19

"Dipilih karena fisik dan rupa mungkin akan sedikit membanggakan, tetapi dipilih karena pondasi agama akan lebih mengagumkan."

–Catatan Muslimah–

"Nek, tolong Kila. Lihatlah anakmu itu Nek. Dia mau memakanku," ucap Kila polos dengan suara ngos-ngosan kepada Ani yang baru keluar dari kamarnya.

"Ma, minggir! jangan lindungi tuh bocah tengil. Dasar keponakan tidak tahu diri!" geram Bara.

Ani menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku anak dan cucunya yang tidak pernah akur sejak dulu.

"Sudah-sudah, kalian jangan berantem terus," lerai Ani dan langsung menggendong cucu kesayangannya.

Kila tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membujuk neneknya.

"Makasih Nek, udah lindungi Kila dari paman Bara," ucap Kila lalu mencium pipi Ani. Dan Ani mengangguk gemas kepada cucunya.

Sementara Bara menahan amarahnya, melihat Kila menyungging senyum kemenangan dan menjulurkan lidahnya.

Mereka ikut bergabung kembali dengan keluarga lainnya.

"Maaf ya sayang, Mama kelamaan," ucap Ani yang membawa sebuah kotak perhiasan dan duduk di samping Famira.

"Nggak apa-apa Ma," jawab Famira tersenyum tipis.

Ani memberikan kotak perhiasan itu kepada Famira sebagai hadiah pernikahannya. Tentu saja Famira menolaknya, karena terlalu mewah di berikan kepadanya.

"Nak, terimalah. Ini bukanlah seberapa kado pernikahan dari Mama," mohon Ani agar Famira menerimanya.

"Ini terlalu berlebihan Ma. Famira tidak biasa kalau memakai perhiasan ini, pasti ini mahal kan Ma. Famira takut nanti hilang," jawab Famira dengan polosnya. Membuat anggota keluarga lainnya ikut tertawa mendengar jawaban Famira.

"Dek, kau sangat polos sekali. Pakailah kalau hilang Mama juga tidak akan marah," timpal Anita.

"Iya Nak, itu hadiah pernikahan dari Papa kepada Mama saat pernikahan dulu. Papa juga punya hadiah buat kamu," sahut Andi senyum sumringah.

Famira hanya tersenyum kikuk mendengar penuturan dari setiap keluarga Bara. Famira akhirnya menerima hadiah perhiasan dari mama mertuanya.

"Ini Nak." Andi menyerahkan sebuah kunci mobil kepada Famira.

"Pa–" jawab Famira terpotong.

"Tidak ada penolakan dari menantu kesayangan Papa. Terima ya Nak." final Andi dan menyerahkan kunci mobil itu di tangan Famira tanpa mendengar penjelasan dari menantunya.

"MasyaaAllah," batin Famira menerima kunci mobil itu.

Doni memandang Famira tak henti-hentinya, meski jarak duduk mereka lumayan jauh Famira tetap saja merasa risih.

Bara tanpa sengaja melihat Doni yang sedang memandang istrinya.

"Kurang ajar! tu kakak ipar, kenapa memandang Famira sebegitu nya," gerutu Bara kesal dan mata elangnya memberi kode kepada Doni untuk berhenti memandang Famira.

Doni terbelalak kaget ketika bola matanya bertemu dengan bola mata Bara. Segera mungkin Doni mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Kek, Nek. Ini siapa, kok Kila baru lihat sih?" tanya Kila yang sedari tadi bingung dengan wajah baru di rumah itu.

"Itu istri paman Bara mu Cu," jawab Andi.

"Benaran Kek. Kapan tu monster nikah?" tanya Kila sambil melirik ke arah Bara.

"Jaga omonganmu bocah tengil!" kata Bara penuh penekanan. " Kak, ajarin anak kakak yang tidak tahu diri itu." sambung Bara kepada Anita.

"Kila tidak boleh bicara seperti itu ya." kata Anita menegur putri semata wayangnya. Dan Kila mengaguk.

"Bibi cantik sekali, nama bibi siapa? tanya Kila kepada Famira.

"Famira," jawab Famira sambil mencubit gemas pipi Kila.

"Oo ya, kalau nama aku Akila Maharani Bi. Panggil Kila ya. Kila sekarang umur 6 tahun Bi." kata Kila manja dan duduk di pangkuan Famira.

"Keponakan Bibi cantik sekali," puji Famira sambil mengelus lembut rambut coklat milik Kila.

"Bibi juga cantik. Pantas saja Paman Bara menyukai Bibi. Bibi, hati-hati sama paman Bara ya karena dia itu galak kaya monster Bi. Pokoknya serem deh Bi."

"Kila!" ucap Bara.

"Itu kenyataannya paman. Iya kan Kek, Nek," ucap Kila meminta pendapat dari Andi dan Ani.

Mereka mengaguk setuju dengan pendapat Kila. Membuat Bara begitu di pojokan di situ.

"Sudah ya, sekarang kita makan. Mama sudah masak banyak. Ayo," ajak mama Ani kepada seluruh anggota keluarganya.

Acara makan berjalan dengan khidmat. Namun pada sela-sela makan. Anita menggoda Bara.

"Bara, kapan kamu berikan kakak keponakan. Nggak sabar deh rasanya."

Hampir saja Bara tersedak makanan, untung saja Bara segera meminum air. Pertanyaan yang sangat di takutkan oleh Bara pun terlontarkan dari mulut kakakny sedangkan anggota keluarga lainnya menunggu jawaban dari Bara.

Bagaimana Bara akan memberikan keponakan. Sedangkan Bara belum pernah menyentuh Famira seujung kuku pun.

"Secepatnya!" lantang Bara.

Uhuk ...

Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba saja Doni tersedak makanan mendengar ucapan Bara. Dengan hal itu membuat Bara semakin curiga dengan kakak iparnya.

"Mas, ada apa?" tanya Anita kepada suaminya.

"Nggak apa-apa sayang. Mas cuman buru-buru saat makan," jawab Doni berbohong.

Setelah perbincangan singkat itu, hanya suara sendok dan piring yang terdengar.

Selesai makan, Anita dan Doni pun berpamitan untuk pergi bekerja.

"Bibi, ikut Kila ayo. Main sama Kila ya." mohon Kila pada Famira.

"Baiklah," ucap Famira dan mengikuti kemana Kila membawanya.

"Kila jangan buat Bibi mu kecapean," teriak Ani kepada cucunya.

Kila membawa Famira bermain di dekat kolam.

"Bibi, ayolah! kejar Kila ya."

Famira berlari kecil mengejar Kila. Saat berlari tubuh Famira kurang keseimbangan. Sehingga Famira jatuh, tepatnya ke dalam kolam.

Byur ...

"Bibi Famira!" teriak Kila histeris dan berlari mendekati kolam.

"Kila minta tolong sana, Bibi tidak bisa berenang." suara Famira samar bisa terdengar.

Famira terus mencoba untuk bisa menyeimbangi tubuhnya agar tidak tenggelam. Nihil, Famira tidak bisa karena memang Famira tidak bisa berenang.

"Kek, Nek!"

"Paman Bara!"

Teriak Kila sekencang-kencangnya. Kila menangis, dia merasa bersalah pada dirinya sendiri.

Ani, Andi, dan Bara yang sedang bercengkrama berhamburan berlari ke sumber suara Kila yang berteriak histeris. Tak terkecuali para asisten rumah tangga di rumah itu.

Mereka di kejutkan ketika melihat Famira yang tubuhnya hampir tenggelam di dalam kolam. Refleks saja Bara langsung nyebur ke dalam kolam dan membawa tubuh Famira yang hampir kehilangan nafas itu.

"Kek, Nek. Maafin Kila, ini salah Kila."

"Jangan bicara seperti itu." kata Ani dan memeluk tubuh cucunya yang ketakutan.

Bara menepuk pipi Famira untuk segera sadar.

"Bara berikan nafas buatan," saran Andi.

"Iya Nak, cepat. Mama tidak mau mantu Mama kenapa-kenapa." timpal Ani lagi.

Dengan terpaksa Bara harus memberikan nafas buatan kepada Famira. Bara mendekati wajahnya ke wajah Famira. Jantung Bara tiba-tiba berdegup dengan kencang. Tapi sebelum itu terjadi, Famira sudah terlebih dulu sadar.

Uhuk ... uhuk ...

Famira mengeluarkan air yang sempat tertelan tepatnya di muka Bara.

"Sialan!" umpat Bara menghapus air itu di mukanya secara kasar.

Famira langsung ketakutan. Entah apa yang akan terjadi dengannya hari ini, setelah kejadian ini.

"Alhamdulillah, kamu tidak apa-apa Nak?" tanya Ani dan Andi kompak.

Famira tersenyum tipis supaya mertuanya tidak terlalu khawatir padanya. "Tidak apa-apa Ma, Pa."

"Bibi maafin Kila ya. Ini salah Kila, karena mengajak Bibi bermain di sini."

"Kila nggak salah, Bibi yang kurang hati-hati. Jangan nangis, Bibi baik-baik saja," ucap Famira meyakinkan kepada keponakannya.

"Bara sekarang gendong istrimu ke kamar. Biarkan menantu Mama istirahat."

"Cepat Bara! nanti menantu Papa masuk angin karena kedinginan," tegas Andi kembali karena melihat putranya belum juga terjaga.

"Nggak usah, Famira masih kuat berjalan Ma–"

Belum juga Famira selesai berbicara, Bara dengan sigapnya menggendong tubuh Famira.

"Mas, nggak usah ..." titah Famira malu karena seluruh mata di rumah itu memandanginya.

"Jangan keras kepala Famira!"

Tanpa sengaja Bara menyungging senyum sangat kecil sekali. Melihat pipi Famira yang merah merona.

Di sisi lain Ani dan Andi bahagia melihat perlakuan Bara kepada menantunya.

"Kau berat juga ya Famira." kata Bara dan menurunkan tubuh Famira di depan kamar mandi.

"Mmm nggak kok," jawab Famira malu-malu.

"Sudahlah! sekarang bersihkan tubuh kamu cepat. Nanti kamu sakit," perintah Bara dan Famira pun nurut saja.

Bara pun masuk ke kamar mandi lain karena memang di dalam kamar Bara di rumah orang tuanya memiliki dua kamar mandi.

Bara sudah selesai membersihkan diri, dan memakai bajunya. Sementara Famira belum juga keluar dari kamar mandi.

"Tuh cewek mandi atau tidur sih. Lama sekali," batin Bara kesal.

Di dalam kamar mandi, Famira bingung karena Famira tidak bawa handuk dan pakaian ganti.

"Kalau aku minta tolong kepada mas Bara. Pasti tidak mau. Terus bagaimana nih?" pikir Famira keras.

"Famira, kenapa kau lama sekali? jangan membuatku khawatir," teriak Bara mulai kesal.

Famira mengeluarkan kepalanya sedikit di balik pintu kamar mandi.

"Mas, aku boleh minta tolong." Mohon Famira, sedangkan Bara tidak menggubris perkataan Famira. Bara sibuk dengan benda pipi perseginya itu.

"Mas!" panggil Famira lagi.

"Hmmm, ada apa sih?" tanyanya ketus yang masih fokus dengan handphone.

"Aku tidak bawa handuk, ataupun pakaian ganti ..."

"Terus?"

"Mas bisa ambil."

"Cih, kau menyuruhku! ambil saja sendiri."

"Aku malu mas."

Bara berpikir sejenak. "Menangislah terlebih dahulu, kan kamu sering menangis. Sekarang menangis lah, baru aku ambil."

"Nggak bisa."

"Kenapa?"

"Aku nggak sedih. Jadi nggak bisa nangis mas." kata Famira dengan wajah memanas. Bara hanya menahan tawa geli melihat ekspresi Famira minta tolong, menurut Bara ekspresi Famira itu lucu

"Nyusahin orang!" Bara bangkit dari tempat ranjang menuju almarinya.

"Tumben baik." kekeh Famira dengan suara kecil. Takutnya Bara mendengar.

"Aku nggak budek. Nih!" Bara menyerahkan handuk ke tangan Famira.

"Mas tunggu dulu, aku juga nggak bawa pakaian ganti. Mas bisa pinjam pakaian Mama, karena aku nggak bawa pakaian apapun ke sini."

"Famira! kau sudah berani menyuruhku lagi?"

"Maaf mas, tapi aku malu turun ke bawa menggunakan handuk saja. Mas tolonglah, aku mohon."

"Ya deh, bukan berarti aku membantumu aku peduli. Jangan geer!" geram Bara lalu turun ke bawah untuk meminjam baju mamanya.

Tidak butuh waktu lama Bara pun kembali dengan membawa gamis berwarna merah maroon lengkap dengan hijabnya.

"Ini gamis punya mama. Ambilah," ucap Bara dan Famira mengambilnya.

Famira pun keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap di tubuhnya.

"Mas, makasih sudah bantu aku" ucap Famira tersenyum tulus pada Bara.

Bara yang melihat Famira melongo, dan tidak berkedip sedikitpun. Ya, karena Famira terlihat anggun dan elegan menggunakan gamis pemberian mertuanya itu. Dengan warna gamis merah maroon, di padukan dengan kulit Famira yang putih. Membuat kesan berbeda di mata Bara. Karena Famira biasanya menggunakan gamis berwarna hitam, biru black, pokoknya gamis berwarna gelap. Famira tidak pernah menggunakan gamis berwarna kontras, seperti yang di pakai saat ini. Tentu Famira sangat cantik sekali.

"Cantik. Sejak kapan Famira punya lesung pipi?" pikir Bara dan segera mungkin Bara menepis pikirannya yang memuji Famira.

Akal jahil melintas di pikiran Bara sekarang. Bara berjalan mendekati Famira.

"Mas mau apa?" tanya Famira gugup dan memundurkan langkahnya ke belakang.

Bara semakin mendekat, dan Famira terus memundurkan tubuhnya ke belakang. Hingga akhirnya tubuh Famira sudah tidak dapat mundur lagi karena ada lemari.

Bara mengunci pergerakan Famira. Jarak wajah Famira dengan Bara hanya beberapa senti saja.

"Mas mau apa sih?"

"Menurutmu?!" jawab Bara menaiki alisnya sebelah.

"Nggak tahu," jawab Famira polos dan hal itu Bara semakin menahan tawanya.

Wajah Bara semakin mendekat. Famira menutup matanya karena takut.

Satu!

Dua!

Tiga!

Hahaha ...

Bara tertawa terpingkal-pingkal, sungguh Bara merasa gemas dengan Famira. Ekspresi Famira benar-benar lucu menurut Bara.

Famira memandang dengan ekspresi tidak suka. Hampir saja jantung Famira copot di buat oleh Bara.

"Apa yang lucu mas," kesal Famira karena Bara tidak pernah berhenti menertawakannya.

"Kau lucu sekali." kata Bara dengan tawanya, lalu mencubit gemas pipi Famira.

Famira mengerutkan keningnya." Mas Bara mempunyai dua kepribadian mungkin. Kadang dingin dan kasar, sekarang malah tertawa dengan terbahak-bahak," batin Famira.

Terpopuler

Comments

Anthy Khalid

Anthy Khalid

di wkt2 tertentu otak normalnya berfungsi...😅😅😅

2021-11-19

0

Allshop Rohani Simanjorang Perbaungan

Allshop Rohani Simanjorang Perbaungan

gila dia mmg kau aja yg cinta mati ama org gila,dah dihina2 pun masa gakunya hrg diri sama sekali, gak usah bawa2 nama Tuhan utk membenarkan murahnya dirimu, baru ini aku baca novel empsi dgn pemeran utamanya yg sangat murahan dan bodoh

2021-02-09

1

Lusiana_Oct13

Lusiana_Oct13

punya suami piskopat

2020-11-11

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!