Tri sudah sampai di depan kampus elite swasta. Hal pertama yang dia lakukan adalah pergi ke kantor dekan, setelah selesai mengurus semua keperluannya, diapun pergi menuju ruang kuliahnya. Tri mengambil jurusan seni lukis, karena Tri senang dengan lukisan pemandangan indah. Tri merasa akan sangat menyenangkan, jika dia bisa melukis sendiri pemandangan yang dilihatnya.
Hanya beberapa orang saja yang hadir di kelas melukis. Tri merasa hal itu lebih baik, karena dia tidak perlu berinteraksi dengan banyak orang. Kelas bahkan belum dimulai, tetapi Tri sudah mendapat telepon dari Ike. Ike terdengar sangat kebingungan.
"Ya, Ke. Ada apa?" tanya Tri saat menerima telpon dari Ike.
"Tri, aku mohon kamu pulang Tri. Pulang secepatnya," ucap Ike
tut tut tut
"Aduh ... masa iya aku bolos di hari pertama kuliah, tapi Ike sepertinya sedang ada masalah?" Tri bergumam bingung. Tapi akhirnya dia keluar dari ruangan itu dan berlari, ia khawatir pada keadaan Ike. Tri berlari tergesa-gesa sampai menabrak dosen yang membawa setumpuk buku.
Brukk.
Semua buku yang dipegang dosen terjatuh.
"Maaf, Pak saya tidak sengaja!" Tri memungut semua buku yang berjatuhan, dia tidak sadar kalau kaca matanya juga terjatuh. Tri berdiri dan menyerahkan buku yang sudah dipungutnya. Dosen pria itu masih muda, Tri dan Pak Dosen saling tatap dengan pikiran yang saling menilai satu sama lain.
"Dia terlihat baik-baik saja tanpa kacamata? Apa itu hanya kacamata biasa?" ucap batin Dosen itu.
"Kenapa saat bertabrakan dengannya, aku merasa gugup? Jangan-jangan aku bakal kena masalah? Ah, masa bodo. Aku harus bergegas," ucap Tri dalam hati.
"Sekali lagi, saya minta maaf, Pak. Saya permisi, Pak!" Tri undur diri tanpa menunggu ucapan Dosen, dia langsung berlari ke parkiran gedung perkuliahan itu.
"Heii ... kaca matamu!!" teriak Dosen pria itu, tapi Tri sudah naik ke dalam taksi dengan sangat cemas.
***
Triana sampai dua puluh menit kemudian. Sebelum masuk ke dalam tempat pemandian, Tri melihat dua unit mobil sedan berwarna hitam, dengan masing masing dijaga satu orang bodyguard. Triana jadi makin cemas. Setelah masuk ke pemandian, Tri melihat Ike yang duduk disofa dengan menunduk, dan didepan tempat Tri duduk, berdiri tiga orang yang memakai setelan jas hitam. Sama persis dengan yang dilihat Tri di luar.
Tri menghampiri Ike, yang sedang duduk dengan ketakutan. Ike lalu membawa Tri ke salah satu ruang pemandian, untuk berbicara berdua. Setelah sampai di dalam ruang pemandian di lorong paling ujung, mereka masuk dan mengunci pintunya.
"Tri, gimana ini Tri?" tanya Ike kebingungan.
"Gimana apanya? Kamu ceritain dulu, Ke! Mereka siapa? Dan ada masalah apa?" Tri tidak mengerti arah pembicaraan Ike.
"Mereka ingin menyewaku, dan mengancam akan menuntut dan memenjarakanku jika aku tidak bersedia!" Ike terlihat sangat frustasi.
"Ke, aku gak ngerti? Coba kamu bicara pelan-pelan dan jelaskan detailnya agar aku mengerti, Ke!" Tri semakin bingung.
"Gini, Tri. Mereka ingin menyewaku untuk menikah, dengan tuan dari mereka. Mereka mengancam, aku tidak boleh menolak. Mereka bilang akan melaporkan kita, karena menjadi wanita sewaan, karena itu ilegal melanggar hukum, tapi aku gak bisa, Tri. Dua bulan lagi aku akan menikah dengan tunanganku, lalu gimana mungkin sekarang aku harus menikah dengan orang lain Tri, hikss hikkss...." Ike benar-benar sangat bingung dengan keadaan itu. Tri akhirnya memutuskan untuk menggantikan Ike.
Ike adalah orang yang sangat Tri sayangi, jadi mana mungkin Tri tega membiarkan Ike menderita. Tri akhirnya memutuskan menggantikan Ike. Lagipula ia tidak memiliki kekasih apalagi tunangan, jadi dia tidak sebingung Ike.
"Ke, biar aku saja yang menikah dengan Tuan dari mereka. Kamu tidak perlu khawatir lagi, tenanglah. Lagipula aku kan tidak punya pasangan, anggap aja aku dapat jodoh, hi hi!" ucap Tri berkelakar. Tri mencoba tegar dihadapan Ike, Tri tidak mau Ike mengkhawatirkannya.
"Tri, kamu yakin? Ini pernikahan sungguhan Tri! Bukan berpura-pura seperti yang biasa kita lakukan. Aku juga tidak melihat Tuan mereka. Bagaimana jika Tuan mereka, pria tua dengan banyak istri?" tanya Ike khawatir.
"Gapapa Ke. Aku yakin dengan keputusanku." Tri meyakinkan Ike agar tak khawatir padanya. Tiba-tiba terdengar ketukan.
Tok tok tok.
"Nona, kami sudah lama menunggu. Jangan sampai kami pergi sekarang, dan melaporkanmu ke polisi!" ancam pria dibalik pintu. Ike dan Tri pun keluar, lalu kembali ke depan dan duduk kembali di sofa.
"Tuan, biarkan saya yang menikah dengan Tuanmu. Saudaraku ini tidak bisa, karena ia akan menikah dengan tunangannya!" ucap Tri.
"Tidak masalah, karena Tuanku hanya butuh status dan surat nikah. Dia harus segera menikah, agar seluruh warisan kakeknya bisa dilimpahkan padanya sebelum kakeknya meninggal," jelas sang pria berbaju hitam, yang terlihat lebih tua dari yang lain.
"Saya akan bacakan peraturan dari pernikahan ini. Pertama, Anda harus mau menikah detik ini juga. Kedua, Anda tidak perlu bertanya ataupun mencoba mencari tahu siapa tuan kami. Ketiga, Anda tidak boleh menikah dengan orang lain lagi, dan jika suatu saat tuan kami mendatangimu, maka kau tidak boleh menolaknya. Itu adalah poin dari perjanjian pernikahan yang diajukan Tuan." Pria itu menyerahkan surat perjanjian itu pada Tri. Dia membacanya dengan teliti dan Tri mengajukan satu persyaratan.
"Bisakah aku mengajukan satu syarat?" tanya Tri.
"Silahkan Nona katakan, nanti saya sampaikan pada Tuan," jawab pria itu.
"Aku ingin setelah pernikahan ini, tolong biarkan aku hidup seperti semula lagi. Jangan mencariku atau memata-mataiku, biarkan aku bebas dengan hidupku!" ucap Tri.
"Baiklah Nona, saya akan menelepon Tuan sebentar, saya permisi." Pria itu pergi keluar. Tri dan Ike menunggu dengan cemas. Hanya persyaratan itu yang akan jadi pelindungnya dikemudian hari. Pria itu masuk kembali, Tri dan Ike saling berpegangan dengan cemas.
"Tuan kami setuju dengan syarat Nona. Silahkan Nona tulis syarat yang Nona ajukan di surat perjanjian dan segera di tanda tangani!" pria itu menyerahkan bolpoint pada Tri. Tri menulis syaratnya dan berkata pada pria itu.
"Apa aku boleh meminta tolong pada anda, Tuan?" ucap Tri.
"Akan saya coba, jika saya mampu saya akan menolong Anda," jawab pria itu.
"Bisakah, Anda rahasiakan wajah saya dari Tuanmu?" tanya Tri dengan ragu.
"Baiklah, saya berjanji, Nona," ucap pria itu.
Tri menanda tangani surat perjanjian, lalu ia memberikannya kembali pada pria paruh baya itu. Pria itu memberikan cek senilai 500 juta, serta sebuah kartu ATM berwarna gold.
"Ini adalah uang kompensasi, untuk membeli status anda. Karena setelah pernikahan ini, Anda tidak boleh menikah dengan pria manapun. Anda boleh mempunyai pasangan, tetapi tidak untuk menikah, apakah Anda mengerti Nona?" ucap pria itu. Tri mengangguk.
Mereka segera pergi ke KUA dan mendaftar atas nama Lanzi Leonard dan Triana Safitri. Mereka berada di ruangan khusus dan langsung melakukan akad nikah saat itu juga, dengan mempelai pria mengucap sumpah lewat telepon. Acara selesau dan Tri sekarang sudah sah menyandang gelar Nyonya Lanzi. Pria itu mengantar Tri kembali ke pemandian.
"Hah, selesai juga," ucap Tri sambil menghempaskan tubuhnya di sofa, dengan helaan nafas lega. Ike menghampirinya.
"Gimana Tri? Sudah beres?" tanya Ike penasaran.
"Hem, sudah beres, kamu gak perlu khawatir lagi," jawab Tri.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
**dikampus
Pria yang bertabrakan dengan Tri tadi ternyata dosen fakultas seni di mana Tri terdaftar. Dia sudah berdiri di depan kelas dan memandang sekeliling.
"Hmm... perhatian semua!" ucap sang Dosen berdehem. Semua mahasiswa dan mahasiswi memperhatikan ke depan.
"Perkenalkan, saya Aryan Navis, saya Dosen pengganti sementara di fakultas seni. Karena bu Sisi cuti hamil dan melahirkan, jadi selama 6 bulan kedepan, saya yang akan membimbing kalian. Baik karena saya sudah memperkenalkan diri, sekarang waktunya absen, agar saya mengenal kalian!" Aryan mengabsen satu persatu muridnya. Sampai saat absen terakhir disebutkan, tak ada sahutan. Murid fakultas seni hanya ada 23 orang termasuk Tri.
"Triana Safitri." Aryan menyebutnya sekali.
"Triana Safitri, tidak ada?" tanya Aryan. Semua murid menggeleng.
"Ok. Triana bolos di hari pertama kuliah. Apa hanya segini murid fakultas seni?" tanya Aryan.
"Iya, Pak," jawab mereka kompak.
"Sekarang kita mulai pelajaran melukis kita, dengan gambar sketsa sederhana dulu. Kalian boleh hanya menggambar sketsa bunga, teko, lilin dan sebagainya, dengan catatan satu gambar saja. Sekarang silahkan kalian gambar, nanti saya akan cek satu persatu!" Aryan lalu duduk di depan meja yang disediakan untuk Dosen.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
***di rumah Tri
"Ke, aku pergi dulu ya?" pamit Tri pada Ike.
"Mau kemana?" tanya Ike.
"Aku mau pergi ke Bank untuk mencairkan cek ini. Aku ingin menyimpan separuh uangnya dan separuhnya aku ingin membeli mobil, untuk kendaraan ke kampus. Karena angkutan umum itu tidak bisa diandalkan saat terlambat," ucap Tri.
"Oh begitu. Em... Tri kamu baik-baik aja kan?" tanya Ike khawatir.
"Aku baik-baik aja, Ke. Kamu ga percaya?" tanya Tri.
"Aku khawatir kamu akan menderita!" Ike merasa bersalah, karena gara-gara dia yang punya ide konyol pacar sewaanlah, yang akhirnya membuat mereka mendapat masalah.
"Ke. Aku gak papa kok. Malah senang dapat uang banyak, bisa beli apapun yang aku mau. Kamu lihat, Atm ini pasti menyimpan uang yang lebih banyak. Udah ah aku berangkat dulu, tar keburu gak sempat ke Bank lagi!" Tri melangkah pergi dan melambaikan tangannya pada Ike. Ike membalasnya.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
**di mobil di depan kampus Tri
"Halo Tuan, semua sudah beres. Saya akan mengurus semua pemindahan aset Tuan Leonard. Tapi Tuan Leonard ingin bertemu dengan istri Anda Tuan!" ucap pria tua berbaju hitam, yang tadi bersama Tri.
"Kalau begitu, kau minta dia menemui kakekku, sekali ini saja!"ucap pria diseberang telepon.
"Baik, Tuan!" ucap pria tua itu lalu menutup telpon.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
***di ruang fakultas seni
Sudah dua jam berlalu, Aryan pun mulai berkeliling, melihat satu persatu sketsa yang sedang digambar muridnya.
"Ini bagus, lanjutkan!" ucap Aryan pada seorang mahasiswa.
"Terima kasih, Pak" jawab mahasiswa itu. Aryan menepuk pundaknya pelan. Aryan berkeliling kembali. Di kaca jendela fakultas seni, banyak para mahasiswi yang berkerumun, mengintip Dosen baru fakultas seni.
Aryan memang punya paras yang tampan, dengan tatanan rambut style ala aktor K-pop. Dengan celana hitam dan kemeja putih panjang, yang lengannya digulung menjadi 3/4, tampang Aryan benar-benar membuat para mahasiswi berdebar, takkala dia menoleh dan tersenyum pada mereka.
"Wooo, gue ga tahan sama senyumnya, wuhh ... manis banget, bikin gue meleleh," ucap salah seorang mahasiswi.
"Ngarep lo, mana mau dia sama lo. Cocoknya tuh dia sama gue hahaha," balas mahasiswi di sebelahnya.
Saat mereka bicara seperti itu, tepat saat Nancy and the genks melewati mereka. Mereka berhenti di dekat kerumunan mahasiswi yang sedang memuji Aryan.
"Ada apaan sih, pada ngumpul depan kaca fakultas seni?" tanya Mela teman se-genk Nancy.
"Itu kak Mela, ada Dosen baru di fakultas seni. Ganteng banget, masih muda lagi!" jawab mahasiswi yang tadi berdebat. Nancy and the genk melongok ke dalam, dan seketika itu pula Nancy terpesona pada Dosen baru itu.
"Mel ... besok gue harus tambah mata kuliah jurusan seni!" ucap Nancy serius.
"Ok. Nanti gue urus sepulang kuliah, dan besok kita akan masuk fakultas seni," jawab Mela.
"Kalian aja deh, aku gak mau.Capek kalo tambah mata kuliah lagi. Gapapa kan aku ga ikut?" tanya Dinar teman Mela dan Nancy.
"Gapapa, lagian gue masuk fakultas seni bukan buat belajar ngelukis, tapi gue mau deketin Dosen ganteng itu," ucap Nancy.
"Iya, gue dukung lo ko, Nan. Dan gue yakin tu Dosen bakal berhasil lo taklukkin," ucap Mela dengan yakin. Mereka pun berlalu pergi dari sana.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
***Di rumah Tri
Tri selesai mengurus urusannya di Bank, lalu Tri membeli mobil sedan merah yang sangat elegan dengan ban sporty. Tri pulang ke rumah menggunakan mobil itu. Mobil itu bukanlah mobil baru, tapi mobil tarikan dari orang, yang tak sanggup membayar kreditannya. Tri membayar tunai mobil itu seharga 200juta. Saat sampai di depan rumah, Tri menegang kaku, melihat dua mobil sedan hitam yang tadi pagi datang membawa pria tua dan para bodyguard.
"Ada apa lagi ini?" pikir Tri dalam hati.Tri turun dari mobilnya dan bergegas masuk. Dan benar saja Tri melihat pria tua itu sedang duduk di sofa dengan ditemani Ike di depannya.Tri bertanya-tanya kenapa mereka datang kembali, setelah setuju untuk memberikan Tri kebebasan setelah pernikahan selesai.
"Kenapa kalian datang lagi?" tanya Tri penuh kewaspadaan.
"Maaf, Nyonya saya ada permintaan pada nyonya. Bisakah Nyonya bertemu dengan kakek Tuan Lanzi sekali ini saja, untuk meyakinkan Tuan Leonard bahwa Tuan Lanzi memang sudah menikah," ucap pria itu.
"Dan ini perintah Tuan Lanzi, Anda tidak bisa menolak, Nyonya," sambungnya lagi.
"Aku bukan Nyonya kalian, dan aku bersedia hanya untuk kali ini saja. Ok!!" jawab Tri. Pria tua itu mengangguk dan mempersilahkan Tri berjalan lebih dulu ke mobil mereka. Tri pun masuk ke mobil sedan hitam, dan pergi bersama pria paruh baya itu. Mobil melaju menuju rumah kakek Lanzi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Yani SNA
nyimak
2020-12-26
1
🌼 Pisces Boy's 🦋
jejak
2020-08-13
1
Sri Yani
seru
2020-06-07
1