Pagi harinya, Patricia bangun pagi sekali dan mendapati Lewi masih tertidur disampingnya.
Dia segera bangun dan membasuh wajahnya. Setelah selesai dia berniat turun ke dapur untuk membuat sarapan bagi dirinya sendiri, tapi ketika dia keluar, didapatinya Jun berdiri di depan pintu kamarnya.
"Jun, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Patricia.
"Nyonya mudah, saya ingin membangunkan Tuan Muda." Jawab Jun dengan sopan.
Patricia mengeryit, Jun adalah satu-satunya orang yang bekerja untuk Lewi namun tetap memperlakukannya dengan baik.
"Kenapa kau begitu sopan?" Tanya Patricia penasaran.
"Maksud Nyonya?" Jun kebingungan, haruskah dia berbuat tidak sopan pada Nyonya Muda yang dinikahi oleh Tuan Mudanya?
"Maksudku, Tuan Mudamu selalu memperlakukanku dengan tidak baik, bahkan para pelayan di rumah ini juga mengabaikanku. Lalu kenapa kau berbeda?" Patricia mengamati Jun, pria didepannya cukup tampan dan memiliki ilmu yang cukup untuk menjadi seorang CEO, sayang sekali dia hanya menjadi seorang asisten.
Lebih parahnya lagi, dia harus menjadi asisten seorang pria kejam seperti Lewi,, tunggu,, lebih tepatnya pria cacat yang kejam!
"Maksudnya, Nyonya baru saja mengadu pada saya bahwa para pelayan di rumah ini memperlakukan Nyonya dengan tidak baik? Saya akan menegur mereka semua, Nyonya Muda harap tidak mengatakan hal ini pada Tuan Muda."
"Oh,, Jadi kalau aku mengatakannya pada Tuan Mudamu artinya dia akan melakukan sesuatu pada pelayan pelayan itu?" Patricia kembali bertanya dijawab diamnya Jun.
Melihat Jun yang tidak menjawab, Patricia tersenyum "Aku tahu Tuan Mudamu tidak mungkin melakukan hal seperti itu." Kata Patricia lalu dia berbalik memegang handle pintu "Biar aku yang membantunya bersiap, sebaiknya kau melakukan pekerjaan lain." Katanya lalu masuk ke kamar.
Tanpa berkedip, Jun memandangi pintu yang telah tertutup, sikap Patricia sangat aneh.
Sementara di dalam kamar, Patricia melihat pria yang masih tertidur di atas tempat tidur.
"Hmm, saatnya seorang Istri melakukan tugasnya." Patricia tersenyum licik berjalan ke arah dan mengamati wajah pria yang terlihat tenang dalam tidurnya.
"Kau sebenarnya tampan, juga sangat pintar dan memiliki segalanya, tapi sayang sekali kau memiliki sifat yang buruk. Seandainya kau bersikap baik padaku, maka aku pasti,,, sial..! Apa yang kupikirkan?! Heh,,, dasar aku, pagi-pagi sudah berpikir aneh..!" Patricia menggerutu pada dirinya sendiri.
"Perempuan rendahan yang menikah dua kali, apa yang kau lakukan disini?!" Suara Lewi tiba-tiba mengagetkan Patricia hingga perempuan itu dengan cepat menarik wajahnya yang masih memperhatikan Lewi.
Namun kecepatannya menarik wajahnya masih kalah cepat dengan tangan Lewi yang menahan tubuhnya hingga kembali lagi ke posisi semula.
"Aku tanya mengapa kau ada di sini dan memperhatikan aku sedekat ini?! Kau berniat macam-macam denganku?!" Suara dingin dan tatapan mematikan dari Lewi membuat Patricia tertegun.
"Ada apa? Tidak bisa menjawab karena terlalu takut?!" Lewi berkata dengan dengan nada penuh ancaman seolah pria itu akan mengunyah Patricia karena Patricia dalam melakukan kesalahan besar!
Patricia memejamkan matanya untuk menghilangkan ketakutannya, setelah beberapa detik ia kembali membuka matanya dan melihat pria dibawahnya masih menatapnya dengan tatapan membunuh dari seorang iblis Raja neraka.
"Jangan menatapku seperti itu! Aku hanya ingin melakukan ini!" Patricia menundukkan kepalanya dan memberi sebuah ciuman di bibir Lewi.
Lebih baik mengatakan dia ingin menciumnya daripada pria itu terus menuduhnya akan melakukan perbuatan buruk pada pria itu.
Ia lelah bertengkar dengan Lewi, dan lelah mendengar semua hinaan dari mulut pria itu, sebaiknya menuruti saja apa yang dikatakan Lewi supaya dia juga bisa bernafas dengan tenang.
"Itu yang ingin kulakukan, mencium suamiku dan,, mmhhh!!!" Patricia melototkan matanya, awalnya dia hanya berniat memberi ciuman singkat pada pria itu, tidak masalah jika bibir mereka hanya bersentuhan selama beberapa sedetik dan hanya sedikit kulit mereka yang bersentuhan.
Tapi tak menyangka, Lewi malah menekan tubuhnya hingga bibir mereka menjadi banyak yang bersentuhan, bahkan pria itu juga membuka mulut Patricia dan memperdalam ciuman mereka.
"Mmm...mmm...mmmhhh....!!!" Dengan sekuat tenaga Patricia berusaha melepaskan diri dari pria itu, tapi ternyata kekuatan pria lumpuh masih tidak bisa dibandingkan dengan kekeuatannya.
Melihat Patricia sudah mulai kehabisan nafas, kemudian menghentikan ciuman itu, namun dia tidak membiarkan Patricia meninggalkannya dan tetap membuat perempuan itu berada dalam jarak 1 cm di atas wajahnya.
"Kenapa? Bukan kau menginginkan ciuman?!" Lewi bertanya sembari mengamati wajah Patricia.
"Kau..! Beraninya mengambil keuntungan dariku..!!!" Patricia berkata dengan penuh kemarahan, ciuman itu,, ciuman itu adalah ciuman pertamanya..!
"He,, mengambil keuntungan?! Bukankah sebelumnya kau mengatakan kalau kau sengaja mendekatiku untuk menciumku?! Tapi ternyata kau perempuan yang mencium dengan buruk, apa cara mencium itu disebut mencium?!" Lewi sebenarnya merasa tidak puas dengan ciuman yang diberikan oleh Patricia.
Mana ada ciuman yang tidak menempelkan bibir dan hanya rambut-rambut halus saja di sekitar bibir yang bersentuhan... Bahkan itu,, hahaha,, wanita yang menjadi istrinya itu memang luar biasa!
"Tapi kau tidak perlu meneruskannya sampai seperti tadi 'kan?!" Patricia benar-benar marah, wajahnya sudah memerah karena malu, ia terus berbicara sembari meronta-ronta namun Lewi tidak membiarkannya bebas.
"Berani memulai maka harus menyelesaikan! Berani menggoda maka harus bertanggungjawab!" Lewi menarik tubuh Patricia dan membanting perempuan itu ke samping lalu menindih Patricia.
"Apa yang kau lakukan?!" Patricia ketakutan, dia berusaha mendorong pria di atasnya, tapi kemudian kedua tangannya dicekal oleh Lewi dan diletakkan di atas kepalanya.
"Lepaskan..!" Teriak Patricia dalam ketakutannya.
"Pura-pura merontah? Heh, lakonmu memang luarbiasa!" Lewi mencibir lalu pria itu kembali mendaratkan ciuman di bibir Patricia.
Ciuman itu jauh lebih lama dari sebelumnya hingga kemudian Patricia berhenti meronta dan hanya membiarkan pria itu melakukan apapun pada bibirnya.
Hal itu membuat Lewi tidak puas, jadi pria itu segera mengakhiri ciumannya namun tetap menindih Patricia dan menatap dalam perempuan dibawahnya.
"Sudah puas? Bolehkah kita bangun? Tubuhku tidak sanggup menahan berat badanmu!" Patricia berbicara dengan datar, tidak ada emosi apa pun di wajahnya.
"Cih! Kau pikir aku mau melanjutkannya?" Lewi segera menyingkir dari tubuh Patricia.
"Masuk." Langsung perintah Lewi pada pria di seberang pintu.
Jun yang mendengar perintah dari dalam segera meraih handle pintu untuk membuka pintu, tapi ternyata pintunya dikunci oleh Patricia.
"Aku yang akan membantumu." Ucap Patricia memperbaiki bajunya yang berantakan dan turun dari ranjang.
Ia mendorong kursi roda Lewi ke dekat pria itu dan mengulurkan tangannya pada Lewi.
Namun, pria itu hanya menatapnya dengan rumit membuat Patricia menjadi sangat kesal.
"Mau bangun atau tidak?!" Kesalnya.
"Kau pikir aku mau membiarkan wanita sepertimu mengambil banyak keuntungan dari ku?! Panggil Jun kemari!" Germa Lewi.
Patricia menghela nafas dengan kasar "Huh,, kau sudah beristri maka tidak perlu merepotkan orang lain. Biar aku yang membantumu." Patricia meraih dengan pria itu dan memaksa Lewi duduk di tempat tidur.
"Kau tidak mau? Ingin terlambat ke kantor?!" Nada suara Patricia dipenuhi ancaman.
Lagipula pria itu, dia tidak akan bisa bangun dari tempat tidur kalau dia tidak membuka pintu buat Jun.
'Hehe,, ini benar-benar rencana yang bagus, sekarang aku bisa melihat bagaimana dia membuang gengsinya dan memohon padaku.' Sorak Patricia dalam hati.
"Baiklah, aku tidak bisa menolak bantuan dari istriku!" Lewi berbicara dengan acuh tak acuh sembari mengulurkan tangannya pada Patricia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
semangat thorrrr kuh
2022-11-09
0
Lovesekebon
Mulai mesrahh😁
2022-03-02
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
gemeeeesssshhh sama pasangan ini 😄
2022-02-14
1