Melihat Patricia menuruni tangga tanpa menoleh ke belakang, Lewi menjadi sangat marah, ia mengepalkan tangannya dan berkata "Perempuan itu, cegah dia bertemu dengan Rolland!"
"Tuan Muda tenang saja, Tuan Rolland sudah pergi sejak dari pagi sekali karena tadi subuh saya sudah mengirimkannya banyak pekerjaan. Bahkan sampai malam nanti kemungkinan pekerjaan itu tidak akan selesai." Jawab Jun.
"Bagus, kalau begitu kita pergi ke kantor." Jawab Lewi lalu mereka segera memasuki lift dan turun ke lantai bawah.
Begitu mobil mereka akan keluar dari kediaman keluarga Azura, mereka melihat Patricia sedang berdiri di pinggir jalan menunggu datangnya taksi.
Lewi memperhatikan penampilan perempuan itu, dia merasa kesal karena melihat Patricia terlalu cantik dalam penampilan seperti itu.
Diam-diam dalam hatinya dia merasa cemburu jikalau banyak pria yang memperhatikannya saat memakai pakaian seperti itu.
"Dari mana dia mendapatkan baju-baju itu?" Tanya Lewi pada Jun.
"Itu adalah baju yang dikemas oleh para pelayan dari keluarga Siloam." Jawab Jun.
"Cih, seleranya norak sekali." Kata Lewi sembari berdecak kesal.
"Tapi Tuan, mengapa sekarang Tuan mengizinkan nya keluar dari rumah? Bagaimana kalau,,,"
"Apa itu urusanmu?"
"Maaf Tuan." Jun langsung mengunci mulutnya, tidak berani bertanya apapun lagi.
Sementara Patricia, dia yang berdiri di pinggir jalan tidak melihat satupun taksi yang lewat di jalur itu.
"Apakah di sini tidak ada taksi?" Patricia memandangi jalanan yang lengang, tidak ada satupun kendaraan yang melintas kecuali kendaraan yang baru saja keluar dari kediaman Azura.
Dan saat itu dia baru menyadari bahwa di tempat itu sama sekali tidak ada rumah atau bangunan lain selain kediaman keluarga Azura.
"Sebaiknya aku bertanya pada petugas keamanan." Patricia segera berbalik dan kembali ke kediaman keluarga Azura menemui salah satu petugas keamanan yang berjaga di depan gerbang.
"Maaf Nona, wilayah sepanjang 5 km dari kediaman ini adalah milik keluarga Azura jadi tidak diizinkan adanya kendaraan umum dan pembangunan selain kediaman Azura." Jawab sang petugas.
"Apa?!" Patricia hampir saja jatuh mendengar penjelasan sang petugas keamanan.
Kalau begitu dia harus berjalan sejauh 5 km baru bisa mendapatkan kendaraan umum?
"Dasar pria itu..! Dia sudah merencanakan semuanya!" Teriak Patricia dengan kesal.
'Pantas saja dia membiarkanku, ternyata dia tahu kalau aku tidak bisa pergi dari tempat ini!' Patricia bergumam sembari mencari akal bagaimana caranya dia bisa meninggalkan tempat itu.
"Pak, kalau saya menelpon teman saya untuk datang menjemput saya, apakah kendaraannya akan diizinkan masuk kemari?" Patricia bertanya pada sang petugas keamanan.
"Tentu saja akan diizinkan masuk jika sudah memiliki perintah dari salah satu anggota keluarga Azura, tapi saya khawatir jika Nona yang memerintahkannya maka petugas di depan mungkin tidak akan mengijinkannya." Kata-kata pria itu membuat Patricia menjadi sangat marah, dia segera meninggalkan petugas keamanan itu dan kembali ke kediaman keluarga Azura.
"Dasar lelaki itu..! Aku akan membunuhmu ketika pulang nanti!" Geram Patricia memasuki kamar dan membanting pintu kamar dengan keras.
Dia berdiri di dalam kamar sambil bertolak pinggang lalu dia mengingat sesuatu.
Perempuan itu langsung tersenyum lalu turun ke lantai bawah mengambil seluruh pakaiannya yang berada di dalam kamar tamu dan memindahkannya ke lantai atas.
Patricia membuka lemari milik Lewi dan melihat pakaian-pakaian indah di dalam sana.
Dia kemudian menyingkirkan pakaian-pakaian itu ke atas ranjang lalu menata pakaiannya sendiri ke dalam lemari.
"Hehe,, pakaian ini,, sebaiknya aku tumpuk saja di sini." Patricia kembali memasukkan pakaian Lewi ke dalam lemari bagian atas dengan cara menumpuknya secara sembarangan.
"Hah,, membosankan!" Patricia menutup pintu lemari lalu dia melompat ke atas tempat tidur.
Patricia tidur sepanjang pagi sampai sore menjelang ketika Lewi sudah kembali.
Pria itu mengerutkan keningnya melihat Patricia berada di tempat tidur dengan pakaian yang sama yang dipakainya tadi pagi.
Lewi tersenyum lalu dia mengarahkan kursi rodanya mendekati Patricia dan melihat perempuan itu masih tidur dengan sangat lelap.
'Apakah dia sudah tidur sepanjang hari?' Lewi mengeryit melihat wajah damai Patricia yang tertidur dengan nyenyak.
Niatnya untuk mengganggu perempuan itu menjadi hilang, jadi dia segera mengarahkan kursi rodanya keluar dari kamar.
Sampai pukul 7 malam, Patricia akhirnya bangun.
"Kamar ini masih kosong?" Patricia kesal lalu dia keluar dari kamar menuju ke lantai bawah untuk makan malam.
Ketika tiba di ruang makan, dia terkejut melihat seorang pria di sana.
"Halo," siapa Patricia dengan sopan.
"Hai,," Hendrik menatap Patricia dengan bingung, dia tidak tahu kalau di keluarga mereka bertambah satu anggota keluarga lagi.
Melihat pria didepannya kebingungan mengenalinya, Patricia akhirnya tersenyum "Aku Patricia, istri Lewi." Katanya.
"Ohh, Kaka Ipar duduklah." Pria itu berdiri menarikan kursi untuk Patricia.
"Kakak ipar perkenalkan namaku Hendrik, putra bungsu keluarga Azura. Aku jarang di rumah karena bekerja di luar negeri dan baru kembali sore tadi. Maaf tadi tidak sempat menyapa Kaka Ipar." Hendrik berbicara dengan sangat ramah, Patricia bisa menebak bahwa pria didepannya memiliki kepribadian yang sangat bagus.
"Bukan apa-apa, aku memang baru bangun dan baru keluar dari kamar." Jawab Patricia.
Keduanya lalu makan bersama sembari mengobrol banyak hal.
Padahal di lantai atas Lewi sudah kembali ke kamar dan mendapati kamar itu telah kosong, perempuan yang tadi berbaring di tempat tidur sudah menghilang.
"Kemana dia?!" Pria itu mengeram lalu mengarahkan kursi rodanya keluar kamar.
Lewi kemudian turun ke lantai bawah karena menebak Patricia mungkin sedang makan malam.
Dan ketika dia tiba di ruang makan, tatapan pria itu menjadi sangat gelap ketika melihat Patricia sedang bercanda gurau dengan Hendrik.
Merasakan perubahan suhu yang tiba-tiba di ruangan itu, kedua orang yang sedang bercanda gurau segera menoleh ke arah Lewi.
"Kak, kau di sini?" Hendrik langsung berdiri dan berjalan kearah lain untuk membantu pria itu mendorong kursi roda nya ke arah mereka.
Namun dia baru setengah jalan ketika Lewi sudah mengarahkan kursi rodanya dan duduk di samping Patricia.
"Aku sudah selesai." Patricia langsung meletakkan sendoknya lalu perempuan itu segera bangkit meninggalkan dua pria di ruang makan itu.
Hendrik yang melihat kejadian itu hanya bisa kebingungan di tempatnya, tetapi dia tidak berkata apapun ketika Lewi juga meninggalkan ruang makan menyusul Patricia.
Setibanya di kamar, Patricia langsung membuka lemari dan mengambil pakaiannya.
"Kau..! Beraninya aku menyentuh barangku!" Lewi menjadi sangat marah ketika melihat barang-barang Patricia sudah berada di lemarinya.
"Barang mu? Apa ini barang mu?" Patricia bertanya sembari menunjuk pakaiannya yang disusun dengan rapi di lemari.
Melihat Patricia berpura-pura tidak mengerti dengan ucapannya, Lewi segera mengarahkan kursi rodanya dan menyudutkan Patricia ke lemari.
Pria itu menjepit dagu Patricia dan menariknya mendekati wajahnya.
"Perempuan rendahan yang menikah dua kali sekarang bertambah julukan menjadi perempuan yang tidak tahu malu! Berani sekali menyentuh barang-barangku, Apa kau pikir tanganmu yang kotor layak menyentuhnya?!" Suara dan tekanan yang diberikan lebih pada Patricia begitu dalam, tapi Patricia seperti perempuan yang sudah terbiasa menghadapi hal seperti itu jadi Patricia hanya tersenyum.
"Aku memang tidak layak menyentuh barang-barangmu karena tubuhku kotor, tapi ketika tanganmu menyentuh tubuhku, sepertinya kau lupa kalau tubuhku memang kotor! Bukankah kita sudah pernah berciuman? Aku pikir kau harus memotong bibirmu dan tanganmu karena semuanya sudah pernah ku sentuh, bagaimana?" Patricia tersenyum sembari mendorong tubuhnya ke depan hingga jarak wajahnya Lewi hanya tersisa beberapa mili saja.
Dan tiba tiba ada sesuatu yang aneh.
Deg!
Deg!
Jantung mereka berdua...!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Indah Fajar Surya
msh kupantau
2022-03-18
1
Lovesekebon
Hm ..😊🥰👍🏻👍🏻👍🏻💯
2022-03-02
0
Yuen
Ada apa? Ada gempa?
2022-02-21
0