Di meja makan hanya suasana canggung yang terjadi. Arin hanya diam menunduk mengaduk makanannya kikuk. Dia tampak tidak menyentuh makanannya sama sekali.
Si bocah mungil itu? Dia makan lahap karena marah dan kesal kepada sang Papa yang membuatnya cemburu.
Sedangkan Arsel? Si pelaku yang membuat suasana seperti sekarang hanya diam dan memakan makanannya pelan merasa tidak m enak hati.
Flash Back
Arin maupun Aris sudah keluar dari kamar mandi bersiap menuju ruangan ganti yang hanya dibatasi oleh pintu coklat didalam kamar.
Ceklek
Glek
Arin menegang melihat tubuh proposal indah milik Arsel lagi. Sedangkan Arsel sama sama membeku melihat kedatangan Arin dan juga anaknya.
Mereka hanya bertatapan sejenak sebelum Arsel mengambil pakaian milik Aris dan berjalan mendekat.
Arin tidak menyadari kalau Arsel sudah berada tepat didepannya. Sedangkan Aris hanya bisa diam tidak mengganggu.
"Ini baju Aris kamu bisa memakaikan ini didepan." Ucap Arsel kemudian. Namun nampak Arin tidak mendengar.
Arin maupun Arsel hanya memandang satu sama lain intens. Pandangan pertama Arsel tertuju kearah mata lalu turun perlahan kearah bibir mungil istrinya.
Arsel tidak sadar bahwa otaknya mengambil ahli saat ini. Otak Arsel menyuruhnya mendekatkan bibirnya agar menempel dibibir sang istri.
Berhasil, bibir Arsel menempel dengan sempurna disana. Diam, tentu ketiganya masih belum menyadari apa yang terjadi. Aris bocah itu hanya melamun sedaritadi.
Arsel sekali lagi dikuasai oleh otaknya. Dia ******* lembut bibir yang hanya dipakaikan lipbam berwarna merah muda disana.
Arsel menginginkan lebih dan lebih lagi saat merasakan bibir Arin yang sangat manis. Sedangkan Arin mulai kehabisan nafas.
"Huh... eum... m-mas... eum... hufh hufh." Ucap Arin meminta untuk dilepaskan karena kehabisan nafas dicelah ciumannya dia berusaha meminta Arsel sang suami menyudahi aksi itu.
Arin mendorong Arsel sekuat tenaga dengan satu tangannya. Dengan kekuatan lebih akhirnya Arin berhasil mendorong tubuh tegap itu.
Arin mengambil oksigen sebayak banyaknya untuk menstabilkan napas yang habis itu.
Ketiganya mulai menyadari situasi yang terjadi. Aris turun dari gendongan Arin dan langsung mendorong Arsel sang papa hingga menjauh dari mereka.
Arin hanya menunduk dalam merasa malu. Baginya tidak masalah toh mereka sah sah saja bahkan jika lebih pun juga tidak masalah.
Apalagi keduanya akan mendapatkan pahala juga kenikmatan dunia. Itu -menurut Arsel-.
Beda pendapat dengan Arin yang masih belum siap walau pun Arsel sudah menjadi suaminya. Tapi apalah daya, kalau Arsel menginginkan hak itu Arin hanya mengiyakan saja daripada dia berdosa karena menolak kewajiban sebagai istri?.
Tangan Arin ditarik keluar oleh Aris yang termakan oleh kecemburuan. Untung baju Aris sudah beralih tempat ditangannya.
...***...
Ini pertama kalinya Arsel merasa bersalah karena menyerobot bibir wanita tanpa permisi. Dan baru pertama kali Arsel merasakan bibir yang sangat manis, selama ini bibir yang selalu dia lahap tidak semanis bibir sang istri.
Arsel sangat menginginkan lagi bahkan ingin lebih dan melanjutkan aksi itu dikasur. Namun sekali lagi ditegaskan, pria itu merasa tidak enak takut takut akan ditolak dan membuat Arin tersiksa. Selama ini Arsel akan melalukan itu kepada setiap wanita terpilih dengan bayaran uang yang besar. Dan tentu kedua belah pihak sama sama menginginkan.
"Hmm... sorry... maaf kalau tadi udah keterlaluan." Ucap Arsel kemudian, dia tidak tahan dengan situasi ini, apalagi anaknya itu tengah marah kepadanya membuatnya cemas.
"Ha?." Beo Arin karena tidak mengerti situasi saat ini.
"Maaf tadi asal cium." Jawab Arsel ulang degan frontal dan terkesan gugup.
"Ha?... oh... tidak masalah kok Mas." Jawab Arin tampak enteng padahal hatinya memanas dan berdegup kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Jarni Ani
lnjut thor
2020-10-08
2