Menahan taksi dan duduk di kursi penumpang, Patricia kembali membaca surat yang ada ditangannya dan mempelajarinya, tidak ada satupun kesalahan dalam surat itu dan tanda tangannya benar-benar tertera di surat itu.
"Kapan aku menandatangani surat ini?" Patricia berbicara dengan bibir gemetar dan tangan gemetar memegang suratnya..
Dia tidak ingat sedikitpun momen ketika dia menandatangani surat itu.
"Pak tolong lebih cepat. Saya buru-buru." Patricia akhirnya berbicara pada supir yang mengemudi, dia tahu waktu 15 menit tidak akan cukup baginya untuk tiba di perusahaan.
Dan bagaimanapun, di perusahaan keluarganya sudah diatur bahwa siapapun yang terlambat untuk mengikuti rapat maka tidak akan dibiarkan memasuki ruang rapat.
Itu adalah aturan yang Patricia buat sendiri demi ketertiban karyawan yang ada di perusahaan.
"Saya akan berusaha, tapi jalanan sedang ramai jadi sedikit sulit untuk tiba lebih cepat." Sang supir berbicara sembari memandang Patricia pada kaca spion.
Supir itu bisa melihat ketakutan Patricia dan kegelisahan yang disimpan Patricia dalam hatinya.
Perempuan itu terlihat sangat berwibawah namun di saat seperti ini tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya, pastilah sesuatu yang besar telah terjadi.
"Tolong Pak, saya akan membayar lebih." Patricia kembali berkata dijawab supir itu dengan anggukan.
'Mereka semua pasti sudah merencanakan ini, kejadian semalam dan kejadian hari ini, semuanya tersusun dengan sangat rapi.' gumam Patricia dalam kegelisahannya.
Kalau dia terlambat datang ke rapat pemegang saham itu, maka sudah dipastikan seluruh sahamnya telah berpindah tangan dan posisi CEO di perusahaan keluarganya akan diambil alih oleh adiknya.
Lalu dia,, risiko terbesar yang bisa ia tanggung adalah dibuang dari keluarganya sendiri!
Memikirkan itu, hati Patricia menjadi semakin gelisah, ia menggenggam erat surat di tangannya dan dengan cemas melihat ke depan.
"Pak tolong sekali, saya sangat buru-buru, ini menyangkut hidup dan mati saya." Patricia berbicara meyakinkan sang supir supaya pria itu lebih mengasihaninya untuk melajukan mobilnya dengan cepat.
"Aduh Nona, ini sudah kecepatan maksimal yang saya bisa. Mengapa sih kalian anak muda begitu suka membuat orang terburu-buru? Kecepatan memang penting tetapi keselamatan jauh lebih penting! Kalau tahu Nona akan terlambat, seharusnya berangkatnya lebih awal supaya tidak buru-buru lagi seperti ini." Sang sopir menjawab dengan ketus.
"Maafkan saya Pak, tapi saya juga mendapat informasi yang mendadak dan ini benar-benar darurat!" Patricia meyakinkan sang supir membuat supir di depannya hanya bisa menghela nafas lalu dengan tiba-tiba membanting setirnya menyalip mobil di depannya.
Setelah tiba di tempat tujuan, Patricia memberikan bayaran 3 kali lipat dari yang seharusnya lalu melenggang pergi tanpa menutup pintu mobil.
Dia segera memasuki lift dan naik ke atas ruang rapat. Tapi begitu sampai, koridor sudah kosong, dan ruang rapat sudah tertutup.
Tok tok tok...
"Tolong buka pintunya, ini saya Patricia, CEO grup Siloam." Patricia terus mengetuk pintu sambil mengungkapkan identitasnya.
Tapi, seberapa kali dia mengetuk dan seberapa banyak kata-kata yang keluar dari mulutnya, orang-orang di ruang rapat seolah tidak mendengar apapun yang ia katakan.
Akhirnya, Patricia tertahan selama 3 jam di depan ruang rapat.
Dia duduk dilantai sembari memejamkan matanya yang sembap sampai pintu ruangan terbuka dan satu-persatu pemegang saham telah keluar meninggalkan ruangan.
"Tuan, tuan,," Patricia berusaha menghentikan satu persatu orang yang keluar tapi tidak ada yang mendengarkannya, semua mengabaikannya.
Orang terakhir yang keluar adalah Elsa dan Elisabeth.
"Elsa?!" Patricia berbicara dengan nafas tersengal.
"Keputusan pemegang saham sudah ditetapkan, Elsa akan menjadi CEO, sementara kau, nasibmu tergantung pada keputusan Elsa." Elisabeth berbicara dengan acuh tak acuh karena begitu malas melihat keponakannya yang sering kali membantahnya.
"Elsa, apa yang kau lakukan?!" Patricia menatap Elsa, dia mengabaikan Elizabeth yang baru saja berbicara padanya.
"Seperti yang kau lihat." Jawab Elsa dengan raut wajah yang malas berbicara dengan Patricia.
"Kau??!! Bagaimana bisa kau melakukan ini pada Kakak?!" Patricia mulai menangis dan menatap Elsa "Tidak masalah kalau kau berselingkuh dengan suami kakak dan merebut suami kakak, tetapi warisan yang ditinggalkan ayah dan ibu untuk kakak, mengapa kau begitu tega menipu kakak?! Apa yang dikatakan ayah dan ibu ketika dia melihat kita dari surga?!" Patricia terisak membiarkan air matanya jatuh berderai di pipinya yang mulus.
"Hah,, orang mati mana bisa melihat. Dan lagi, ini adalah balasan untuk semua ketidak adilan yang aku alami selama kau masih menjabat sebagai CEO!" Elsa memandang pada Patricia dengan mata memerah dipenuhi amarah dan dendam pada kakaknya.
"Apa yang sudah kulakukan?! Bukankah selama ini kakak memperlakukanmu lebih baik daripada Kakak memperlakukan diri Kakak sendiri? Di mana Kakak pernah membuatmu mengalami ketidakadilan?!" Patricia berusaha menekan emosinya supaya dia tidak menggerakkan tubuhnya untuk melukai adiknya.
"Apa? Kau masih berani berpura-pura tidak tahu?! Kau mendapat jumlah saham yang lebih besar daripada aku, kau mendapat posisi CEO sementara aku tidak mendapat jabatan apapun di kantor! Apa itu adil?! Dimananya yang menurut Kakak adil?!"
"Kau iri karena itu? Kita mendapat bagian yang sama, aku memang mendapat lebih banyak saham tapi kau mendapat lebih banyak properti. Kau tidak bekerja di perusahaan karena kau bilang masih ingin menikmati masa mudamu, dan ini semua sesuai dengan keinginanmu yang kau ucapkan pada ayah dan ibu ketika mereka masih hidup. Mengapa sekarang kau menyalahkan kakak dan merampas semua yang kakak miliki?" Patricia terus mengeluarkan air matanya sembari memandang tidak percaya pada adiknya, tetapi dalam hatinya dia benar-benar tidak bisa melukai adiknya.
"Terserah apa katamu! Tapi mulai sekarang kita tidak ada hubungan lagi! Aku tidak akan memberikanmu posisi apapun di kantor ini, bahkan segala apartemen dan semua yang kau punya sudah berpindah tangan! Kau tidak boleh menempati apartemen mu lagi!" Ucap Elsa sebelum berjalan bersama Elisabeth meninggalkan Patricia yang terjatuh ke lantai.
"Mengapa? Mengapa ini bisa terjadi?" Patricia terisak dengan keras, keadaan yang menyedihkan menjadi tontonan dari beberapa karyawan yang lalu-lalang di tempat itu.
Patricia yang awalnya adalah CEO turun derajat menjadi orang yang tidak memiliki apapun!
Patricia masih menangis di tempat itu ketika Elsa telah menyuruh beberapa sekuriti untuk mengusirnya dari perusahaan.
"Apa yang kalian lakukan?! Lepaskan..! Lepaskan..!" Patricia berteriak seperti orang gila ketika dia ditarik oleh dua security dari dalam perusahaan.
Dengan kasar, kedua security itu mendorong Patricia hingga tangannya tergores dan berdarah.
"Maaf Nona kami tidak ingin berbuat kasar, tetapi ini sesuai dengan perintah Nona Muda Elsa." Salah satu security membungkuk pada Patricia dan meminta maaf sebelum meninggalkan Patricia dan tidak mengizinkan Patricia untuk memasuki kantor.
Pada akhirnya Patricia meninggalkan kantor itu, dia hendak kembali ke apartemen, namun ketika dia tiba di sana apartemen itu telah dikuasai oleh orang-orang Elsa.
Dia tidak diizinkan lagi untuk masuk ke dalam apartemennya.
"Hiks... Huhu... Hu..." Patricia menangis dengan keras memegangi ponsel di tangannya, ponsel itu adalah satu-satunya barang yang tertinggal yang bisa ia bawa bersama dengan dirinya yang telah diusir dari keluarganya!
"Mengapa? Mengapa?" Patricia tak berdaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Sri mulyanah Mulya
harta membuat orang buta mata buta hati
2024-07-04
2
Nnek Titin
sadisss
2023-06-05
0
etihajar
masa pergi2 gx dompet setidak nya ad tabungan kli punya ATM,, ah susah klo nca novel dri kaya langsung miskin bgtt kadang gx masuk d akal
2023-01-29
1