13

Bara duduk termenung di dalam ruangan kerjanya. Setelah kepergian Erwin, Bara terus memikirkan perkataan Erwin kepada dirinya tentang Famira. Hatinya tiba-tiba terasa perih dan sakit mendengar bahwa Famira terbaring lemah di rumah sakit. Apalagi semua karena ulahnya sendiri.

"Aaaa ....," teriak Bara frustrasi.

"Kenapa aku memikirkannya terus," batin Bara kesal kepada dirinya sendiri.

"Pak Direktur, biar saya mengobati luka di wajah Anda," ucap Rendi yang baru masuk dan membawa kotak P3K.

"Tidak usah, gue baik-baik saja," bentak Bara kepada sekretarisnya.

"Baik Pak, tapi saya mau kasih tau kalau sebentar lagi akan ada meeting dengan klien Pak," jawab Rendi ketakutan.

" Gue nggak bisa! lo yang handle semuanya!"

"Tapi Pa–" jawab Rendi terpotong.

"Gue tidak suka penolakan, Ren!" jawab Bara penuh penekanan.

Rendi menundukkan kepalanya, dia benar-benar takut melihat mata elang Bara.

"Baik Pak, saya akan mengurusnya."

Setelah mengurus semuanya, Bara beranjak keluar dari ruangannya. Dengan eskpresi datar, dan mata elangnya, Bara melangkah keluar dari perusahaan. Karyawan yang melihat atasannya, langsung membungkukkan badannya sebagai bentuk penghormatan.

"Lihatlah Pak Direktur itu, ganteng banget ...," pekik seorang karyawan perempuan setelah Bara berjalan melewatinya.

"Nggak usah genit, mana mau Pak Direktur sama lo," sahut karyawan lelaki.

"Apa sih," ketus si karyawan perempuan itu.

Setelan sampai di parkiran, Bara segera menelpon anak buahnya.

"Kalian semuanya bodoh," bentak Bara melalui telepon.

"Maksud Bos?"

"Kalian tidak ngerti juga, kenapa Erwin bisa mengetahui Famira di bawa ke rumah sakit. Apa kerjaan kalian di rumah, sampai hal sepenting ini kalian tidak bisa mengetahui. Jangan buat gue memecat kalian semua!"

"Bos, kami benar-benar tidak tahu," kata anak buah Bara, mereka saling melemparkan handphone untuk berbicara dengan Bara. Semua anak buah Bara ketakutan, dan memikirkan nasib buruk yang akan menimpa mereka hari ini.

"Tidak guna!" kata Bara dengan suara tinggi lalu mematikan telpon secara sepihak.

Bara pun melaju mobilnya menuju rumah sakit dengan emosi yang masih memuncak.

Setibanya di rumah sakit, dengan langkah tergesa-gesa Bara melihat bibi Ina yang merupakan pembantunya, dan dia segera menuju ke ruangan itu.

Plak!

Seseorang wanita paruh baya, menampar pipi Bara. Wanita itu, tak lain adalah ummi Famira. Entah keberanian dari mana, ummi Famira berani menampar seorang Bara Sadewa.

••Flashback On••

"Assalamu'alaikum," ucap Erwin sambil mengetuk pintu rumah Famira.

"Wa'alaikumussalam, sebentar," sahut ibu Famira dan segera membuka pintu rumahnya.

"Cari siapa, Nak?" tanya ummi Famira kepada Erwin.

"Ini benar Ibu Famira?"

"Benar, dengan saya sendiri. Ada apa Nak, apakah terjadi sesuatu dengan putri saya?" tanya ummi Famira mulai khawatir.

"Famira ada di rumah sakit, Bu."

Tubuh ummi Famira, mendadak lemas mendengar perkataan Erwin.

"Ibu biar saya bantu," kata Erwin dan segera menopang tubuh ibu Famira untuk duduk di ruang tamu rumahnya.

"Apa yang terjadi dengan putri saya, sampai dia ada di rumah sakit. Dan siapa kamu, kenapa tidak Bara yang memberi tahu ibu," ucap ibu Famira meneteskan air matanya.

"Saya Erwin teman Famira, Bu. Famira habis di operasi, Bu. Karena pembuluh kepala di otaknya pecah," jelas Erwin.

Ibu Famira langsung menangis, dia khawatir dengan kondisi putrinya.

Dengan berat hati Erwin menceritakan semua tentang kekerasan Bara yang dilakukan kepada Famira. Erwin sebenarnya tidak mau, tapi ketika melihat ummi Famira yang memohon untuk menceritakan semuanya. Akhirnya Erwin membongkar semua keburukan Bara di depan ummi Famira.

"Famira maafin Ummi, hidupmu jadi tersiksa seperti ini," lirih ibu Famira

Erwin turut bersedih melihat ummi Famira yang menangis.

"Maafkan saya, Bu, karena sudah membuat Ibu bersedih."

"Nggak apa-apa, Nak Erwin. Ibu malahan berterima kasih karena Nak Erwin sudah memberi tahu semua kekejaman Bara. Ibu tidak pernah menyangka bahwa Famira tersiksa terus, Famira tidak pernah menjelekkan suaminya di depan Ibu, Ibu menyesal menikahi Famira dengan lelaki itu," kata ummi Famira dengan bulir air mata yang masih keluar, "Ibu ingin membebaskan Famira, dari Tuan Bara yang kejam itu," sambung ibu Famira lagi.

"Biar Erwin membantu, Ibu. Erwin juga tidak tega melihat wanita sebaik Famira di siksa dengan Bara yang berhati iblis. Terima ini Bu," sahut Erwin memberikan amplop yang berisi uang.

"Nak, nggak usah. Ibu tidak ingin menyusahi kamu," tolaknya.

"Ambil saja, Bu, ini demi keselamatan Famira. Aku tidak tega melihat Famira, Bu," ucap Erwin meyakinkan ibu Famira.

"Baiklah, Ibu akan menerimanya. Tapi Ibu akan mengganti uang kamu, Nak."

"Nggak usah di pikirkan, Bu. Erwin tidak seperti Bara. Erwin ingin membantu Ibu," sahut Erwin tersenyum.

"Makasih Nak Erwin, kamu memang lelaki baik."

"Ya sudah, ayo kita pergi ke rumah sakit segera. Takut terjadi apa-apa dengan Famira," ajak Erwin.

Ummi Famira segera bergegas dan mereka pun berangkat ke rumah sakit.

Sesampainya di sana, ummi Famira tidak sabar ingin menemui putrinya. Tapi langkah Erwin dan ummi Famira terhenti, karena ada Bara tepat di depannya.

Hati ummi Famira sakit, dan sangat membenci pemuda di depannya, refleks saja saat bertemu dengan Bara dia melayangkan satu tamparan.

••Flashback Off••

"Tuan berani menginjak kaki Tuan di sini, setelah apa yang Tuan lakukan dengan putri saya," ucap ibu Famira meneteskan air mata.

Bara hanya memandang sinis.

"Jaga omongan Anda, jangan sampai saya berlaku kasar kepada Anda juga." kata Bara sambil menunjuk wajah ibu Famira.

"Lo memang tidak punya hati Bar, ini mertua lo! seharusnya lo menghormatinya," ucap Erwin sambil menepis tangan Bara di depan wajah ummi Famira.

"Lo lagi Win, nggak bosan apa lo ganggu hidup gue."

"Terserah gue," jawab Erwin tak mau kalah.

"Ceraikan putri saya, Tuan! saya tidak mau, putri saya bersama, Tuan lagi. Sudah cukup Tuan menyiksanya," ucap ibu Famira lantang.

"Orang miskin tidak tahu diri," kata Bara tertawa sinis, "lunasi semua hutang-hutang Anda, tapi saya tidak yakin kalau anda bisa melunasinya," sambung Bara merendahkan ummi Famira.

Ummi Famira mengeluarkan amplop yang berisi uang itu dan menyerahkan uang itu kepada Bara.

"Terima ini Tuan, silahkan Tuan pergi dari sini. Jangan mengusik kehidupan putri saya lagi."

Bara sedikit terkejut, dan merasa di rendahkan oleh ummi Famira. Ancaman itu cuman menjadi akal-akalan Bara agar Famira tidak lepas dari tangannya. Sebenarnya Bara tidak membutuhkan uang sepuluh juta itu.

"Apakah masih kurang Bara Sadewa! biar gue tambahin," ejek Erwin.

"Diam lo," ucap Bara mulai marah.

"Kami akan mengurus perceraiannya, silahkan Tuan pergi dari sini. Dan bila perlu, jangan pernah menemui putri saya lagi," ucap ibu Famira penuh penekanan.

"Wanita tua kau sudah berani melawanku dan bahkan menghinaku, tunggu saja setelah ini kau akan menyesalinya!" ancam Bara membatin.

"Pergi dari sini, seharusnya lo senang, Bar. Tidak ada lagi Famira di kehidupan lo dan lo bisa berduaan dengan pacar lo itu," usir Erwin.

Bara menahan emosinya. Wajah Bara sudah mengeras menahan amarahnya. Kilatan merah tampak di netranya.

"Tuan silahkan pergi, urusan keluarga saya dengan Tuan sudah selesai. Surat perceraian akan menyusul ketika Famira sudah pulih nanti," tegas ibu Famira.

"Perceraian itu tidak akan pernah terjadi!" jawab Bara lalu pergi ke luar dari rumah sakit.

"Kurang ajar," teriak Bara marah sambil membanting stir mobilnya.

Bara melaju mobilnya dengan kecepatan tinggi, Bara tidak peduli dengan teriakan pengendara lainnya kepada dirinya. Bara membawa mobil secara ugal-ugalan, Bara tidak bisa mengendalikan kemarahannya.

Anak buah Bara menjadi sasaran empuk kemarahan Bara saat itu.

Plak...

Plak...

Plak..

Bara melayangkan tamparan kepada semua anak buahnya. Bara tidak peduli kepada mereka yang merintih kesakitan.

"Kalian memang tidak ada gunanya!" bentak Bara.

"Gue tidak akan segan-segan membunuh kalian semua!" kata Bara sambil menatap tajam kearah anak buahnya. Sedangkan anak buah Bara hanya diam, mereka tidak ingin melawan. Takutnya mereka akan mati di tempat kalau mereka bicara kepada Bara yang sedang marah besar.

Bara menuju kamarnya, semua barang-barang yang ada di depan matanya, dia hancurkan hingga berkeping-keping.

Bara tidak bisa menerima dengan semua ini.

"Famira aku tidak akan pernah melepaskanmu," batin Bara tersenyum licik.

Terpopuler

Comments

pena_sf:)

pena_sf:)

psikopat kali

2024-05-20

0

Farrah

Farrah

maunya bara apa sih... 😡

2021-12-10

0

Anthy Khalid

Anthy Khalid

apa mungkin ada suatu peristiwa yg terjd saat bara msh kecil sehingga membentuk wataknya yg bgt sadis dan berlaku sprti hewan.

2021-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!