Tangan Patricia terkepal kuat, tapi Lewi tidak berhenti berbicara.
"Mungkinkah suamimu yang lama menceraikanmu dan memilih adikmu juga karena dia mengetahui bahwa kau adalah perempuan murahan yang sudah menaiki banyak tempat tidur demi membawa group Siloam naik ke puncak?
"Sayang sekali sekarang usahamu memanjat ranjang benar-benar sia-sia karena segala milikmu yang dahulu, kini dimiliki oleh adikmu.
"Dan sekarang, karena kau tidak memiliki posisi di grup Siloam kau datang ke keluarga Azura menjadi istriku untuk mendapatkan harta dari keluarga Azura bukan?!" Lewi terus mendekat ke arah Patricia.
"Kau,, kau pria tak berotak..! Beraninya menghina seorang gadis, pantas saja Tuhan membuatmu cacat, ini semua pasti karena mulutmu yang tak tahu diri itu! Ini karmamu!" Air amata Patricia sudah membasahi pipinya, tapi kemarahan di mata perempuan itu masih menggunung.
Lewi mengerutkan kening mendengar kata-kata Patricia, dia baru tersadar bahwa sedari tadi Patricia terus menyebut dirinya sendiri sebagai seorang gadis.
"Heh, gadis?! Gadis yang menikah dua kali?! Kau sama sekali tidak cocok di sebut gadis, lebih cocoknya disebut perempuan penggoda, perempuan pemanjat ranjang, perempuan yang menjual tubuhnya demi kekuasaan, perempuan yang,,"
"Diam...!" Teriak Patricia ketika otaknya tak bisa lagi menerima kata-kata yang keluar dari mulut Lewi.
Benar-benar menyakitkan..!
Nafas Patricia mulai memburu dan otaknya bekerja tak beraturan mencerna setiap ucapan yang didengar dari mulut Lewi.
Ini,, terlalu berat baginya!
"Kenapa? Kau tidak mau mengakuinya? Heh,, tentu saja, kalau kau mengakuinya,," Lewi menghentikan kata-katanya saat melihat perempuan di depannya berada dalam kepucatan, matanya yang merah sudah kosong, tidak ada lagi kemarahan.
"Cih, dia berubah lagi..!" Geram Lewi memutar kursi rodanya ke kamar mandi.
Namun dia belum memasuki kamar mandi ketika terdengar suara Patricia yang jatuh di lantai.
Lewi kembali melihat Patricia, wajah perempuan itu terlihat sangat pucat dan keningnya dipenuhi keringat.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Lewi mengarahkan kursi rodanya ke arah Patricia.
Setelah mendekati Patricia, dilihatnya tubuh perempuan itu sedikit gemetaran meski tidak terlalu kentara.
"Dasar sok kuat!" Geram Lewi menarik Patricia ke kursi rodanya dan mendudukkan perempuan itu di pangkuannya.
Lewi memperhatikan wajah Patricia dan terlihat tatapan Patricia masih sangat kosong dan bibir perempuan itu telah kehilangan darahnya, sangat pucat.
Lewi kemudian menggerakkan kursi rodanya ke arah ranjang dan membaringkan Patricia di ranjang.
"Tidurlah," Lewi berkata sembari menyelimuti Patricia.
Tengah malam, Lewi masih duduk di atas ranjang sembari membaca sebuah buku ketika Patricia yang tertidur disampingnya perlahan-lahan membuka matanya.
"Hah!" Patricia begitu terkejut dia kembali terbangun di ruangan yang sama, ruangan yang dimiliki oleh seorang pria dengan mulut setajam pedang iblis.
Ia menoleh ke sampingnya dan menatap Lewi yang terfokus pada bukunya, sama sekali tidak memperhatikan Patricia.
'Pria ini, baiklah, aku akan coba menerima keadaanku sebagai istrimu, tapi jangan berharap kau bisa memanfaatkan ku lebih dari statusku sebagai istrimu!' gumam Patricia dalam hati lalu dia segera turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar.
'Dia tidak menguncinya lagi.' batin Patricia keluar dari kamar lalu dia segera turun ke lantai bawah.
Dia bertemu seorang pelayan yang sedang membawa nampan berisi air putih.
"Halo," Patricia menyapa pelayan itu, dia hendak bertanya dimana posisi dapur tapi pelayan itu malah memperlihatkan wajah jijiknya sembari memperhatikan Patricia.
"Ada apa?!" Tanya pelayan itu dengan ketus.
"Dimana dapurnya?" Tanya Patricia.
"He, untuk apa kau menanyakan dapur? Ingin mencuri makanan? Tidak akan kuberi tahu!" Jawab pelayan itu dengan ketus lalu dia meninggalkan Patricia yang berdiri memandanginya.
'Tuan di rumah ini dan pelayan di rumah ini,, mereka sama-sama tidak bisa diberi hati!' batin Patricia berbalik pergi lalu dia segera mencari dapur.
Setelah lama berkeliling dia akhirnya menemukan dapur, dia membuka kulkas dan menemukan beberapa makanan yang yang diletakkan di sana.
Patricia memanaskan salah satu makanan lalu melahapnya sampai habis sebelum kembali ke kamar.
'Cih! Dia masih membaca buku.' Patricia menatap sinis pada pria di atas tempat tidur lalu dia menutup pintu kamar dan berjalan ke kamar mandi.
'Sial.. aku tidak punya baju.' geram Patricia menatap shower, tubuhnya terasa lengket dan dia sangat ingin mandi.
Setelah berpikir sesaat, Patricia memutuskan untuk membasuh wajahnya lalu dia keluar dari kamar mandi.
Tapi dia terkejut ketika melihat sebuah piyama perempuan di gantung di handel pintu kamar mandi.
"Siapa yang menaruh ini di sini?" Katanya mengambil piyama itu dan melihat kearah pria yang duduk membaca di tempat tidur.
Wajah tampan Lewi terlihat serius membaca buku, sama sekali tidak bergeming ketika Patricia selesai berbicara.
"Yang jelas ini pasti bukan baju dari pria berhati iblis seperti yang sedang membaca di atas tempat tidur. Ini pasti dari Rolland atau sekertaris Jun." Kata Patricia lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi.
"Kenapa punggungku tiba-tiba dingin?" Patricia memegangi punggungnya ketika dia sudah masuk ke kamar mandi pintu di belakangnya seolah memberinya hawa yang aneh.
"Pasti cuma perasaanku saja." Lagi kata Patricia mengabaikan hal itu dan menggantung baju yang ia bawa.
Sementara Lewi yang berada di luar kamar mandi, pria itu menatap kearah pintu kamar mandi sembari mengatupkan giginya dengan erat.
Beraninya perempuan itu memikirkan pria lain selain dirinya, sementara hanya dia sendiri yang berada di dalam kamar itu.
Jadi mana mungkin ada pria lain yang memasuki kamar lalu menaruh piyama di handle pintu kamar mandi selain dirinya?
"Dasar perempuan tidak tahu berterima kasih!" Gerutu Lewi kembali membaca kata per kata yang tertulis di dalam bukunya, tapi seberapa pun dia berusaha fokus pada buku itu, dia masih tetap dipenuhi perasaan tidak nyaman.
"Perempuan itu... Awas saja kau..!" Lewi melemparkan buku di tangannya hingga buku itu membentur lemari dengan keras lalu terjatuh di lantai.
Seharusnya dia tidak bisa memberikan piyama itu pada Patricia, pada akhirnya Patricia malah mengira piyama itu berasal dari Jun, lebih lagi mengira piyama itu diberikan oleh Rolland!
"Apakah perempuan itu benar-benar menyukai Rolland?!" Lewi menjadi sangat marah, apalagi ketika dia mengingat tentang Patricia yang mau dibawa pergi oleh Rolland dari rumah.
Berada dalam kegelisahannya, Lewi kemudian meraih ponselnya dan menyuruhnya datang ke kamarnya.
"Tapi Tuan, saya sudah berada di rumah jadi,,,"
"Lalu kenapa? Apa kau pikir aku perduli?! Cepat kemari!" Lewi berbicara dengan penuh penekanan lalu mematikan panggilan itu tanpa persetujuan dari pria di seberang telepon.
Dia harus mencari tahu, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi tadi siang hingga Patricia bisa pergi bersama Rolland!
'Awas saja kalau perempuan itu ternyata berani-berani berselingkuh di belakangku!' geram Lewi dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
etihajar
muter muter trs cerita nya gx jls
2023-01-29
1
Parwati amiin Parwati
makin seruu
2022-06-28
0
Lovesekebon
Kapan damainya😊
2022-03-02
0