Episode 6

Arin maupun Gigi sampai disebuah rumah mewah dan megah seperti istana. Arin maupun Gigi kagum dan tersihir oleh bangunan yang ada didepan mereka. Arin memencet bel disana. Tidak perlu waktu lama seorang satpam datang menanyakan keperluan.

"Permisi Pak."

"Iya ada keperluan apa ya?."

"Benar ini tempat tinggal keluarga Alexanran?." Tanya Gigi membuat Arin menelan salivanya sendiri.

"Alexanran?." Lirih Arin yang hanya dapat didengar oleh telinganya sendiri.

"Iya."

"Ini Pak pesanan kue atas nama Pak Aron."

"Oh yaudah terimakasih ya." Ucap Pak Satpam tersebut.

"Iya Pak." Jawab keduanya.

Tin Tin

Sebuah mobil mewah mengklakson bertanda akan memasuki rumah dan meminta membuka pagar lebih lebar lagi.

"Loh nak Arin?." Seorang pria paruhbaya memanggil nama Arin membuat Arin menengok dan ternyata itu adalah Aron.

"I-iya T-Tuan? ." Tanya Arin sesopan mungkin.

"Haha kamu terlalu sopan nak."

"Maaf." Sesal Arin.

"Memang kamu ada salah?."

"Hmm."

"Gugup ya?."

"Sedikit."

"Santai saja. Oh ya kamu kenapa datang kemari?."

"Saya antar pesanan dari toko kue Aris Shop Cake's Tuan." Jawab Arin membuat Aron terkejut.

"Kamu bekerja disana?." Tanya Aron kepo.

"Iya Tuan saya bekerja ditoko kue itu."

"Yaudah mau langsung pergi?." Tanya Aron lagi dia sangat ingin mengobrol dengan Arin. Harapannya adalah semoga Arin menjadi keluarganya atau jika dibolehkan menjadi menantunya.

"Iya Tuan. Saya masih harus bekerja." Ujar Arin gugup dengan kepala yang sedikit menunduk.

"Haha baiklah kalian hati-hati dijalan. Saya duluan."

"Iya tuan terimakasih."

Arin dan Gigi kembali kedalam mobil untuk kembali ke toko kue.

"Arin lo kenal sama orang tua itu?." Tanya Gigi. Jiwa keponya sudah membara.

"Iya... sedikit." Jawab Arin enteng dengan masih fokus mengendarai mobil. Sedikit info Arin bisa belajar mengendarai mobil berkat bantuan teman SMA nya dulu.

"Darimana?." Tanya kembali Gigi yang masih kepo.

"Ya karena semalam aku bantu istrinya yang diculik." Jawab Arin.

"Diculik?."

"Iya... udah Gigi jangan kepo, aku lagi bawa mobil." Pinta Arin selembut mungkin.

"Hehe maaf."

"Iya gak apa apa."

...***...

"Pak tolong beri saya waktu untuk melunasi hutang saya, tolong Pak."

"Kau sudah berhutang sebanyak 150 jt. Jadi kau harus membayar."

"Saya belum ada uang Tuan.... bagaimana kalau saya memberikan anak saya kepada anda?."

"KAU INI GILA?!."

"T-tapi s-saya benar-benar tidak ada uang... saya akan berikan foto kedua anak saya... jika anda ingin, saya akan memberikan salah satu."

"Kau ini orangtua macam apa, kau sudah gila menjual anak sendiri? Dimana pikiran dan akalmu?."

"Tapi saya bingung harus mendapatkan uangnya dimana."

"Kau sudah berhutang dan harus bertanggungjawab."

"Maaf Tuan... i-ini f-foto k-keduanya."

Dika memberikan foto Arin dan Aren kepada Aron.

"Ini fotonya." Aron langsung terbelalak melihat dua foto Wanita yang mirip dengan Arin.

"Yang mengenakan hijab namanya Arinka Nurisyah kalau disatunya Arenka Nurisyah Tuan."

"Arin?."

"I-iya."

"Baiklah saya pilih Arin."

"Terimakasih."

"Pergilah."

"Saya permisi."

Setelah Dika keluar Aron langsung tersenyum penuh haru. Dia bergegas keluar untuk menuju rumah sakit. Sesampainya disana, Aron langsung tidak sabar bertemu istri tercintanya.