"Ck,, wanita rendahan yang menikah dua kali, kau bahkan tidak bisa mengalahkan pria lumpuh sepertiku!" Lewi mencibir melihat ketidakberdayaan Patricia yang diapit ke dinding.
"Kau...! Hah,," Patricia tersenyum mencibir "Kau memang pantas di pukul..!" Dengan kegilaannya, Patricia menjatuhkan dirinya di atas pangkuan dan memukul pria itu dengan seluruh kekuatan yang ia miliki.
"Diam!" Lewi mencekal kedua tangan Patricia dan menggenggamnya dengan erat "Kau wanita pertama yang berani memukulku dan berani mengataiku cacat secara langsung! Sepetinya mulut putri dari keluarga Siloam benar-benar harus diberi pelajaran!" Kata Lewi lalu pria itu segera membungkam bibir Patricia dengan bibirnya.
"Mmh!!!" Patricia melototkan matanya, dia tidak menyangka pria itu akan menciumnya, tapi rasa itu,,, dalam sekejap Patricia kembali ke malam yang menyakitkan itu.
Pertama dia melihat adiknya bercumbu mesra dengan suaminya lalu pada malam yang sama, seorang pria asing juga menciumnya dengan paksa.
Ingatan itu,, dia tidak bisa menerimanya, ingatan malam itu adalah ingatan yang menyakitinya!
"Ngghhh!!" Patricia meneteskan air matanya kebencian dalam matanya terpancar dengan jelas.
Sembari memperdalam ciumannya, Lewi memperhatikan air mata perempuan itu, dan emosi yang besar memenuhi mata Patricia. Namun, beberapa detik kemudian emosi itu menghilang dan tatapan Patricia kembali menjadi kosong.
Perlawanan Patricia juga melemah hingga tidak ada lagi kekuatan yang dikeluarkan Patricia untuk memberontak.
Lewi mengeryit dan melepaskan bibirnya dari Patricia "Hei,, perempuan rendahan yang menikah dua kali!" Lewi berbicara pada Patricia, tapi perempuan itu tidak menjawab apapun dan hanya duduk di pangkuan Lewi dengan mata yang terlihat tidak bernyawa.
"Kau berpura-pura lagi?!" Lewi menyipitkan matanya, tapi Patricia tetap diam, sama sekali bergeming.
"Jun!" Panggil Lewi diikuti Jun yang segera membuka pintu dan terkejut melihat posisi 2 orang di dalam kamar.
"Tuan Muda," Lewi menunduk kebawah tidak mau melihat pemandangan itu.
"Apakah sudah memeriksa riwayat kesehatannya? Mengapa dia kembali seperti ini lagi?!" Tanya Lewi ketika pria itu mengulurkan tangannya dan mencubit keras pipi Patricia, tapi perempuan dipangkuannya benar-benar seperti patung! Sedikit pun tidak bereaksi.
"Maaf Tuan, saya akan mencari informasinya" Jawab Jun.
"Lakukan malam ini juga!"
"Baik Tuan." Lagi jawab Jun.
"Bantu aku menyingkirkan perempuan ini!" Ucap Lewi membuat Jun kebingungan.
"Saya Tuan? Tapi,,"
"Aku menyuruhmu membantuku bukan berarti kau yang akan mengangkatnya. Panggil pelayan untuk melakukannya!"
"Baik Tuan." Jawab Jun.
Setelah para pelayan datang, pelayan itu mengangkat Patricia dari pangkuan Lewi. Tapi mereka tidak tahu harus membaringkan Patricia di mana jadi mereka menatap pada Jun untuk mendapatkan instruksi.
"Taruh selimut di lantai dan tidur kan dia di sana." Jun memberi perintah.
"Di lantai?! Siapa yang menyuruhmu melakukannya?!" Lewi menatap tajam pada Jun.
Jun "..."
Jelas-jelas tadi ketika tuannya melihat Patricia tidur ditempat tidur milik tuannya, tuannya menjadi sangat marah dan sekarang ingin menidurkan Patricia di lantai tuanya juga menjadi marah.
Jadi apa yang sebenarnya diinginkan oleh Lewi?
"Maaf Tuan, saja tidak bermaksud seperti itu, tapi,,"
"Lalu apa maksudmu?!" Lewi menyelah ucapan Jun.
"Saya pikir,,"
"Pikir apa?!" Dari jawaban ke jawaban, wajah Lewi menjadi semakin tidak baik dipandang dan para pelayan yang melihat itu hanya bisa gemetar menahan Patricia di gedongan mereka.
Pelayan 'Tolong berhentilah bertengkar, tangan kami sudah kesemutan memegang Nyonya Muda!'
"Saya pikir kalau Tuan tidak mau membiarkan Nyonya Muda tidur di tempat tidur maka sebaiknya Nyonya muda tidur di lantai." Jawab Jun.
"Heh, kapan aku mengatakan dia tidak boleh tidur di tempat tidur?!" Lewi kembali bertanya dengan tatapan mematikan.
Jun "..."
Jelas-jelas tadi dia mendengar nya sendiri! Mengapa sekarang,, huhu,, asisten tidak pernah bernasib mujur.
"Baringkan dia di ranjang." Kata Lewi ketika melihat Jun sudah tidak bisa menjawabnya lagi.
Para pelayan langsung membaringkan Patricia di atas tempat tidur lalu meninggalkan kamar itu.
Jun melihat Patricia yang sudah tidur di atas tempat tidur milik tuannya, dalam hatinya dia diam-diam berpikir Apakah Tuannya sudah mulai menyukai Patricia hingga mengizinkannya tidur di tempat tidur? Bahkan tadi memangkunya?
Tapi,, itu sangat aneh karena selama ini tuanya benar-benar jijik terhadap perempuan! Tapi sekarang,,,
"Bantu aku naik ke tempat tidur." Perintah Lewi menyadarkan Jun dari lamunannya lalu pria itu segera menghampiri Lewi dan membantu pria itu naik ke tempat tidur.
'Bahkan sekarang mereka tidur satu ranjang???' Jun menahan nafas.
"Ini selimut milikku, carikan selimut baru untuk perempuan itu!" Perintah Lewi diangguki oleh lalu pria itu lalu segera mencarikan selimut untuk Patricia.
Setelah menyelimuti Patricia, Jun meninggalkan kamar Lewi.
"Sebaiknya kau tidur dengan tenang, kalau tidak, ini akan menjadi hari pertama dan terakhirmu menikmati kenyamanan di ranjang ku!" Ucap Lewi pada orang di sebelahnya meskipun dia tahu bahwa perempuan di sebelahnya tidak mungkin mendengarnya.
Setelah berbicara, Lewi memejamkan matanya, ia hendak masuk ke dunia tidurnya ketika merasakan perempuan di sampingnya bergerak.
Perempuan itu berguling ke arahnya dan tiba-tiba memeluk lengan Lewi.
"Dasar kau..!" Lewi langsung menghempaskan tangan Patricia dan duduk bersandar memperhatikan Patricia.
Karena perempuan itu tidak menemukan lengan untuk dipeluk maka perempuan itu memeluk kakinya.
"Kau..!" Lewi hendak marah ketika tiba-tiba saja nafas Patricia menjadi memburu dan keringat memenuhi seluruh keningnya.
'Dia tidak berpura-pura?' Lewi menundukkan kepalanya memperhatikan Patricia.
"Heh,, sepertinya dia mimpi buruk!" Lewi mencibir perempuan yang memeluk kakinya, tapi tanpa sadar dia mengulurkan tangannya memperbaiki rambut Patricia yang berantakan.
Dia baru memperbaiki beberapa helai ketika dia menghentikan gerakan tangannya 'Ada apa denganku?' Lewi menyipitkan matanya.
Saat itulah dia tersadar dengan apa yang sudah ia lakukan.
Dia sudah mencium perempuan itu, lalu mengijinkan Patricia tidur seranjang dengannya dan sekarang membiarkan perempuan itu memeluknya dan tangannya juga baru saja menyentuh rambutnya.
Ini,,,,,
"Haiss! Aku tidak mungkin tertarik pada perempuan gila seperti dia!" Lewi mengulurkan tangannya dan menjauhkan Patricia dari tubuhnya lalu meletakkan guling di antara mereka.
Lewi kemudian memperbaiki posisi tidurnya ketika dia tiba-tiba mendengar suara tangisan.
Menoleh ke samping, Patricia sudah memeluk guling dan menangis seperti orang kesurupan.
"Perempuan aneh yang menikah dua kali!" Lewi mengeram kesal.
Ini adalah jam tidur, bukan jam menangis!
"Huhuhu... Ayah.... Ibu....." Suara yang pelan memanggil orang tuanya membuat Lewi semakin mengeryit.
"Kau tahu berbicara juga?!" Lewi merasa curiga pada perempuan itu, tadinya dia tidur ketidak ke dalam kondisi seperti orang linglung sekarang sudah bisa menangis dan berbicara lagi?
"Hei..! Jangan beepura-pura! Aku tahu kau bisa mendengarku!" Lewi kembali berbicara ketika perempuan disampingnya tidak menjawab dan hanya menangis saja sembari terus memanggil ayah dan ibunya.
Tapi seberapa kali Lewi berbicara dan seberapa menyakitkan kata-kata yang keluar dari mulutnya, Patricia sama sekali tidak mendengarnya, dia sedang sibuk pada alam yang diciptakan oleh pikirannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Srie wibi
bukankah wktu malam itu hujan2 Lewi melihat Patricia sebelum diperkosa, walaupun gelap kan ada cahaya kilatan petir. masa gk ingat sih walaupun habis minum mabuk tp masih mengenal wanita cantik. untungnya yg diperkosa cantik muda, ia kl sdh emak2 gmn? 😁😁
2022-09-20
0
4U2C
ahahahaha..jun jun..pintar ahahahaha..bagus bagi tidur saja dekat kamar mandi..
2022-08-30
0
imelda
harus y menikah dua kalinya disebut tuan muda..padahal suami keduanya kan dirimu 😂😂
2022-03-19
1