"Arin?."
"I-ini k-kenapa?." Arin sangat bingung dan ketakutan dia langsung tidak sadarkan diri melihat darah juga wajah Caselo, si pria bajingan yang kini tersungkur tidak berdaya dengan wajah lembam yang membiru.
Arsel yang sudah tidak emosi mengangkat tubuh mungil milik Arin ke pintu lain didalam ruangan itu, dimana didalamnya terdapat tempat tidur, sofa, televisi, kamar mandi seperti rumah pada umumnya.
"Hei kenapa kau pingsan?!." Arsel sudah panik terlebih dahulu sebelum Arin terbangun. Ia langsung keluar dan untung saja pertengkaran itu berakhir.
Arsel memanggil bodyguardnya untuk menangkap caselo, oh satu hal lagi yang harus diketahui sebelum menganggumi sosok Arsel. Arsel adalah pria berdarah dingin yang sadis. Jika dia sudah marah besar didepan orang banyak Arsel berani mengelupas kulit orang hidup-hidup. Ini bukanlah suatu kebohongan, namun ini kenyataannya.
Arsel kembali keatas melihat keadaan Arin wanita berhijab yang tengah pingsan itu bersama Aris. Aris tentu sedih melihatnya namun ntah apa yang membuat Aris sedih. Pasalnya ia dan Arin baru bertemu sekali dekat pun tidak juga.
Sudah 30 menit Arin pingsan dan baru saja sadar. Wajah pertama yang dilihat Arin adalah Anak kecil menggemaskan yang dirinya jumpai ditoko kue tempatnya bekerja. Awalnya Arin tersenyum namun langsung sadar akan kenyataan.
Arin langsung terduduk saat sudah sadar sepenuhnya dan wajah lain yang dilihatnya adalah seorang pria tampan disana yang tengah santai duduk sambil menyandarkan kepalanya dikepala sofa.
"sudah baikkan?." Tanya Arsel dengan suara khasnya. Arin mengangguk dan langsung menanyakan dimana dia berada.
"Kau ada diruang pribadi Katy." Jawab Arsel dengan enteng.
"Ha? R-ruangan bu Katy? Kenapa ada kasur?." Tanya Arin bingung.
"Iya Tante. Kantol papa juga ada kamal khusus istilahat. Ini kamal Tante Katy." Jawab Aris cedal.
"Kalian... siapa?." Gumam Arin bingung. Aris dan Arsel masih bisa mendengar ucapan Arin walau pun samar.
"Kalian apa Tante? Papakan yang punya toko kue ini." Jawab Aris lagi dengan imutnya, dan lihatlah wajah tidak berdosa anak itu.
"M-maksudnya, Pak Alsel p-pemilik t-toko ini?". Tanya Arin gagap, Arsel juga Aris hanya mengangguk membenarkan. Hal itu tambah membuat Arin cemas. Arsel sempat kesal karena dirinya dipanggil Alsel.
"M-maaf Pak." Ujar Arin meminta maaf kepada Arsel.
"Hmm."
"Yaudah Tante istilahat aja disini dulu." Ujar Aris bersimpati namun Arin langsung menggeleng.
"Hmm... saya masih harus bekerja jadi tidak mungkin yang lain bekerja saya istirahat dengan nyaman disini." Jawab Arin formal, dia masih tidak menyangka apa yang terjadi hari ini. Bisa-bisanya ia bertemu pemilik asli toko kue yang memiliki kue berharga jutaan rupiah. Arsel yang mendengar memincingkan mata, apa wanita ini sedang bermuka dua? Ucapannya sungguh familiar ditelinga Arsel. Arsel menjadi ragu.
"Tante kok jadi folmal lagi. Kayak tadi aja jangan kayak ini. Kalau Papa, Alis udah biasa." Pinta Aris yang membuat Arin tambah gugup. Dia memandang Arsel meminta pertolongan, sedangkan Arsel hanya mengangguk menyetujui permintaan sang anak. Arsel kalah kali ini. Bisa-bisanya Aris sangat akrab dengan orang yang baru dikenal.
"Oke." Fine Arin.
"Gitu dong."
"Yaudah Tante kerja dulu, permisi." Arin langsung keluar setelah mengacak rambut hitam Aris sambil tersenyum senang melihat wajah Aris yang cemberut.
Arsel tersenyum melihat tingakah kedua orang didepannya.
Yang Arsel herankan megapa Arin dapat meredakan emosinya dengan waktu singkat, biasanya ia tidak akan memperdulikan siapapun bila marah. Bahkan terkadang Mamanya pingsan, ia pun masih dapat melanjutkan pelampiasan dendam kepada orang yang membuat dirinya marah tersebut.
"Aneh." Lirih Arsel.
...***...
Arin sudah selesai bekerja saat ini, ia berjalan menyusuri jalanan yang sudah sepi karena memasuki waktu mahgrib. Ia tidak terlalu khawatir tertinggal shalat karena sedang haid. Arin terus berjalan menuju rumahnya. Namun ia mendengar suara seseorang meminta tolong dengan lirih. Suara itu berasal dari jalan sempit yang sudah tidak terpakai lagi.
Arin awalnya tidak perduli, namun suara itu semakin kuat dan membuat hati Arin membulat untuk membantu orang tersebut.
Dia memasuki jalanan sempit dan gelap tanpa ragu. Arin melihat seorang wanita paruhbaya dengan posisi tengkurap dan luka lembab disekujur tubuhnya.
Arin hampir saja tidak sadarkan diri jika wanita tidak berdaya itu tidak meminta tolong dengan suara rintihan yang menusuk hati Arin.
"T-tolong... t-tolong..." Setelah itu tidak ada suara apapun lagi dari wanita paruhbaya tersebut. Arin langsung mendekat dan menyadari jika wanita tersebut sudah pingsan.
Arin langsung memanggil ambulan setelah itu memapah wanita tersebut hingga keluar dari jalanan sempit agar bisa bernafas lebih leluasa. Ambulan pun tiba dan langsung membawa Wanita itu ke rumah sakit terdekat.
Sudah 30 menit Arin menunggu dan seorang dokter dari ruangan UGD keluar.
"Bagaimana Doker dengan wanita tadi?." Tanya Arin sesopan mungkin.
"Hmm... Anda siapannya Nyonya Alexanran ya?." Tanya balik Dokter tersebut yang membuat Arin bingung. Nyonya?.
"Saya tidak kenal wanita itu Dok. Tadi saya menemukannya di jalanan sempit. Saya menemukan wanita itu sudah babak belur sekujur badan dok." Jujur Arin kepada Dokter Lero.
"Terima kasih sudah menolong Nyonya. Sebentar lagi Tuan Alexanran akan datang tolong jelaskan kronologi kejadian. Saya permisi."
"Iya."
Sudah 20 menit Arin menunggu, ia akan pulang. Dan baru kali ini ia pulang terlambat selama bekerja. Baru saja dia berdiri dari duduknya namun tiba-tiba seorang pria paruhbaya dengan anak juga cucunya datang dengan wajah yang khawatir dan cemas yang mendominasi daripada lelah.
"Tante?..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Lilisdayanti
nyimak dulu 🤭
2023-12-04
0
Retno Anggiri Milagros Excellent
lanjut Thor
2023-12-02
0
Roha12
semangat Thor
cerita nya aku suka
2022-04-21
0