Belum Terbiasa

Sinar baru saja sampai di depan gedung AGIOV VOLKS Group yang dipegang oleh Noren Agustion Giovano-, sahabatnya dan termasuk salah satu pebisnis muda ternama di Asia. Dimana dia juga merupakan salah satu anak konglomerat yang terpandang. Dari dulu saja, Sinar juga sudah kagum dengan kinerja yang ditampilkan oleh Noren. Anak yang dulunya pendiam itu memang sangat rajin dan bertalenta. Pemahaman bisnisnya pun sepertinya diturunkan dari tangan yang hebat.

Memandang gedung besar di depan matanya, Sinar bersenandung. Meskipun dia juga merupakan salah satu pebisnis dan rekan kerja Noren, perusahannya masih disokong oleh Noren sendiri. Membuat aliansi kerja sama yang saling menguntungkan sehingga dia sendiri yang selalu berpergian dalam dan luar negeri ketika ayahnya mempercayakan perusahaan padanya.

Sebenarnya mulai hari ini, dia tidak harus datang ke perusahaan Noren. Dia bisa mengutus asistennya untuk mengurus berkas pemidahtanganan dan kontrak untuk cabang yang sebelumnya dia pegang di Jepang. Tapi, karena ini adalah Noren, dan sekalian mengajak nongkrong bersama nanti siang, jadilah dia pergi sendirian.

Dengan senyum yang terpampang diwajah karena dia baru saja mendapatkan balasan manis dari Hala, perempuan lucu incarannya yang sejak bertemu sudah membuatnya jatuh hati, jadilah dia masuk ke dalam gedung. Beberapa orang yang mengenalnya membungkuk sopan padanya dan menyapa. Sinar balas menyapa dengan ramah. Menaiki lift gedung untuk sampai di ruang kantor Noren, dia mendekati sekretaris yang sedang mengurus berkas di mejanya.

“Pagi Mbak Nabila” dia menyapa dengan sopan, menyandarkan tubuhnya di bagan meja, tidak menyangka Wanita itu akan terkejut dengan dua bola mata yang hampir menjeblak keluar, membuat Sinar harus menahan tawanya.

“E-eh, Pagi, Pak Cakrawijaya. Selamat datang” Nabila tersenyum setelah keterkejutannya dan segera berdiri. “Anda ingin bertemu Pak Giovano, ya? Tapi maaf, Pak Giovano belum datang pagi ini, kemungkinan besar akan datang sebentar lagi. Silahkan menunggu di dalam saja, Pak. Saya akan mengabari Pak Giovano atas kedatangan anda”

Wanita itu tersenyum ramah, membungkuk sedikit untuk menunjukkan kinerjanya. Sinar mengangguk sebelum menarik dirinya dan melihat pintu ruangan Noren. “Terimakasih banyak, mbak Nabila. Ah, dan lain kali jangan terlalu fokus, kamu bakalan kena serangan jantung kalau sering terkejut” Sinar tertawa lepas. Nabila mendecih, cemberut, tetapi membalas dengan sarkastik.

“Yah, tidak sembarang orang sering mengejutkan saya. Lain kali kalau jalan pakai suara ya, Pak, agar anda tidak disangka hantu atau setan, Pak Cakrawijaya” dia mencibir.

Sinar menatapnya dengan tatapan geli sebelum menggeleng. “Oke, Terimakasih sarannya. Ah, ternyata anda tidak sekaku yang saya kira. Kerja bagus. Sampai nanti mbak Nabila” Sinar mengedipkan satu matanya sebelum melambai dan masuk kedalam ruangan. Nabila menggeleng dengan kelakuan absurd sahabat bos nya itu sebelum mengambil ponsel dan mengabari atasannya bahwa Sinar datang berkunjung.

Sebenarnya, kantor Noren sendiri sudah seperti rumah. Disana sangat nyaman dan bahkan suasananya sudah cocok untuk dijadikan kamar. Itu sendiri karena Noren selalu menghabisan waktu disana, bahkan mengurus beberapa hal sampai tidak bisa pulang sama sekali. Noren adalah seorang yang perfeksionis, itulah mengapa dia bahkan punya kasur sendiri di balik pintu kantornya.

“Mau ngambil berkas?”

“Eh, setan! sialan lo ngagetin gue aja” Sinar mengelus dadanya ketika Noren tiba-tiba saja sudah berada di dalam ruangan. Wajahnya terlihat segar, padahal biasanya dia kaku dan selalu menunjukkan ekspresi malas jika berada berdua saja dengan Sinar.

Noren mengangkat bahunya sebelum memilih untuk duduk di kursi kebesarannya, meraih kacamata kesukaan dan mengeluarkan berkas yang memang sudah dia persiapkan sejak semalam. “Makanya kalau punya telinga tuh, buat mendengar. Pintu bunyi aja sampe nggak denger lo” Sinar cemberut, tetapi Noren sudah biasa menghadapi hal seperti ini.

“Ya santai aja kali, ah. Masih pagi juga jangan sensian, deh” Dengan cepat Sinar berdiri dan mengambil dokumen dari meja Noren. Anak itu mulai menggulir tab-nya dan membuka aplikasi perusahaan untuk mengecek jadwal hariannya. Tertanda bahwa dia akan melakukan meeting penting pada perusahaan rangkaian mobil listrik terbaru dan pengembangan inovasi dari perusaan ternama untuk aliansi.

“Gue nggak sensi, sih. Eh, lagian ngapain lo dateng kesini sendiri kayak nggak punya sekre aja lo”

“Ya gimana, gue mau nyapa lo aja, sih. Masa lo nggak seneng sahabat lo yang ganteng gini nyamperin lo?. Kita tuh udah lama nggak bisa dapat waktu bareng, sekalinya bareng lo malah nyuruh gue pergi” Sinar mencibir, membuka dokumen dan merasa puas. Matanya ia kembalikan lagi pada Noren dan alisnya berkerut ketika melihat senyuman kecil hadir diwajah kaku sahabatnya itu. “Eh bahagia banget sih lo kayaknya. Ada apa, nih?”

Noren bergumam senang, “Habis ngejalanin progress gue lah, buat ngambil hati adek lo” dia terkekeh sedikit. “Gue kan sekarang udah jadi seorang cowok dengan tujuan masa depan yang cerah dong, ah. Udah lama nunggu juga gue buat deketin adek lo” matanya berbinar cerah, Sinar menatapnya dengan tampang ingin menampar.

“Jadi bener kata gue, lo selama ini ga punya masa depan” dia menatap Noren, menggelengkan kepalanya dengan mirirs “Tapi lo bisa ada di posisi ini semudah membalik telapak tangan. Ren, lalat aja mungkin iri setengah mati sama lo kali ya”

“Masih pagi jangan ngelantur, elah. Lagian juga lo tau gue berusaha, ‘kan?”

“Iya deh iya. Dicandain dikit doang, lho” Sinar meletakkan dokumen di atas meja, menarik ponselnya keluar dan duduk kembali dengan nyaman di sofa empuk ruang kantor. Ada hening sejenak karena Noren memang terlalu malas untuk berbicara. Jangan penasaran dengan hubungan persahabatan antara dua bro ini gimana, ya, mereka emang kadang kalau lagi diem ya diem, kalau lagi heboh ya heboh. tapi kebanyakan diemnya sih karena bagi Sinar, Noren tuh susah dicandain. Maunya diseriusin terus, eh? Tergantung, untuk konteks tertentu sebenarnya.

Lagi mode hening yang nyaman, ponsel Sinar tiba-tiba berdering di tangannya. Nama adiknya yang cantik tertera dengan manis disana dengan caller name Nalily pakai emotikon hati merah di ujungnya. Dulu Lisa geli dengan kakaknya yang alay, terus protes kenapa namanya diganti Lily, rupanya karena si kakak ini suka sama bunga Lily dan adiknya itu dianggapnya secantik bunga itu, jadilah Lisa membiarkan si kakak menamai kontaknya seperti itu. Anggap dia senang karena dari sekian banyak temannya yang protes karena kakak mereka nyebelin, dia punya kakak yang romantis baik hati dan ganteng lagi. Tapi sayang, kadang-kadang bodoh dan bucin-nya berkolaborasi. Kadang bisa jadi bego kalau dibiarin terus.

“Eh panjang umur, baru aja dibicarain” Noren yang dari tadi sibuk dengan penjadwalan baru dan email masuk, mematahkan lehernya untuk melihat Sinar yang nyengir di depan ponselnya. Hati Noren berbunga-bunga, Itu pasti karena Lisa sudah menerima hadiahnya dipagi hari. Calon istrinya itu pasti ingin berterimakasih padanya karena menjadi malaikat dipagi yang indah ini.

“Lisa, ya? angkat gih, kalau bisa lo speaker ya, Nar”

Sinar mencibir sebelum mengangkat telpon dan menekan tombol speaker.

“Hal--,”

“Kak lo dimana sekarang?!”

Baru saja Sinar ingin menyapa adiknya dengan manis, Lisa sudah lebih dulu menaikkan nada suaranya, terdengar sangat jengkel padahal masih pagi.

“Gue? gue ya di kantor, dek. Kenapa nih pagi-pagi udah emosi aja? Nanti cantiknya hilang lho, dek” Sinar mencoba merayu si adik.

“Di kantornya siapa lo kak? Jawab jujur! gue emosi nih”

Mengernyit, Sinar menatap Noren dengan penasaran. Sedangkan yang ditatap hanya memberikan cengiran senang dan mengangkat bahu sebelum menyuruh Sinar untuk melanjutkan pembicaraan.

“Gue dikantornya calon lo, nih. mau ambil-“

“Speaker ya telponnya. Gue mau teriak nih ke dia. Kesel banget gue anjir! mau ditaruh dimana muka gue???”

“Eh, lo kenapa dek?” Sinar panik. “Lo apain adek gue, sih Ren? sampe marah-marah masih pagi gini?”

Noren senyum lebar. tahu pasti Lisa akan bereaksi seperti ini. “Nggak ngapa-ngapain, kok. Gue malah ngasih dia kue sama bunga ke kantor. Minta tolong sama Danang tadi buat titipin ke Mas Leo” Noren berbicara seolah tidak mempunyai beban sama sekali. Lisa yang diujung sana sudah emosi tingkat tinggi.

“Eh, Mas Leo kan-,”

“LO NGAPA NGASIH KE BOS GUE, SIH?!! KALO GUE DIPECAT GIMANA ANJIR? KERJAAN GUE DIPERTARUHKAN! Lo malu-maluin gueee, gue BENCI!”

Untung saja Sinar memegang ponselnya dengan kuat, kalau tidak, itu ponsel sudah terlempar gara-gara Lisa teriak di speaker. Noren tertawa keras, lucu sampai keluar air mata. Gemes banget sama Lisa dong dia.

“EH? Gila lo ya Kak? masih bisa ketawa! orang–orang pada ngeliatin gue dan rusuhin gue! lo siapa sih seenaknya aja main masuk ke kehidupan gue kayak begini? rusak semua ketenangan gue. Gue gamau ketemu lo lagi. Gue benci!”

Lisa merengek kesal dari ujung sana. Sinar menghela napas, tau bakal begini jadinya. Lisa yang emosian ditambah lagi dengan Noren yang agak nggak waras.

“Dek.. udah jangan marah–marah masih pagi lho, dek. Tenang dulu, ya?” Sinar berusaha untuk menenangkan Lisa. tapi adiknya masih keras kepala kalau sudah kesal.

“Nggak mau, kak lo tau nggak, sih? gue diserbu pertanyaan sama anak-anak kantor. Gue juga malu banget sama Pak Leo! gue selalu profesional kalau kerja, lo ngerusak semuanya tau nggak? gue benci pokoknya gue gabakalan mau nikah sama lo! nggak sama sekali!”

“Dek..” Sinar menghela napas dalam. Melotot kearah Noren yang masih terlihat bahagia seolah-olah ucapan Lisa cuma gertakan semata. Yah, Sinar tau, Noren bakalan ngelakuin apapun buat dapetin adiknya. Pasti. Dan masa depan adiknya, hanya dengan melihat Noren aja Sinar bisa tau kalau nanti pernikahan itu akan tetap berlanjut. “Lo ah Ren, kasian nih adek gue. ‘Kan udah gue bilang jangan kelewatan”

“Gue masih dalam batas wajar, kok” Dia terlihat tenang, sebelum menunjuk ponsel untuk mengisyaratkan memutuskan sambungan seolah-olah itu bukan dari satu-satunya Lisa, calon masa depannya nanti dan orang yang selama ini dicintai oleh Noren sendiri. “Tutup gih biar dia bisa balik kerja lagi” lanjutnya.

“Eh Lo jangan mainin gue ya kak Noren! jangan temuin gue lagi dan jangan ngirim yang aneh-aneh ke gue lagi. Lo udah gue blacklist dari hidup gue!” Lisa kembai memenggerutu, kali ini dengan nada yang kesal yang lebih serius dari sebelumnya seolah mencoba memberikan peringatan terakhir.

“Ya coba aja sih, dek. Nanti kamu juga yang bakalan ngucap sumpah pernikahan sama aku, kok” Noren terkekeh lucu. Lisa hampir berteriak sebelum Sinar cepat-cepat menutup sambungan dengan adiknya. Dia mendesah keras sebelum melempar ponsel ke sofa di sebelahnya.

“Lo gitu amat mau buat adek gue marah”

Noren tertawa lucu bersandar di kursinya dan menatap Sinar dengan senyuman tipis. “Habis dia lucu sih kalau lagi marah. Gue bisa bayangin gimana gemesinnya dia sekarang” Sinar memang bisa melihat bagaimana pandangan yang geli itu berubah jadi pandangan sendu penuh perasaan. Menghela napas lagi, Sinar berdiri dan melambaikan dokumen pada Noren.

“Yah maklum sih, gue tau lo cinta banget sama adek gue dari dulu. Tapi ya, gue udah ngasih lo peringatan buat jangan main gila ya. Gitu-gitu dia berliannya gue. Kalau ada apa-apa sama dia, gue ngerasa gagal jadi kakak”

Noren mengangguk, paham dengan perasaan yang disampaikan. “Tenang aja bro, gue kan udah bilang kalau lo nggak perlu takut” Noren berdiri, menghampiri Sinar dan menepuk bahu sahabatnya itu. “Sudah deh, sekarang lo jaga baik–baik perusahaan lo. Saham kita lagi tinggi dan banyak perusahaan lain yang targetin buat kerjasama sama kita. Aliansi kerja sama dengan Korea Selatan mulai minggu depan. Jangan lupa persiapan”

Sinar mengangguk dan menepuk punggung Noren. Memberikan sedikit keyakinan yang bisa dia salurkan “Gue balik dulu. Ah, gue nggak bisa makan siang bareng. Gue harus pedekate dulu sama sekre dan tim baru. Biasa, sibuk di awal” Dia tertawa sebelum melangkah dengan ringan keluar ruangan.

“Nar,” Sinar menoleh dari panggilan. “Gue tunggu progress lo juga” Dia nyengir. Sinar menggeleng dengan wajah yang terihat seperti Noren baru saja melemparkan ucapan konyol. “Jangan ditunggu, masih lama gue mah”

“Gue ngedukung nih masa gitu responnya”

“Iya iyaaaa! pasti lah gue usaha anjir. Lo ngomong gitu ngerasa kayak kita orang–orang yang miris, tau nggak, sih”

Noren tertawa puas sebelum menendang Sinar keluar dari kantornya dengan main-main. Sinar menggerutu, namun tetap saja ikut ketularan tawa Noren seperti wabah.

“Ya, lo jangan kalah dong sama si Heksa-Heksa itu”

Sinar diam sejenak, sebelum akhirnya otaknya menangkap ejekan dari Noren. Matanya melotot tajam pada yang lebih muda, tetapi apa yang dia ucapkan setelahnya adalah petunjuk bahwa dia mengikuti arah permainan Noren.

“Berisik lo, siapa juga yang mau kalah ya, anjir”

“Yaudah, sana lo balik!”

“Ya, ini juga mau balik!”

“Yaudah, balik!”

“Iya, gue balik ini!”

“Ya, sana!”

“Eh, nggak liat ini gue lagi ngelangkah?”

“Nggak. Mata gue siwer”

“Aamiin”

“Pergi nggak, lo!”

Untung saja Nabila sudah kebal dengan kelakukan absurd dua orang yang sayangnya ganteng dan memiliki kuasa itu. Jadi, pertunjukan opera sabun aneh ini sudah membuat dirinya bisa menahan cibiran dan keterkejutan setiap kali adegan ini menjadi tontonan kedua matanya.

Bagi Nabila, citra dari Noren dan Sinar, sudah tidak ada lagi.

...….....

Lisa menatap ponselnya yang mati dengan emosi yang direndam habis. Dia marah, dia kesal sebenarnya. Paginya dihancurkan dengan begitu saja. Walaupun sepertinya fortune cookie itu melambai-lambai untuk membuat Lisa mencobanya karena, yah, siapa yang tidak suka dengan kue kecil renyah itu?. Lisa menghela napas, dia tidak akan mau menerima apapun yang diberikan Noren lagi. Pria itu sialan sekali telah merusak potensi dan profesionalitasnya di kantor dan terlebih lagi merusak ketenangannya.

Lisa sama sekali tidak suka dengan orang-orang yang mulai bertanya padanya dan memandangnya dengan berbagai pandangan. Ada yang iri, ada yang heboh dan ada yang memberikan selamat padanya. bahkan sampai ada yang penasaran dan histeris karena orang terkaya di asia itu bisa menargetkan Lisa sebagai calon pasangannya. Bosnya juga sudah tau bahwa Noren memberikan judul padanya sebagai calon istri. Tetapi Lisa ‘kan tidak suka!

Dia tidak suka Noren dan dia tidak suka perhatian berlebihan yang ditunjukkan anak-anak kantor padanya yang sekarang berusaha mendekat dengan berbagai pertanyaan yang pasti dilimpahkan mereka pada Lisa.

Lisa menghantam kepalanya ke atas meja setelah membuang ponselnya ke dalam tas. Bunga masih segar di sekelilingnya dan kotak fortune cookie masih mencoba memanggilnya untuk dimakan. Menghela napas berat, dia mengangkat pandangan pada orang-orang yang masih menatapnya dengan mata yang besar. Bahkan setelah dia berteriak di telpon dan mengatakan hal-hal yang buruk tentang Noren dan bahkan mencantumkan fakta besar-besar bahwa dia tidak akan menerima Noren, tetap saja orang-orang hanya peduli fakta bahwa Lisa adalah calon pengantin Noren diwaktu yang bahkan akan menjadi mimpi buruknya.

Tapi tenang saja, pernikahan tidak akan berjalan lancar jika salah satu pihak tidak mau kan?. Yah, dia akan tetap berpegang teguh pada kebenciannya terhadap Noren.

Bahkan ketika Lisa menatap ke anggota divisinya pun, mereka masih terlalu terkejut dan hampir tidak percaya. Rekan divisi Hala yang sudah tau, berbisik-bisik heboh disana. Bahkan ada yang mencibir dan menangisi hidupnya mengapa tidak seberuntung Lisa. Hello, siapa yang beruntung disini, sih? Ini kesialan dan bukan keberuntungan.

Lagi pula kenapa Hala harus dipanggil oleh Pak Leo? padahal sahabatnya itu pasti akan melindungi Lisa dan meneriaki yang lain yang ingin mengganggu Lisa. Huh, Lisa kesal setengah mati.

Lisa baru saja akan mengangkat kue pemberian Noren itu untuk dibagi-bagikan ke seluruh anak kantor ketika Elena memekik di kursinya dan menatap Lisa dengan mata aneh. Lisa mundur sebelum Elena menerkamnya dengan tiba-tiba, tetapi kehadiran Anela dan Ayu di belakangnya sudah menimbulkan hawa–hawa horor disekitarnya. Hidup Lisa sudah dipastikan tidak akan sama lagi seperti kemarin.

Selamat tinggal kehidupan yang tenang selamanya.

“Ka-kalian ng-ngapain, sih? Mau kue?” Lisa mengangkat kotak kue ke arah Ayu dan Anela. Sumpah rasanya Lisa ingin menenggelamkan saja Noren itu ke dalam tanah. Kenapa dia harus melewati pagi segila ini, sih?

“Noren, ya?”

“Calon, ya?”

Anela menyipitkan matanya, disusul dengan Ayu yang menatapnya dengan tampang yang seperti meminta ditampol. Lisa merengek kesal. Uh, rasanya dia sangat kerdil disaat seperti ini. Padahal biasanya dia dipandang perfect oleh seluruh anak divisi! Ugh, menyebalkan!.

“Ini nggak kayak-, duh, bukan! P-pak Leo--,”

“Katanya kemarin nggak ada pacar! iya sih nggak ada pacar, adanya calon suami!” Elena menyahut seolah-olah dia bukanlah orang yang menyiram bensin ke api, bukanlah orang yang menyemprot lemon ke atas luka atau garam ke siput! sialan orang-orang ini membuat Lisa semakin kesal pada sang oknum biang onar itu.

“Eh, memang bukan kok!” Kepala Lisa pusing. Benar-benar ingin melempar kue itu ke wajah teman-temannya. Dia ingin bersembunyi untuk seluruh waktu hidupnya.

“I-Ini, kalian mau kue? ini gue mau bagi-bagiin, loh. Mau ya? tapi jangan berisik kayak begini, oke?” Lisa berkedip yang terlihat seperti ringisan, meminta tolong pada teman–temannya yang tukang gosip ini dan selalu heboh untuk menutup semua pembicaraan yang tidak perlu dipagi hari yang suram ini.

“Ih gamauu!! maunya cerita! pokoknya lo harus cerita sama kita-kita ya!” Anela tiba-tiba berubah cerah dan antusias.

“Iya, ih! gila banget lo sumpah sama si Noren itu! Gue harus tau nih ceritanya gimana. Lo pasti punya trik menggoda yang bagus! Gue mau dong” Ayu juga sama sekali tidak membantu. Ucapannya bahkan disoraki oleh anak satu kantor.

“Lis, beneran nih, seneng banget gue lo udah punya calon. Nikahan pokoknya gue yang diundang secara ekslusif, ya?” Elena yang entah sejak kapan sudah melompat dari kursinya sesgera menarik tangan Lisa dan mengguncangnya dengan heboh. Lisa menggigit pipi dalamnya agar tidak melempar semua hal ke wajah teman–temannya yang menyebalkan ini.

dia melirik ke sekitar untuk meminta bantuan, dan tepat saat itu juga, Lisa merasa telah mendapatkan satu sosok malaikat yang membantu pagi suramnya.

“Kalian kenapa, sih? nggak mau kue buat sarapan pagi-pagi? Gratis, lho”

Miss Jelita!

Ketua divisi perencanaan itu mulai mengambil alih suasana agar lebih kondusif. Dengan anggun, dia berdiri dan mengambil kotak kue di tangan Lisa. Mengangkatnya pada anak-anak asuhnya dengan senyum simpul yang cantik. Lisa sungguh merasa diselamatkan.

“Ih, Miss Jelita nggak seru! ini kan kali pertama kita bisa tau kisah percintaannya Lisa” Elena merengek pada sang ketua, disusul dengan Ayu dan Anela. “Iya, iya. Gimana sih, Miss Jelita? ini kasus baru gosip panas, lho! ini harus diberitain”

“Kalau kalian beritain, mau nggak mau saya bakalan kasih tugas lebih ke kalian. Mau?” Jelita mengancam dengan senyum. Anak-anak asuhnya cemberut dan dengan cepat menyerah. “Ih, malesin. Pokoknya ya Lisa, kita belum selesai, lho. Nanti harus ada Girls time bareng!!” Mereka dengan mata bulat berbinarnya memohon. Lisa yakinkan dia akan menarik Hala keluar dan tidak akan membiarkan Hala lepas dari sisinya agar dia tidak berurusan dengan mereka. Lihat saja nanti.

“E-eh.. itu,..”

“Udah, jangan ganggu Lisa lagi. Kita banyak kerjaan pagi ini, ‘kan? Nih kuenya dimakanin, lihat fortune kalian gih, siapa tau jadi penyemangat pagi” Jelita menawarkan kotak kue yang diambil mereka dengan senang hati sebelum mereka duduk kembali di kursi mereka dan anteng dengan pekerjaan masing-masing. Namun tentunya masih menggibah dengan bisikan.

Kenapa sih, para perempuan itu mengerikan?

Yah, Lisa sadar dia juga perempuan dan hal seperti itu wajar karena dia juga sering menggibah bersama Jihan dan Hala. tapi kenapa ini mengerikan sekali, sih?.

“Ini mau dibagikan, ‘kan? kasih ke yang lain?”

Jelita mengejutkannya, tetapi Lisa mengangguk dengan antusias dan mengikuti Jelita untuk membagikan kue.

Jelita adalah sosok yang selalu menjadi panutan paling membanggakan. Jelita selalu baik dan menjadi coach yang terbaik untuk Lisa. dia akan menjadi seperti Jelita suatu saat nanti. Lisa sangat berharaap tentang itu.

...….....

Pembagian kue sudah selesai. Mereka sekarang berada di ruang santai. mengganti bunga kemarin dengan bunga segar yang diberikan Noren pagi ini. Warnanya merah, jauh lebih cantik jika Lisa bisa menghargainya dengan lebih baik.

Jelita sedang memotong beberapa batang agar tidak terlalu tinggi untuk vas, dan dia melakukannya dengan telaten. Lisa mengikuti.

“Jadi, seleranya Lisa itu sekelas Noren Agustion Giovano, pewaris AGIOV VOLKS Group, ya?”

Jelita tiba–tiba bertanya dengan sedikit godaan. Lisa menghela napas panjang. Duduk di kursi dan mengambil beberapa batang bunga merah berduri ditangannya dengan hati-hati. Kakinya bergoyang lembut. Dia tidak ingin membicarakan ini, tetapi jika Jelita bertanya dengan baik seperti itu, mungkin dia akan mencoba berbicara.

Lagipula Jelita adalah panutannya.

“Ceritanya panjang, sih…” Dia mengelus kelopak bunga, tersenyum miris. “Sebenernya dia kenalan Kakak saya.. Tapi saya baru aja ketemu dan yah, tiba-tiba bisa begini”

Lisa berbicara dengan malas. Sama sekali tidak dalam mood untuk membicarakan Noren. Jelita tersenyum. Mengambil bunga ditangan Lisa dan memasukkannya ke dalam vas lalu duduk disebelah perempuan Cakrawijaya itu. Lisa tersipu.

“Wah, berarti dia dong yang jatuh cinta sama kamu. Harus seneng dong” Jelita mengambil kotak kue yang masih tersisa beberapa kue lagi.

“Iya sih harusnya gitu. tapi sayang ini malah kebalikannya.. saya bahkan kesal dibeginiin. Nggak butuh apapun itu. Perasaan nggak bisa dipaksain, ‘kan, Miss?” Lisa menoleh pada Jelita yang menyerahkan satu kue di depan matanya. Ada senyum disana dan Lisa mengernyit bingung.

“Nggak mau” Dia menolak, tetapi Jelita mengambil tangannya dan meletakkan kue itu disana.

“Nggak masalah gimana perasaan kamu. Tapi kue ini enak, dan ada peruntungan di dalamnya. Lagipula, ini masalah pribadi kamu dan harus kamu yang putuskan, ‘kan? Saya nggak bisa ikut campur memang, tetapi saya ingin yang terbaik buat kamu” Jelita menatap Lisa, menepuk kepala anak itu dengan lucu. “Tapi, apa salahnya menerima sesuatu yang sudah diberikan buat kamu secara cuma-cuma? Ayo, dicoba dulu kuenya”

Lisa menghela napas, dia ingin tetap menolak, tetapi Jelita masih keras kepala dan menunggunya untuk segera bereaksi. Jadi, mau tidak mau dia membelah kue untuk mengeluarkan kertas dari dalamnya dan mengerjap ketika dia membacanya.

“Kamu boleh nolak kalau kamu nggak suka orangnya, tapi siapa tau dengan hal-hal kecil ini kamu bisa nyaman dan menangkap perasaan untuknya secara perlahan walau hanya kesempatan yang sangat kecil sekali. Dan, oh iya, isinya bagus, lho”

Lisa masih diam dan menatap kertas kecil itu hingga dia tidak sadar ketika Jelita sudah menarik diri dengan vas-vas bunga segar di tangannya.

“Kak Noren..”

...…...

Sinar menatap dokumen ditangannya. Makan siang kantor hanya tinggal beberapa menit lagi, tetapi rasanya dia tidak ingin beranjak dulu dari kursi. Ucapan Noren tadi pagi sungguh membuat pikirannya buyar dan dia merasa sedang galau dan moody. Rasanya kesal, bimbang, kalut juga. Dia bingung. Rasanya ingin rebahan saja dan melepaskan penat ini semua.

Segalanya hanya karena Noren sialan itu yang sudah membuat otaknya bekerja jauh sekali memikirkan kisah cintanya yang miris.

Begitulah, ini semua tentang sahabat adiknya itu. Ionatta Alyssum Andromeda Hala, yang sudah memporak-porandakan dirinya. Selama ini dia sudah berusaha untuk menarik perhatian anak itu, tapi tetap saja rasanya dia tidak punya pergerakan sama sekali. Tidak ada apa-apa, bahkan dia dan anak itu tidak bisa dilihat dalam bingkai romansa sama sekali.

Memikirkan itu, Sinar mengacak rambutnya ketika sebal melandanya.

Kenapa sih, dia tidak diberi seluruh kesempurnaan?

Tampang, materi, bisnis dan karir sudah dia dapat semuanya. Hanya cinta aja yang dia nol besar.

Sebenarnya banyak yang sudah mengincarnya, tapi tetap saja dia tidak bisa berpaling dari perempuan dengan nama aneh itu. Kenapa dia menyedihkan sekali? Hala tidak melihatnya sebagai apa-apa, mungkin bahkan hanya sebagai kakaknya Lisa. Iya sih, itu karena dia jarang berada di tempat yang sama untuk proses pendekatan dengan anak itu karena pekerjaan lintas negaranya yang beberapa waktu kebelakang sangat sibuk dan dia tidak bisa berada di kota dalam hitungan minggu. Mungkin karena itu Hala juga tidak bisa melihat perasaannya.

Sinar meletakkan dokumennya di laci, bersandar dan menutup mata. Mendengarkan suara detak jam yang juga serasa mengganggu. Jam makan siang akan tiba sebentar lagi.

Sinar mengerang sebelum menarik ponselnya keluar dan menekan nomor ponsel Hala tanpa berpikir dua kali. Masa bodoh jika Hala menganggapnya aneh. Dia juga tidak mau kalah dari Noren! Dia harus ada proses pendekatan yang lebih spesifik lagi!.

Sinar merasakan jantungnya berdegub ketika nada sambung memenuhi telinganya, hampir lupa bernapas ketika suara Hala masuk ke dalam telinganya.

“Halo, kak Sinar?”

Yaampun, mendengar anak itu mengatakan namanya saja dia sudah rindu.

“Ah, iya dek” dia hampir salah tingkah. Hala bertanya bingung diseberang sana.

“Maaf ya kalau kakak ganggu. Tapi sebentar lagi makan siang nih, kamu ada rencana?” Sinar berharap-harap cemas. Sebenarnya yakin akan ditolak, tapi ‘kan dia sudah berusaha dengan mencoba.

“Ah iya, ya. Mau jam makan siang. Gue lupa lho, kak” Hala sepertinya kelabakan. Dia terdengar berbicara pada beberapa orang disekitar sebelum kembali lagi pada Sinar. “Tadi ada banyak kerjaan kak, bahkan nggak sempat ketemu sama Lisa setelah heboh tadi” Aduh, Sinar merasa sangat senang saat Hala tertawa lepas. Rasanya hanya mendengarkan seperti ini saja sudah melelehkan hatinya yang lemah.

“Paling nanti bakalan makan sama Lisa. Kenapa kak?”

Sinar tersenyum kecil. “Pengen ngajakin makan bareng sih, dek” Ya, Sinar tau dia ada janji makan siang dengan sekretaris dan anggota tim nya, tapi dia ingin sedikitnya ketemu dengan sang pujaan hati. Yah, dia juga yakin akan ditolak, sih..

“Eh kak, ‘kan kakak jauh. Ini juga nggak bisa longgar. Kalau sama kakak ‘kan pasti harus longgar, apalagi Lisa pasti heboh banget nanti”

Tuh ‘kan ditolak..

“Iya ya, pasti masalah Noren ‘kan, ya” Sinar juga ada kerjaan dan janji makan siang sebenarnya, kecewanya mungkin tidak terlalu dalam, tetapi masih saja penolakan dari Hala adalah yang terburuk. Sinar bahkan bertanya-tanya mengapa anak itu selalu mencoba untuk menolak segala ajakannya ketika perempuan itu tau bahwa mereka akan keluar hanya berdua saja.

“Yaudah, lain kali aja kak. Nanti gue yang bakalan ngajakin kakak duluan, deh”

Aduh, dijanjiin seperti ini saja Sinar sudah senang bukan main. “Bener ya, dek? awas lho, kalau lo bohong gue gentayangin lo”

“Iya kak gue kan udah janji. santai deh pokoknya sama gue”

Jujur, Sinar sangat ingin bertemu.

“Eh, kalau nanti kakak jemput mau nggak? Pas pulang kerja?”

Kata Noren harus ada progress, ‘kan? Sinar selalu pintar mencari sebuah kesempatan. “Sekalian temenin kakak belanja, mau?”

Ada hening yang lama. Sinar mungkin tidak berharap banyak, tapi dia tau dia pasti hari ini tidak akan mendapatkan jawaban yang diinginkannya.

“Yah, kak.. udah ada janji nih gue. Kakak sih telat ngajakinnya”

Nah, ‘kan.

“Emang janji sama siapa dek?”

“Hehe, sama Heksa, kak. Mau temenin dia workout, sih. Dia juga udah janji sama gue mau ngajakin gue main timezone. Terus udah dijanjiin bakalan dibeliin makanan buat Pipang”

Pokoknya hanya dengan mendengar Hala sesenang itu saja Sinar sudah bahagia. Yah, meski dia tidak akan berbohong jika ada sesuatu yang sedikit menyayat hatinya.

“Yah, gue kalah start lagi, deh” Sinar terkikik, agak hampa tetapi dia berusaha untuk tidak menunjukkannya. “Besok-besok kalau gue ajak awas ya nggak mau. Luangin waktu buat Kakak dong sekali-kali. Jalan sama orang ganteng nggak ada ruginya, lho” Mencoba mengangkat suasana, meskipun Sinar rasanya seperti ingin gegulingan di atas kasur saja.

“Idih, selalu ya, kak! Eh tapi oke, deh. Asal traktirin Seblak Mbak Mega yang di perempatan tugu, yaa! dua mangkok!”

“Jangankan seblak dua mangkok dek, mbak Mega-nya juga bisa gue beliin buat lo” Hala tergelak di seberang sana. Sinar ikut terkekeh. Jantungnya berkontraksi lagi dengan sayang.

“Oh iya, sana lo pergi makan. Tenangin juga adek gue, ya. Kasian dia pasti temperamennya lagi goyang. lo makan yang banyak juga, nanti gue tanya sama Lisa, awas lo makan dikit, ya!”

“Aman kak, gue kan ratunya makan” dia cekikikan lucu. Jika Hala ada di depan Sinar sekarang, Sinar yakin dia pasti sudah meraih pipi lucu itu dan mencubitinya dengan gemas. Karena memang Hala selalu bisa membuat tangannya bergerak untuk meremas wajahnya yang imut dan melelehkan semua kewarasannya karena sayang. Iya, Sinar sebucin itu dengan sahabat adiknya.

Yah, cinta itu menggelikan, bung.

Sinar menutup sambungan teleponya kemudian sebelum menghela napas panjang. Ponselnya diputar di tangannya dan dia menatap kaca di arah kirinya yang menampilkan suasana luar gedung yang terik.

“…Heksa Juvi Nagaskara”

“Suatu saat nanti gue pasti bisa nyingkirin lo dari pikirannya Hala. Pasti”

...….....

...🍁...

...Belum Terbiasa-End...

Terpopuler

Comments

Ry🦢

Ry🦢

Meskipun saya tidak selalu komen, saya mengikuti cerita Kakak secara menyeluruh. Like ikut serta ya Kak..

2023-10-15

2

SIFA Official

SIFA Official

Lanjut lagi kak salam hangat dari PENJARA CINTA SANG PSIKOPATH KEJAM 💪 💪💪💪💪

2022-04-06

2

Miels Ku

Miels Ku

hi! miss jelita

2022-03-30

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog 0.0 : Planning to Escape With The Fire On Top
2 Calon Suami Dan Perjalan Pertama
3 Bukan Lelucon
4 Percaya
5 Bom Pertama
6 (Tidak) Saling Mengenal
7 Siapa Pemenangnya
8 Awal Gangguan
9 Perlakuan Aneh
10 Perlahan-lahan, Sedikit Demi Sedikit
11 Kejutan Baru, Terus Berlanjut
12 Belum Terbiasa
13 Ajakan Yang Tidak Terduga
14 Sedikit Dari Zona Nyamannya
15 Senin Belum Sepenuhnya Berakhir
16 Akhir Hari Senin : Berantakkan Dalam Satu dan Lain Cara
17 Bro Time: Perasaan dan Keputusan Satu Sisi (Kembali ke Masa-Masa Itu)
18 Bro Time: Perasaan dan Keputusan Satu Sisi (Menyakiti atau Disakiti)
19 Tentang Rasa (Sinar Sight) Part.1
20 Tentang Rasa (Sinar Sight) Part. 2
21 Tentang rasa (Fajri Sight) : Perasaan yang Sama; Pengecut VS Sembrono
22 Tentang Rasa (Fajri Sight) : Perasaan Yang Sama; Pengecut VS Sembrono Part. 2
23 Tentang Rasa (Hala Sight) : Bibir Terkatup, Hati Berbisik
24 White Bear Dandelion Doll dan Pembicaraan Tengah Malam Part. 1
25 White Bear Dandelion Doll dan Pembicaraan Tengah Malam Part.2
26 Kegigihan Yang Tak Pernah Padam
27 If You Cant Fight Him, Join Him Part.1
28 If You Cant Fight Him, Join Him Part.2
29 If You Cant Fight Him, Join Him Part.3
30 Mesin Capit dan 20 Pertanyaan Part.1
31 Mesin Capit dan 20 Pertanyaan Part.2
32 Mesin Capit dan 20 Pertanyaan Part.3
33 Dua Sisi : Intermezzo; Rubah
34 Perasaan Yang Mulai Terbiasa
35 Penjadwalan: Intermezzo; Saran
36 Feels Like Dejavu But Not At The Same Time
37 Plain Milo V.S Daging Panggang Bumbu Part.1
38 Plain Milo V.S Daging Panggang Bumbu Part.2
39 Daun Gugur; Intermezzo: Spesial Untuk Dua Orang
40 Daun Gugur; Intermezzo: On Their Way 0.5
41 Daun Gugur; Spesial Untuk Dua Orang : Lainnya
42 Daun Gugur : Impian Dan Pilihan Terakhir
43 Impian Dan Pilihan Terakhir Part. 2
44 Daun Terakhir Yang Telah Gugur: Tak Bisa Lebih Dari
45 Tak Bisa Lebih Dari Part. 2 End
46 Sudah Terbiasa; Kakak Beradik Dan Nama Keramat
47 Sudah Terbiasa; Familiar
48 Sudah Terbiasa; Kebersamaan dan Ajakan ; Rindu
49 Sudah Terbiasa; Bus, Halte dan Awal lain?
50 Sudah Terbiasa; Teman.
51 Rencana Noren; Bola Kristal Dan Keputusan
52 Rencana Noren; Pertemuan Rahasia Keluarga
53 Keputusan Sinar; Kabar Pertama
54 Keputusan Sinar; Reaksi
55 Keputusan Sinar; Desak Langkah Mundur
56 Tempat Pelarian; Intermezzo: Pertanyaan
57 Tempat Pelarian; Calon Rumah Dimana Hati Tertuju. Part 1
58 Tempat Pelarian; Calon Rumah Dimana Hati Tertuju. Part 2
59 Tempat Pelarian; Calon Rumah Dimana Hati Tertuju. Part 3
60 Kekhawatiran Saudara; Maaf
61 Hari Baik; Percakapan Santai Yang Tidak Terduga Part 1
62 Hari Baik; Percakapan Santai Yang Tidak Terduga Part 2
63 Date? Double Date? Nah
64 Double Date. Hala Si Obat Nyamuk.
65 Double Date? Hala Si Obat Nyamuk Part. 2
66 Kepanikan Sinar
67 Pengakuan Sinar
68 Perjalanan Yang Direncanakan
69 Perjalanan Yang Direncanakan Part. 2
70 Perjalanan Yang Direncanakan Part. 3
71 Perjalanan Yang Direncanakan; Dicampakkan?
72 Permintaan Maaf Diterima Dengan Banyak Syarat
73 Acara Kelompok; Presented by Noren
74 3 Bulan Yang Hilang
75 Acara Kelompok; Presented by Noren Part. 2 - End
76 Hancur Yang Tak Terduga
77 Tempat Pelarian Yang Dipaksakan
78 Tampilan Baru dan Undangan Makan Malam
79 Acara Makan Malam Dua Keluarga Besar
80 Amukan Nalisa
81 Kakak dan Adik; Pertengkaran Saudara
82 Kakak dan Adik; Hubungan Darah Yang Kental
83 Perayaan Tahun Baru dan Harapan Kecil
84 Tentang Rasa (Heksa Sight) : Emosi Yang Tidak Bisa Dijabarkan
85 Kunjungan Noren
86 Undangan Pernikahan
87 Ibu dan Alasan Restu
88 Kembalinya Nalisa; (Nalisa dan Rencana Gilanya)
89 Hati Yang Dingin; Noren dan Perasaanya
90 Konfrontasi; Hasil Reaksi Heksa 1/2
91 Konfrontasi; Hasil Reaksi Heksa 2/2
92 Pengkhiatan Dan Rencana Yang Harus Terus Berjalan
93 Misi Rahasia Dan Kekhawatiran Alpino
94 Tentang Rasa (Jihan Sight); Realisasi Hati
95 Permintaan Maaf Dan Rasa Bersalah; Takut 1/1
96 Permintaan Maaf Dan Rasa Bersalah; Takut 2/2
97 Hari Pernikahan (Noren Sight)
98 Hari Pernikahan (Nalisa Sight)
99 Pernikahan Yang Hancur; Antara Hidup Dan Mati
100 Pernikahan Yang Hancur; Rumah Sakit
101 Pernikahan Yang Hancur; Noren
102 Intermezzo; Nalisa & Alpino; Something Shifted
103 Pangeran Berkuda Putih; Cinta Pertama?
104 New Season Just Arrived [Going to Season 2 ]
105 [SEASON 2] Pangeran Berkuda Putih; Pantai dan Kemuliaan Senja
106 [SEASON 2] Pangeran Berkuda Putih; Blooming
107 [SEASON 2] Pangeran Berkuda Putih; Kecurigaan Kecil
108 [SEASON 2] Pangeran Berkuda Putih: Kunjungan Alpino
109 [SEASON 2] Pangeran Berkuda Putih; ARSENIO
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Prolog 0.0 : Planning to Escape With The Fire On Top
2
Calon Suami Dan Perjalan Pertama
3
Bukan Lelucon
4
Percaya
5
Bom Pertama
6
(Tidak) Saling Mengenal
7
Siapa Pemenangnya
8
Awal Gangguan
9
Perlakuan Aneh
10
Perlahan-lahan, Sedikit Demi Sedikit
11
Kejutan Baru, Terus Berlanjut
12
Belum Terbiasa
13
Ajakan Yang Tidak Terduga
14
Sedikit Dari Zona Nyamannya
15
Senin Belum Sepenuhnya Berakhir
16
Akhir Hari Senin : Berantakkan Dalam Satu dan Lain Cara
17
Bro Time: Perasaan dan Keputusan Satu Sisi (Kembali ke Masa-Masa Itu)
18
Bro Time: Perasaan dan Keputusan Satu Sisi (Menyakiti atau Disakiti)
19
Tentang Rasa (Sinar Sight) Part.1
20
Tentang Rasa (Sinar Sight) Part. 2
21
Tentang rasa (Fajri Sight) : Perasaan yang Sama; Pengecut VS Sembrono
22
Tentang Rasa (Fajri Sight) : Perasaan Yang Sama; Pengecut VS Sembrono Part. 2
23
Tentang Rasa (Hala Sight) : Bibir Terkatup, Hati Berbisik
24
White Bear Dandelion Doll dan Pembicaraan Tengah Malam Part. 1
25
White Bear Dandelion Doll dan Pembicaraan Tengah Malam Part.2
26
Kegigihan Yang Tak Pernah Padam
27
If You Cant Fight Him, Join Him Part.1
28
If You Cant Fight Him, Join Him Part.2
29
If You Cant Fight Him, Join Him Part.3
30
Mesin Capit dan 20 Pertanyaan Part.1
31
Mesin Capit dan 20 Pertanyaan Part.2
32
Mesin Capit dan 20 Pertanyaan Part.3
33
Dua Sisi : Intermezzo; Rubah
34
Perasaan Yang Mulai Terbiasa
35
Penjadwalan: Intermezzo; Saran
36
Feels Like Dejavu But Not At The Same Time
37
Plain Milo V.S Daging Panggang Bumbu Part.1
38
Plain Milo V.S Daging Panggang Bumbu Part.2
39
Daun Gugur; Intermezzo: Spesial Untuk Dua Orang
40
Daun Gugur; Intermezzo: On Their Way 0.5
41
Daun Gugur; Spesial Untuk Dua Orang : Lainnya
42
Daun Gugur : Impian Dan Pilihan Terakhir
43
Impian Dan Pilihan Terakhir Part. 2
44
Daun Terakhir Yang Telah Gugur: Tak Bisa Lebih Dari
45
Tak Bisa Lebih Dari Part. 2 End
46
Sudah Terbiasa; Kakak Beradik Dan Nama Keramat
47
Sudah Terbiasa; Familiar
48
Sudah Terbiasa; Kebersamaan dan Ajakan ; Rindu
49
Sudah Terbiasa; Bus, Halte dan Awal lain?
50
Sudah Terbiasa; Teman.
51
Rencana Noren; Bola Kristal Dan Keputusan
52
Rencana Noren; Pertemuan Rahasia Keluarga
53
Keputusan Sinar; Kabar Pertama
54
Keputusan Sinar; Reaksi
55
Keputusan Sinar; Desak Langkah Mundur
56
Tempat Pelarian; Intermezzo: Pertanyaan
57
Tempat Pelarian; Calon Rumah Dimana Hati Tertuju. Part 1
58
Tempat Pelarian; Calon Rumah Dimana Hati Tertuju. Part 2
59
Tempat Pelarian; Calon Rumah Dimana Hati Tertuju. Part 3
60
Kekhawatiran Saudara; Maaf
61
Hari Baik; Percakapan Santai Yang Tidak Terduga Part 1
62
Hari Baik; Percakapan Santai Yang Tidak Terduga Part 2
63
Date? Double Date? Nah
64
Double Date. Hala Si Obat Nyamuk.
65
Double Date? Hala Si Obat Nyamuk Part. 2
66
Kepanikan Sinar
67
Pengakuan Sinar
68
Perjalanan Yang Direncanakan
69
Perjalanan Yang Direncanakan Part. 2
70
Perjalanan Yang Direncanakan Part. 3
71
Perjalanan Yang Direncanakan; Dicampakkan?
72
Permintaan Maaf Diterima Dengan Banyak Syarat
73
Acara Kelompok; Presented by Noren
74
3 Bulan Yang Hilang
75
Acara Kelompok; Presented by Noren Part. 2 - End
76
Hancur Yang Tak Terduga
77
Tempat Pelarian Yang Dipaksakan
78
Tampilan Baru dan Undangan Makan Malam
79
Acara Makan Malam Dua Keluarga Besar
80
Amukan Nalisa
81
Kakak dan Adik; Pertengkaran Saudara
82
Kakak dan Adik; Hubungan Darah Yang Kental
83
Perayaan Tahun Baru dan Harapan Kecil
84
Tentang Rasa (Heksa Sight) : Emosi Yang Tidak Bisa Dijabarkan
85
Kunjungan Noren
86
Undangan Pernikahan
87
Ibu dan Alasan Restu
88
Kembalinya Nalisa; (Nalisa dan Rencana Gilanya)
89
Hati Yang Dingin; Noren dan Perasaanya
90
Konfrontasi; Hasil Reaksi Heksa 1/2
91
Konfrontasi; Hasil Reaksi Heksa 2/2
92
Pengkhiatan Dan Rencana Yang Harus Terus Berjalan
93
Misi Rahasia Dan Kekhawatiran Alpino
94
Tentang Rasa (Jihan Sight); Realisasi Hati
95
Permintaan Maaf Dan Rasa Bersalah; Takut 1/1
96
Permintaan Maaf Dan Rasa Bersalah; Takut 2/2
97
Hari Pernikahan (Noren Sight)
98
Hari Pernikahan (Nalisa Sight)
99
Pernikahan Yang Hancur; Antara Hidup Dan Mati
100
Pernikahan Yang Hancur; Rumah Sakit
101
Pernikahan Yang Hancur; Noren
102
Intermezzo; Nalisa & Alpino; Something Shifted
103
Pangeran Berkuda Putih; Cinta Pertama?
104
New Season Just Arrived [Going to Season 2 ]
105
[SEASON 2] Pangeran Berkuda Putih; Pantai dan Kemuliaan Senja
106
[SEASON 2] Pangeran Berkuda Putih; Blooming
107
[SEASON 2] Pangeran Berkuda Putih; Kecurigaan Kecil
108
[SEASON 2] Pangeran Berkuda Putih: Kunjungan Alpino
109
[SEASON 2] Pangeran Berkuda Putih; ARSENIO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!