf, tapi kami ingin berbicara dengan Nona Meilin langsung di ruangannya." Jun mewakili Lewi berbicara.
"Tapi Tuan,," Sang Sekretaris ragu-ragu, tapi melihat tatapan yang diberikan oleh Jun, dia hanya bisa membuka pintu dan membiarkan pria itu mendorong kursi roda Lewi memasuki ruangan Meilin.
Meilin yang sementara menyisir rambutnya langsung melebarkan matanya dan melempar sisir itu ke sembarang arah.
"Tuan Muda Azura," Meilin terburu-buru mendekati pria yang berada di atas kursi roda sembari melemparkan tatapan kesal nya pada sekretarisnya.
Sang sekretaris hanya mengangkat bahunya untuk menjawab tatapan Meilin.
"Maaf Tuan Azura, tapi ruangan saya sedang tidak bisa digunakan untuk membahas pekerjaan, adpatkah kita,"
"Tuan kami tidak keberatan." Jun memotong ucapan Meilin dan mendorong kursi roda ke arah sofa, barulah saat itu mereka melihat seorang perempuan yang tertidur di sofa.
Lewi mengerutkan keningnya melihat perempuan itu, tidur dengan damai dengan sedikit keringat di keningnya.
"Uh,, Tuan Muda Azura, saya merasa tidak sopan kalau,,?" Meilin menghentikan kata-katanya saat Jun memberinya isyarat supaya tidak berbicara lagi.
Sementara itu, Lewi sudah menggerakkan kursi rodanya ke arah Patricia dan memandang wajah perempuan itu.
Jun mendekati Meilin dan berbisik di telinga perempuan itu "Kami kemari untuk menjemput istri Tuan muda." Kata Jun.
Meilin "..."
Istri Tuan Muda?
Istri?
Apakah dia salah dengar?
Meilin tidak berani membuka mulutnya, tetapi dia memperhatikan bagaimana Lewi menatap Patricia, tatapan pria itu begitu rumit dan tidak dapat terselami oleh dirinya yang bukan apa-apa.
"Aku akan kembali, kau tinggal bicarakan kontraknya." Tiba-tiba kata Lewi saat pria itu membuka selimut Patricia dan mengangkat perempuan itu ke pangkuannya.
"Baik Tuan,," jawab Jun lalu membukakan pintu untuk Lewi agar pria itu bisa keluar dengan muda.
Sementara Meilin, dia berdiri di tempatnya dengan tatapan tidak percaya, Tuan Muda yang terkenal dari keluarga Azura sedang menggendong seorang perempuan.
Begitu pintu ruangannya tertutup Jun menatapnya "Apakah sekarang kita sudah bisa membicarakan pekerjaan?" Tanya Jun.
"Eh?" Meilin belum tersadar, ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu melototkan matanya.
Sahabatnya baru saja diculik...!!
"Maaf tapi,," Meilin hendak keluar mengejar yang membawa Patricia ketika Jun menghalanginya.
"Mereka adalah suami istri, Nona tidak boleh mengganggu mereka." Kata Jun.
"Suami istri? Apa maksudmu?! Jelas Patricia belum menikah dengan Tuanmu, bagaimana bisa sekarang dia menjadi istri seorang ,,," Patricia menghentikan ucapannya, hampir saja dia mengatakan bahwa Lewi adalah pria cacat.
"Ini sertifikat pernikahan mereka," Jun memperlihatkan sertifikat pernikahan yang ia foto.
"Astaga,, jadi,," Meilin menutup mulutnya dan bersandar ke dinding, informasi ini begitu,,,, begitu mencengangkan..!"
Setelah pulih dari rasa terkejutnya, Meilin kembali membicarakan masalah pekerjaan, mereka baru akan menandatangani kontrak awal ketika sang sekretaris kembali memasuki ruangan Meilin dan berbisik ditelinga Meilin.
"Tuan muda Azura ada di luar, dia meminta bertemu denganmu." Kata sekretaris itu dengan suara pelan membuat Meilin mengerutkan keningnya.
"Kau bilang Tuan Muda Azura? Bukankah dia baru saja pergi, bahkan sekarang aku berbicara dengan asistennya." Meilin melihat ke arah Jun.
"Tapi,,"
"Suruh dia masuk." Perintah Meilin.
Setelah mendapat perintah, Sekretaris itu langsung keluar dan membawa Tuan Muda Azura memasuki ruangan.
Begitu masuk, Rolland terpaku, ternyata Jun berada di sana.
Jun juga menatapnya, tatapan mereka terlihat,,,
Meilin menelan air liurnya, mungkinkah dia sudah salah mengambil keputusan? Mengapa hawa di ruangan itu tiba-tiba terasa aneh?
@Info
Beri tahu otor kalo ada typo ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Lovesekebon
Hm ..🤔
2022-03-02
0
𝐊𝐈𝐌💋𝐇𝐖𝐀①④🆁&🆉👻ᴸᴷ
visual 🤔
2022-02-28
1
Yuen
Lumpuh tp kuat ya... Itu kuat jg gak ya 😁
2022-02-21
1