Pagi-pagi sekali Lisa sudah siap untuk pergi kerja. Mencoba mengecek kembali barang bawaannya, dia mengambil ponsel untuk menelpon Hala. Mengantisipasi kalau-kalau anak itu ketiduran lagi dan membuat masalah kepada pak Leo seperti kemarin hari. Lisa mendesah lega ketika sambungan sudah diangkat oleh Hala dan dia dengan berisik tengah mempersiapkan makanan kucingnya sebelum tergesa-gesa berteriak dari ujung sambungan telpon bahwa dia harus mengantarkan makanan lain untuk Heksa sebelum berangkat ke kantor.
Hala dan Heksa memang terlalu dekat sejak kecil, bahkan mungkin Hala bisa dibilang ibunya Heksa karena selalu mengurus pria berisik itu setiap waktu. Lisa mengangkat bahu sebelum menyampaikan salam pada Hala dan mengatakan sampai jumpa di kantor. Lisa menata ulang rambutnya, mengecek make-up nya sebelum akhirnya dia mendengar panggilan Sinar dari luar kamar.
Mengernyit, Lisa sesegera mungkin keluar dari kamar dan menemukan Sinar dengan celemek di tubuhnya dan senyuman manis dengan spatula ditangan. Kakaknya menyapa dengan ekspresi paling cerah yang mungkin, dan tidak akan disuarakannya dengan keras bahwa dia merindukan kehangatan pagi dengan masakan kak Sinar diatas meja makan.
“Loh, kok kakak disini?”
Lisa berjalan dengan ragu ke meja makan dan duduk dengan penasaran. Sinar sudah membuatkan makanan umum sederhana yang selalu disukai Lisa dan Lisa ingin sekali untuk memeluk sang kakak. Tapi sayang, dia masih dan akan selalu kesal dengan kakaknya karena memutuskan masa depannya seenaknya.
Sinar tersenyum sayang. Meletakkan spatula dan celemek sebelum menarik kursi di depan Lisa, dengan tidak lupa menekan ciuman di kepala untuk sang adik. “Gue libur kok hari ini. Khusus buat adek gue tersayang. Tapi sayang, dia malah kerja dan ninggalin kakaknya bengong sendirian di rumah” Sinar berpura-pura cemberut meski pada akhirnya dia mulai meletakkan nasi di piring Lisa dan menambahkan beberapa daging cincang diatasnya.
Lisa mencibir, meraih sendok dan mulai menyendok makanan yang tersedia. Berterimakasih dalam hati karena dia tidak akan menyuarakannya dengan keras pada Sinar sekarang. “Nggak usah ngomel yang nggak-nggak, kak. Lo tau jadwal gue. Keluhan lo nggak penting buat gue sekarang” Lisa mengunyah dengan malas. Merasakan nikmatnya masakan Sinar meleleh di lidahnya, dia hampir kelepasan untuk memuji kakaknya seperti biasa, tetapi kekesalannya mengambil alih dengan cepat.
Sinar menatap dengan maklum sebelum menghela napas pelan. Menyendok makanannya sendiri dan mengunyah dengan lambat. Pria itu memperhatikan Lisa yang makan dengan lahap dan perasaan hangat mampir di hati Sinar seperti air membasuh dahaganya kemudian. Dia menghela napas dalam dan meletakkan sendok di piring, lebih mementingkan untuk memperhatikan gerakan sang adik.
Ada hening yang lama sebelum Sinar akhirnya bersuara. “Dek, lo marah sama kakak ya, dek?”
Lisa berhenti mengunyah dan melirik Sinar dengan malas. Dia sedang tidak ingin berdebat dengan sang kakak dipagi hari atau bisa-bisa mood nya akan turun drastis. Lisa mengaduk nasinya sebelum menyingkirkan beberapa bawang.
“Lo tau sendiri gue nggak bisa marah sama lo kak. Gue bukan marah, tapi gue kesel, gue sebel, gue kecewa sama kakak yang seenaknya sama gue. Gue tau kakak pasti tau yang terbaik buat gue. Tapi kak, gue nggak mau diginiin. Gue pengen nyari pasangan gue sendiri. Masa iya, kakak malah dateng-dateng ngenalin calon suami ke gue? gue nggak bisa digituin kak, sekalipun didunia ini cuma kakak yang gue punya”
Lisa menarik napas panjang sebelum akhirnya mengunyah kembali sendok terakhirnya. Nasinya tidak habis tetapi dia cukup kenyang untuk melanjutkan berdebat dengan Sinar. Disisi lain Sinar terlihat bersalah, tetapi dia tidak melakukan banyak hal selain meraih mangkuk setengah kosong milik Lisa dan beranjak menuju wastafel untuk membersihkannya. Lisa melirik dengan aneh pada punggung sang kakak.
Biasanya Sinar akan segera merengek untuk mendapatkan perhatiannya, atau bersikeras padanya tentang apapun yang dipilihkannya pada Lisa. Tapi sepertinya Sinar benar-benar tidak ingin menarik apapun yang dia mulai untuk menyerahkan Lisa pada Noren. Lisa diam-diam meratap bahwa kakaknya sangat serius dengan ini semua dan dia tidak akan pernah berjalan dibawah keinginan kakaknya tentang Noren.
“Dek” Sinar memanggil dengan lembut. “Gue nggak bakal maksa lo buat nerima Noren secara langsung kok, dek. Gue ngebebasin lo nolak dia atau apapun itu. Tapi gue tetap ngebiarin Noren berusaha buat dapetin lo. Lo berhak nolak, lo berhak mundur, tapi Noren juga berhak untuk nunjukin bahwa dia serius sama lo. Dan gue bakal dukung Noren gimanapun caranya” Sinar tersenyum hangat.
“Bisa dibilang win-win solution ‘kan,dek? Lo bebas nolak, calon lo bebas ngedeketin lo dan yakinin lo. Nggak ada yang maksa dan dipaksa”
Lisa menatap Sinar dalam-dalam. Sedikitnya sangat penasaran seberapa besar kepercayaan yang diberikan Sinar pada Noren. Apa yang membuat Noren pantas mendapatkan suara dari sang kakak? Lalu jika Sinar sebegitu percaya padanya, apakah perasaan Noren padanya sungguh ada? Benar-benar nyata? bukan hanya untuk permainan semata? lagi pula, Lisa baru pertama kali melihat Noren, ‘kan? lalu bagaimana mungkin Noren bisa dengan percaya diri melamarnya seperti itu?
Banyak pertanyaan yang tidak bisa dipikirkan oleh Lisa apapun jawabannya. Dia hanya mendesah sebelum akhirnya bangkit dan melirik jam yang mengharuskan dia segera berangkat ke kantor. Jadi, tanpa menjawab penyataan Sinar, Lisa segera beranjak ke pintu depan sebelum menghabiskan susu paginya yang telah dibuat Sinar dengan sepenuh hati.
“Nggak ada pelukan buat gue, nih?”
Sinar menghentikan Lisa yang ingin membuka pintu. Pria yang lebih tua itu merentangkan tangannya dengan sedih, Lisa cemberut sebelum akhirnya memeluk Sinar dengan tepukan di punggungnya dan bersiap pergi. “Gue berangkat kak. Jangan berantakkin rumah pokoknya” Lisa mengingatkan. Sinar tersenyum lebar dan menggangguk dengan antusias seraya melambai dengan lucu. Lisa berdecak, bagaimana kakaknya itu bisa bertingkah random seperti ini.
Diam-diam dia tersenyum kecil dan membiarkan Sinar di balik pintu tertutup.
Kakaknya sudah bilang, dia bisa melakukan apapun, menolak apapun, dan Lisa pastikan dia tidak akan jatuh untuk Noren bagaimanapun caranya.
Pernikahan mereka tidak akan pernah berlangsung sama sekali.
Lisa bertekad.
...….....
Kerjaan sibuk hari ini. Lisa bahkan hampir tidak sempat menyapa Hala ketika mereka berpapasan. Divisi perencanaan dengan divisi pemasaran ada di ruangannya masing-masing dan mereka sibuk untuk melakukan prensentasi mereka. Lisa bahkan hanya bisa mengobrol sedikit dengan Hala saat istirahat makan siang. Itupun harus terganggu dengan beberapa telpon yang tidak tahu tempat. Pak Leo juga mendesak mereka untuk bisa menghasilkan satu ide yang menjual untuk produk yang akan mereka launching awal bulan besok.
Hari berjalan dengan agak kabur sebelum akhirnya Lisa bisa menemukan waktu istirahatnya ketika matahari sudah berada di ujung senja. Ada telpon dan pesan dari Sinar yang Lisa abaikan dengan sepenuh hati. Masih jengkel, tetapi tetap tidak bisa melawan senyuman di wajahnya saat Sinar memberikan pesan spam bahwa dia kesepian dan ingin bertanding game dengan dirinya. Atau bahkan melakukan curhat random tentang bagaimana perasaannya untuk Hala yang tidak maju-maju bahkan sudah lebih dari satu tahun berlalu. Lisa menghela napas, kembali lagi pada pernyataan kemarin malam yang menggegerkan. Perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan keras untuk menghilangkan permasalahannya. Namun kemudian ada telpon masuk dari Alpino.
Lisa melempar berkasnya yang telah selesai dan telah di ACC sebelum mengangkat dengan riang panggilan dari Alpino. Anak itu cerewet ditelinganya. Berteriak padanya bahwa dia sudah berada di bassement dan dia merengek kelaparan. Lisa melirik waktu dan itu adalah jam pulang. Hala masih melakukan rapat dengan ketua divisi pemasaran dan mungkin masih agak lama. Alpino menyuruhnya untuk keluar dulu dan nanti Hala akan dijemput oleh Heksa. Fajri dan Jihan sudah ada di tempat dimana mereka janji untuk makan malam bersama.
Lisa menyuarakan persetujuan dan dia segera bersiap-siap untuk turun. Melambai dan pamit pada rekan-rekan kerjanya, dia menghilang dari tempatnya. Menemukan Alpino dengan motornya di tempat yang sudah disebutkan, Alpino dengan wajah sumringahnya melambai padanya dengan ceria. Lisa terkekeh dan segera berlari kecil untuk menghampiri.
“Tumben lo ngejemput gue, Al?”
Lisa menangkap pelukan sayang Alpino yang diberikan dengan ceria. Alpino terlihat luar biasa senang, mungkin ada beberapa hal yang mulus di tempat kerjanya sendiri. “Iya, nih. Gue baru aja selesai dapat komisi besar dari project yang dua minggu kemarin gue kerjain. Mau traktir kalian makan-makan. Fajri sama Jihan udah stay di tempat biasa, tinggal nunggu lo sama Hala sama Heksa juga yang masih sibuk sama proyeknya sendiri”
Lisa mengangguk. Melirik ke arah gedung kaca, dia bisa melihat Hala yang turun tangga bersama dengan pak Leo. membicarakan sesuatu yang serius.
“Masih sibuk si Hala nya, tuh” Alpino ikut melihat ke arah tempat yang dilihat Lisa, kemudian melambai abai. “kan udah gue bilang kalau dia urusannya si Heksa. Yuk, naik, kita ketempat biasa dulu. Gue udah kirim pesan ke Hala juga. Dia pasti bakal ngerti. Nih, pake helmnya dulu”
Lisa nyengir sebelum menarik helm dari Alpino dan segera naik ke atas motor gede milik Alpino yang dibangga-banggakan dia beli dengan uangnya sendiri. Lisa duduk dengan nyaman dan Alpino mulai menghidupkan motornya. Kemudian mereka pergi dari bassement menuju tempat yang sudah di janjikan.
Itu toko barbeque milik Bibi Maudy yang dekat sekali dengan Fajri. Mereka sering mendapatkan banyak bonus dari wanita cantik yang usianya beranjak kepala empat itu. Masih terlihat sangat muda dan segar dan dengan kepribadian Bibi Maudy sendiri yang easy going dan masih gaul tidak kalah dari anak muda, anak-anak berisik ini mengambil lokasi barbeque ini sebagai tempat ngumpul mereka biasa jika mereka memiliki perayaan. Jalan kesana tidak begitu lama, terlebih lagi Alpino membawa motor diatas kecepatan rata-rata yang jika Lisa tidak terbiasa, mungkin dia akan mendapat serangan jantung.
“Heh, gue tinggal kalian nggak ngapa-ngapain, ‘kan berdua?”
Alpino menatap curiga pada pasangan yang tidak akan pernah official itu, yang sedang sibuk berdiskusi entah apa tanpa personal space. Lisa terkikik sebelum ikut masuk, menyapa Bibi Maudy yang melambai dengan antusias ketika melayani pengunjung lain. Fajri menatap malas pada Alpino yang kini mengambil tempat terbaiknya di sudut dekat jendela, bersebrangan dengan Fajri dan Jihan, suka sekali menggoda mereka berdua.
“Ya nggak, lah. Ini tempat umum dan gue masih ngotak, bego”
Alpino terkikik. Jihan cemberut dan wajahnya memerah, agak jengkel. “Halo Jri, Han” Lisa duduk disebelah Alpino dengan anggun, Jihan melambai dengan semangat pada Lisa. “Halo Lis. Lo keknya capek banget, ya? Hala mana, nih?”
“Iya, nih. Sibuk banget. Mau deket waktu launching produk sih soalnya. Hala lagi sibuk. Dia ‘kan yang bakal turun tangan lebih jauh di pasaran. Bentar lagi dia bakalan dateng dengan Heksa, kok” Jihan mengangguk paham dengan penuturan dari Lisa yang sekarang sudah menyamankan dirinya.
“Gimana hari kalian berdua? lancar?”
Jihan adalah salah satu manajer atlet panah di sebuah klub ternama yang sudah berhasil membawa nama negara mereka dan Lisa bangga dengan prestasi yang dibawakan Jihan sendiri. Sedangkan Fajri sendiri adalah salah satu guru olahraga di sekolah elit kota. Heksa? dia masih magang di perusahaan programmer yang ditujunya, yang mungkin beberapa bulan lagi akan menjadi resmi sesuai dengan kinerjanya. Melihat seberapa sukses teman-temannya, Lisa bangga sekali mengenal mereka. Padahal, mereka dulunya anak-anak bobrok yang selalu saja membuat ulah. Jadi, melihat mereka yang sekarang Lisa tidak tahu harus bereaksi seperti apa dikehidupan sebelumnya.
“Lancar banget. Gue cuma latihan sebentar hari ini. Terus dijemput sama Fajri katanya si Alpino habis dapat komisi besar dari project nya. Lumayan ‘kan, makan gratis. Kapan lagi bisa morotin Alpino, ‘kan?” Jihan tertawa puas sedangkan Alpino hanya melempar jari tengahnya pada Jihan seolah-olah tidak sedang melakukan hal kotor sedikitpun. Lisa terkikik, Fajri akan mulai mengomel pada Alpino untuk menjaga sikap di depan umum yang biasanya akan menjadi sebuah perdebatan tak berarti antara keduanya.
“Rame banget nih? gue ketiggalan apa?”
Heksa tiba-tiba hadir ditengah-tengah mereka di waktu yang tepat sebelum Alpino dan Jihan kembali beradu fisik di sana. Pria itu mengambil tempat diantara Alpino dan Lisa. Biasanya untuk mengambil kesempatan menyuruh Alpino main game dan mereka akan berdebat tentang game lagi bersama.
Hala berjalan dengan pelan dibelakang, berantakkan karena sepertinya dia bekerja lebih banyak hari ini. Lisa melambai padanya dan Hala hanya memberikan senyuman lelah dan duduk di sebelah Jihan kemudian. Perempuan dengan surai hitam gelap sebahu itu bersandar pada sang atlit dan meminta elusan di kepalanya. Lisa menggeleng dengan geli.
“Udah lengkap nih, kita pesen makanan, ya?"
Lisa mengusulkan. “Lagipula gue udah kelaperan. Awas lu berisik semua. Kita pesta daging, ya!” Lisa berseru dengan senang. Dia melambai pada Bibi Maudy untuk memesan makanan. Bibi Maudy dengan bersemangat datang pada mereka dan menuliskan pesanan anak-anak berisik yang sudah menjadi langganannya.
“Woy, Jangan banyak-banyak! duit gue bisa-bisa langsung habis! Bi, kasih air putih sama sayur-sayuran aja, ya. Dagingnya nggak usah. Yang murah meriah, oke!”
“Yeuuu!!!”
Plak!
“Gila, lu. Sok banget ngajak kesini makanannya sayur. Lu kira kita kambing?” Fajri dan Heksa mengeplak kepala Alpino dengan brutal. Bibi Maudy meringis dan tertawa geli. Mengingat masa mudanya dengan rekannya yang dulu.
“Kalian ‘kan emang sebelas dua belas sama kambing! gue ‘kan nggak salah” Alpino melotot, “Kalau kita kambing lo apa? sapi? makan noh rumput diluar aja! Bi Maudy, pokoknya kita pesen paket lengkap yang paling mahal sekalian sepuluh porsi! sate dombanya juga jangan lupa, ya” Heksa menjambak rambut Alpino untuk ditarik kebelakang dan Fajri bekerja sama untuk menahan tangan Alpino dimana-mana.
Lisa, Hala dan Jihan meringis melihat tingkah gila tiga orang yang sayangnya adalah bagian dari mereka. Lisa mendesah mendengar keributan, melihat kesekeliling yang terkikik dengan tingkah laku memalukan sahabat-sahabatnya, sedangkan Bibi Maudy sudah tertawa sayang sambil bersiap menuliskan pesanan yang sesungguhnya.
“Bi--,”
“Sepuluh paket lengkap barbeque, tiga porsi sate kambing, enam botol bir, ya, Bi”
Suara berat orang lain membuat keadaan berisik hening seketika. Lisa berbalik dengan mata besar terkejut ketika melihat siapa yang duduk disebelahnya dengan tiba-tiba.
“LO—“
“Kak Noren?!”
semua yang ada dimeja terkejut melihat kehadiran orang asing. Hala menatap horor kehadiran pemuda yang tadi malam menjadi perdebatan. Dibelakangnya ada Sinar yang antusias melambai pada mereka.
“Kak Sinar?!”
Ada beberapa orang berisik disekitar, heboh mulai bangkit karena beberapa tahu siapa orang yang duduk dengan nyaman dan melihat Lisa dengan tatapan paling manis yang membuat Lisa tergelitik dan ingin muntah. Dia menatap tajam pada Sinar yang tidak peduli dan berusaha menggapai perhatian Hala dengan tingkah bodohnya.
“Kok lo bisa disini sih, kak?!” Lisa hampir berdiri, tetapi tangan Sinar menahannya dengan lembut. Senyuman manis hadir disana dan semua orang mengamati dengan penasaran dan terkejut.
“Gue ‘kan cuma pengen ketemu sama calon istri gue, emang nggak boleh, ya?”
Lisa hampir memukul wajah Noren dengan keras ketika mendengar meja digebrak dengan sangat keras. itu Alpino, Juli dan Heksa -, lalu Jihan sebagai pelaku.
“CALON ISTRI?!!”
Noren tertawa geli, Lisa hampir merasakan nyawa keluar dari raganya saat itu juga.
“Oh? halo temannya Lisa. kenalin, gue Noren Agustion Giovano, calon suami Lisa”
Kali ini Lisa hampir tidak merasakan dirinya bernapas lagi ketika dia mengacak rambutnya dengan frustasi. Alpino tegang disebelahnya sebelum mencengkeram bahu Lisa dengan keras.
“Lo..Lo mau nikah, Lis?”
Lisa melihat Alpino dengan tidak bersemangat tetapi kemudian terkejut setengah mati ketika menyadari bahwa mata Alpino berkaca- kaca.
“WOY, LO NGAPAIN MEWEK BEGOOOO!”
...…....
...🍁...
...Bom Pertama-End...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Angel Beats
Hala cewek atau cowok kak?
2024-04-21
2
W e
Ikut sedih
2023-10-09
2
Chacha shyla
betul tuh pake banget and gue suka gaya bicara nya thor😘😘😘
2022-06-07
2