Author curhat dikit ya!
Author suka baca novel dr SMP.dan punya cita cita jd penulis novel
brsyukur skrng ada MT
jd aq ttp smngat nulis novel
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Ken menghampiri mobil dan melaporkan pada Aryan.
"Tuan Muda, Nyonya Muda bilang jika Tuan ditunggu di dalam," ucap Ken.
"Hm, baiklah." Aryan merapikan jasnya lalu keluar dari mobil. Aryan lalu melangkah dari mobilnya menuju halaman rumah yang kosong. Aryan memaklumi karena istrinya baru membeli rumah kosong ini. Aryan sampai di pintu dan menarik nafas untuk menenangkan diri.
Aryan juga tidak mengerti kenapa dia harus segugup itu untuk menemui istri sewaannya. Aryan melangkah masuk dan menuju ruang tamu rumah itu. Saat sudah sampai, dia hanya melihat Tom yang sedang duduk seorang diri di sana. Tom bangun saat melihat majikannya datang.
"Dimana dia?" tanya Aryan.
"Silahkan duduk, Tuan. Nyonya sedang di dapur. Nyonya bilang akan membuat teh dulu!" ucap Tom. Aryan memilih berdiri dan Tom pun jadi berdiri disamping Ken. Ken dan Tom berdiri di belakang Aryan. Terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat dari arah dapur, menuju ruang tamu.
Aryan terpana, tak percaya, saat seorang perempuan berdiri beberapa langkah darinya. Dan Tri pun tak bisa menahan rasa kagetnya, saat melihat pria yang memakai stelan jas rapi didepannya, hingga nampan yang dibawanya terjatuh dari kedua tangannya.
Praang
Nampan berisi tiga cangkir teh panas itu terjatuh, dan air teh panasnya mengenai kaki Tri.
"Aawwhh!" Tri mundur dan mengusap betis depannya yang kena air panas.
"Kamu gapapa Tri?" Aryan mendekati Tri dan berjongkok dihadapan Tri. Aryan mengusap kaki Tri, Tri mundur dua langkah tanpa berkata apa-apa.
"Pak Tom ... tolong bilang sama saya, kalau dia bukan orang yang pak Tom maksud kan?" Tri berharap dia mendapat jawaban, jika Aryan bukanlah orang yang menikah dengannya. Tapi perkataan Tom membuat Tri menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Maaf Nyonya, tapi dia adalah Tuan Lanzi Leonard. Suami anda Nyonya!" ucap Tom.
Gak mungkin ini sebuah kebetulan.apa memang Tuhan mentakdirkan dia buat aku.orang yang sudah membuatku jatuh hati adalah orang yang sudah menikahiku.Tapi dia tahu siapa aku,pekerjaan hinaku.apa dia mau menerimaku.apa aku pantas untuknya?
Aryan bangun dari jongkoknya dan menyuruh kedua anak buahnya itu keluar.
"Kalian keluarlah, tutuplah pintunya dan tunggu saya dirumah saja. Saya perlu banyak bicara dengannya!" ucap Aryan memberi perintah.
"Baik Tuan. Kami permisi Nyonya, Tuan!" Mereka lalu keluar dan menutup pintu.
"Hehm ... sepertinya kali ini kau tidak bisa lari dariku, Nyonya Lanzi Leonard aka Triana Safitri!!" ucap Aryan dengan senyum yang mengintimidasi Tri. Tri gemetar takut jika Aryan akan membalas dendam, atas penolakkan kasar Tri.
"Bagaimana bisa kamu Lanzi?"tanya Tri. Tri mengenal Lanzi sebagai dosennya, jadi ia bingung, kenapa nama Aryan berubah menjadi Lanzi.
"Oh, apa sekarang istriku sedang menginterogasiku, ha ha!" ucap Aryan tersenyum.
"Bukan seperti itu, hanya saja..." ucapan Tri menggantung.
""Bisakah kita bicara sambil duduk santai Tri? Pegal kakiku berdiri terus. Baru ketemu, suaminya dah dibully gini," goda Aryan.
"Ma ... maaf Pak. Aryan silahkan duduk!" Tri mempersilahkan Aryan duduk, tapi Aryan tetap berdiri ditempatnya, sedang Tri sudah berjalan ke arah sofa dan duduk disana.
"Pak Aryan, silahkan duduk! Kenapa masih berdiri? Bukankah ingin bicara sambil duduk?" tanya Tri setengah menyindir.
Aryan tak merespon ucapan Tri.Dia hanya menatap Tri jengkel.
"Aku tidak akan bergerak kalau kamu masih panggil aku, dengan sebutan Pak! Aku suamimu di sini, bukan dosen kamu!" ucap Aryan. Tri hanya melongo tak percaya dan bangun kembali.
"Baiklah, itu lebih baik. Berdirilah di sana sampai kakimu mati rasa, dan kesemutan. Saya mau pulang ke rooftop, bye Pak Lanzi!" ucap Tri sambil melangkah keluar, tapi baru dua langkah, perasaan iba Tri tak mengijinkan orang yang dicintainya ini tersiksa.
"Ishh, tetap aja nyebelin, ngesalin. Kenapa mesti kamu sih yang nikah sama aku," omel Tri. Àryan tersenyum geli melihat tingkah Tri.
"Ya, udah, duduk Mas!" ucap Tri dengan kesal. Tri duduk kembali disofa panjang. Aryan berjalan menuju sofa panjang dan duduk disamping Tri. Tri merasa canggung dan berdiri hendak pindah tempat duduk, tapi tangannyà ditahan oleh Aryan.
"Duduklah! Mau kemana lagi sih?" ucap Aryàn dengan kesal.
Tri duduk kembali disamping Aryan. Tri menarik tangannya, tapi Aryan makin kencang memegang tangan Tri.
"Aku udah duduk, sekarang lepasin tangan aku, Mas!" pinta Tri.
"Aku gak mau lagi lepasin kamu Tri. Sekarang aku mengerti kenapa aku bisa jatuh cinta sama kamu!" Aryan menatap intens ke wajah Tri. Tri memalingkan wajahnya yang mulai memerah ditatap lembut oleh Aryan.
"Memangnya karena apa?" tanya Tri.
"Karena kamu jodohku. Kamu bahkan sudah menjadi istriku, kita ini benar benar berjodoh!" ucap Aryan. Tri menoleh ke arah Aryan. Pandangan mereka bertemu, mereka saling pandang dengan sorot mata penuh cinta.
"Aku bukan wanita baik-baik dan ... kamu tahu itu, Mas! Aku tidak pantas buat kamu. Lebih baik kamu cari istri yang lain!" ucap Tri.
Aryan tidak suka mendengar ucapan Tri. Aryan menarik kuat tangan Tri, hingga tubuh Tri menempel ke tubuh Aryan.
Tri berteriak kaget. Aryan memeluk pinggang Tri yang duduk lebih dekat disampingnya, karena Aryan menariknya tadi. Tri mendorong tubuhnya kebelakang agar menjauh dari Aryan.
Aduh jantungku hampir meledak karena gugup. Benar-benar lucu. Orang yang ingin aku hindari, justru malah sudah jadi suamiku. Aku bahagia sekali. Saking bahagianya, jantungku berdetak sangat cepat, laksana sedang lari maraton.
Tri membatin, dan anehnya bagai punya ilmu membaca pikiran, Aryan menebak dengan tepat isi hati Tri.
"Sama seperti halnya aku yang senang menjadi suamimu. Kamu juga senang kan, Tri, jadi istriku?" tanya Aryan. Tri tidak menjawab tapi malah tertunduk malu, karena ketahuan oleh Aryan bahwa dia memang senang menjadi istri Aryan. Aryan memegang dagu Tri dan mendongakan wajah Tri agar menatapnya. Wajah Tri sudah sangat merah.
"Trii ...!! Hei kenapa malah bengong gitu? Biasanya juga galak banget kan ... Aww," Tri memukul dada Aryan pelan, tapi Aryan meringis berpura-pura sakit.
"Maaf, maaf, sakit ya? Perasaan aku mukulnya pelan," Tri mengusap-usap dada Aryàn yang tadi dipukul olehnya. Usapan tangan Tri membuat gairah Aryan naik. Aryan menangkup wajah Tri dengan kedua tangannya, lalu mencium lembut bibir Tri. Tri mendorong Aryan.
"Kamu sudah tidak ada alasan buat nolak aku, Tri. Sekarang kamu istriku, cintamu dan hatimu cuma boleh buat aku. Termasuk tubuh kamu!" ucap Aryan menatap tajam pada kedua mata Tri.
"Aku tahu. Aku bukannya menolak, hanya saja..." ucap Tri dengan ragu.
"Hanya apa?" tanya Aryan penasaran.
"Hanya saja, aku takut digrebek warga, berduaan sama kamu disini. Surat bukti pernikahan kita, masih aku simpan di rooftop. Warga di sini belum tahu tentangku, karena aku belum melapor," ucap Tri sepelan mungkin, agar tidak membuat Aryan marah.
"Oh, begitu rupanya!" ucap Aryan.
"Kalo gitu kita ke hotel!" ucapnya lagi.
"Hahh, ke ... ho ... hotel. Mau ngapain Mas, kita ke hotel?" tanya Tri gugup.
"Menurut kamu?" Aryan memandang Tri dengan pandangan mesum, membuat Tri makin merona karena malu.
"Aku gak mau!" ucap Tri tegas.
"Kalau ... ke rumahku?" tanya Aryan.
"Terserah asal jangan ke hotel, aku gak mau!!" ucap Tri. Aryan bangun dan menggengam jemari Tri.
"Ayo, kalo gitu kita ke rumahku!" ajak Aryan.
"Tapi ... nanti ada pak Tom!" ucap Tri.
"Mereka di rumah kakek, bukan di rumahku. Kenapa aku ngerasa seperti mau membawa selingkuhan, ya. Ribet banget!" ucap Aryan kesal karena Tri seperti takut, jika hubungan mereka ketahuan orang lain.
"Hehe, aku cuma malu, karena itu, karena..." Tri ragu-ragu dan tidak melanjutkan ucapannya.
"Aku pergi kalo gitu. Terlalu banyak alasan yang kamu ucapkan padaku, dan itu menunjukan bahwa kamu sebenarnya menolak, benar kan?" Aryan melepaskan pegangan tangannya, ia menuliskan alamat rumahnya di ponsel Tri, lalu keluar dari rumah dan pergi menggunakan taxi.
Tri merasa bersalah, karena terkesan menolak ajakan Aryan. Tri duduk di sofa sambil memegang ponsel, dan memikirkan bagaimana seharusnya dia menjelaskan pada Aryan, jika Tri hanya gugup saja tak bermaksud menolak.
Aryan sampai di rumahnya lima belas menit kemudian. Aryan masuk dan merebahkan tubuhnya diranjang kamarnya. Aryan merasa sangat bahagia, karena ternyata wanita yang membuatnya tergila-gila adalah istrinya sendiri.
"Ahh lebih baik aku mandi. Biar tegangan milikku turun!" ucap Aryan sambil bangun dan berlalu masuk ke kamar mandi.
Sedangkan Tri dirumah barunya memutuskan menyusul Aryan ke rumahnya. Tri mengambil kunci mobil dan segera berlalu melajukan mobilnya ke rumah Aryan.
"Benar juga, ternyata jika sudah jodoh, sejauh apapun kita pergi, jodoh akan tetap mendekatkannya kembali. Aku sudah jauh-jauh pindah dari rooftop pemandian IT, tapi malah menjadi dekat dengan rumah Aryan, hehe," ucap Tri terkekeh geli, memikirkan takdir antara dirinya dan Aryan. Hanya dalam waktu 15 menit, Tri sudah sampai didepan rumah Aryan.
Ting tong ting tong.
Tri memencet bel rumah Aryan.
Aryan yang baru keluar dari kamar mandi, terpaku mendengar bunyi bel. Aryan yang tadinya hendak memakai baju pun mengurungkan niatnya, dan memilih untuk melihat siapakah tamunya itu.
Ceklek.
Aryan membuka pintu, dan terpaku melihat Tri yang berdiri didepan pintu rumahnya. Tri yang melihat Aryan hanya memakai jubah mandi, merasa malu dan menundukkan wajahnya.
"Kok nyusul? Kenapa, kangen?" ledek Aryan.
"Aku pulang kalo kamu ngeledekin aku terus!" Tri berbalik hendak pergi, lalu Aryan menahan tangan Tri dan menarik Tri untuk masuk.
"Masuklah, sayang!" ucap Aryan lembut.
Tri masuk dengan dituntun oleh tangan Aryan.
"Duduklah, aku buatkan kamu minuman dulu!" ucap Aryan berjalan menuju ke dapur, baru tiga langkah Aryan melangkah, iba tiba Tri memeluk?.^^ pinggang Aryan dari belakang.
"Maaf mas aku gak bermaksud menolak kamu tadi!"ucap Tri merasa bersalah.
"Aku tahu, karena itu aku pulang," uap Aryan memegang kedua tangan Tri yang melingkar diperutnya lalu, membalikan badannya dan menghadap Tri. Aryan menyentuh puncak kepala Tri dan mengusapnya lembut.
"Kamu hanya masih malu padaku. Itu wajar sayang, ini pertama kalinya kita bertemu sebagai suami istri. Kamu biasakan saja dirimu dengan status baru sebagai istriku!" ucap Aryan penuh pengertian dan perhatian.
*P*ria cabul yang sering menggangguku ternyata bisa sepengertian ini, sehalus dan selembut ini saat bicara?
"Tri aku cuma cinta, sama kamu!"Aryan mengecup kening Tri. Tri hanya mengangguk, dan memejamkan mata.
"Kamu gak cinta ya? sama aku," tanya Aryan, karena Tri tak menjawab pertanyaan cinta Aryan. Tri hanya tersenyum malu-malu.
"Hahh, ternyata cintaku bertepuk sebelah tangan ... sedihnya!" Aryan mendesah kecewa, berpura-pura agar Tri mau menjawabnya.
"Tidak!" ucap Tri singkat. Aryan langsung berbinar senang.
"Benarkah? Tapi kamu gak jawab aku tadi!" Aryan bersikap manja dan Tri tersenyum geli melihat sikap manja Aryan.
"Hahaha, ini benar-benar pemandangan langka. Dosen killer jurusan seni, bisa seimut ini saat merajuk, hahaha," goda Tri, sambil tertawa lepas dan Aryan hanya memandangnya dengan senyum manisnya. Tri yang terus ditatap Aryan pun berhenti tertawa.
"Aku mencintaimu, Aryan Navis!" Tri akhirnya mengungkapkan cintanya pada Aryan.
"Cinta sama Aryan? bukan sama Lanzi, suami kamu?" ucap Aryan heran.
"Aku lebih dulu bertemu dengan Aryan, sedangkan Lanzi, aku baru bertemu hari ini," ucap Tri.
"Tapi, kan sama itu aku juga?" tanya Aryan.
"Terserah kamu, sayang!" ucap Tri karena malas membalas rengekan Aryan.
"Kamu tadi panggil aku apa, 'sayang'? " tànya Aryan.
"Iya sayang. Dah 20 menit aku berdiri dipelukan kamu ... pegal kakiku!" ucap Tri.
"Hehe, pegal ya?" tanya Aryan. Tri mengangguk, mengiyakan pertanyaan Aryan. Aryan lalu membopong Tri.
"Ngapain aku mesti dibopong sih, sayang?" tanya Tri heran. Tri hanya ingin duduk karena kakinya sudah capek berdiri, tapi Aryan malah membopong Tri.
"Karena aku ingin menunjukan kamarku padamu, sayang," ucap Aryan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Tri. Wajah Tri merah merona digoda oleh Aryan.
"Aku disini tinggal sendiri, jadi kalau mau menjerit juga tidak apa-apa, hehe," ucapnya lagi.
"Apa sih, ihh ... nyebelin!" ucap Tri.
"Tapi ngangenin, kan!" jawab Aryan.
"Ge er. Siapa emang yang mau ngangenin kamu?" ucap Tri.
"Ya kamu lah!" jawab Aryan. Aryan membopong Tri ke kamarnya, dan menidurkan Tri di ranjang. Aryan mencium Tri dengan lembut. Tri membalas pagutan bibir Aryan tak kalah lembut. Mereka saling mencecap dan menghisap, menumpahkan segala perasaan cinta yang telah mereka pendam. Aryan menurunkan ciumannya ke leher Tri.
Tri meracau merasakan tangan Aryan yang sedang bermain dengan bukit kembar miliknya. Sedang lidah Aryan terus bergerak mengusap dan menyapu leher Tri. Aryan menaikan dress yang dipakai Tri hingga lolos dari tubuh Tri.
"Sayang, aku benar-benar gak nyangka jika kamu akan menjadi milikku," ucap Aryan menatap mata Tri yang meredup, karena sentuhan Aryan didaerah sensitifnya. Aryan lalu mengecup bibir Tri kembali dan Tri membuka mulutnya, membiarkan lidah mereka saling menjelajah rongga mulut masing-masing. Sesekali Aryan dan Tri saling menghisap lidah. Aryan membuka seluruh pakaian yang dipakainya, juga yang Tri pakai.
Sebuah panggilan telpon mengganggu kegiatan mereka. Aryan berdecih kesal.
ddrttt ddrtttt drtttt
"Ch... sial. Siapa sih yang gak tahu aturan ganggu gw lg nanggung aja," ucap Aryan kesal. Aryan bangun dari atas tubuh Tri dan menutupi tubuh Tri dengan selimut.
"Maaf, sayang. Mas angkat telpon dulu!" ucap Aryan. Bukan cuma Aryan yang kecewa karena kegiatan mereka terganggu. Tri juga merasakan hal yang sama.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
please like n koment readers budiman
tinggalkan jejak kalian
dkung selalu author
biar tambah semangat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
mentari
iklan dulu
2021-03-17
1
Sri Yani
reklame bos
2020-06-07
1
A - 𝐙⃝🦜
😂😂😂
2020-05-07
2