Bara meninggalkan Famira yang masih merintih kesakitan. Bara mendengar, dan bahkan melihat Famira pingsan, tetapi, dia enggan untuk menolongnya. Bara segera mungkin untuk pergi ke perusahaan. Bara pun menelpon sekretarisnya.
[ Siapkan ruangan saya, saya akan pergi ke perusahaan hari ini .... ] ucap Bara melalui telepon.
[ Ba–ik Pak Direktur, saya akan akan segera menyiapkannya ] jawab Rendi gugup dan kaget karena atasannya tiba-tiba datang ke perusahaan. Tanpa mengkonfirmasi di hari sebelumnya.
Telpon pun berakhir dan Bara langsung berangkat ke perusahaan dengan emosi yang masih memuncak.
Bibi Ina merasa khawatir, karena tidak melihat Famira turun dari kamarnya, biasanya Famira sudah berada di dapur dan membantu Bibi Ina jam segini.
"Non Famira mananya, tumben belum ke luar dari kamarnya jam segini. Mungkin Non Famira ketiduran dan kelelahan," gumam bibi Ina.
Di sisi lain di perusahaan Wijaya grup, semua karyawan sudah bersiap-siap untuk menyambut kedatangan Bara yang merupakan direktur dari perusahaan tersebut.
Tidak butuh waktu lama Bara pun sampai di perusahaannya.
"Selamat pagi, Pak," sapa satpam sambil membungkukkan badannya sebagai bentuk penghormatan kepada atasannya.
Bara tidak menggubrisnya, dan tidak menghiraukan sapaan dari satpam tersebut. Bara hanya memasang wajah datar, dan seram.
"Ngeri tatapannya, memang benar gosip dari orang-orang tentang Pak Direktur," gumam pak satpam sambil ketakutan menatap atasannya.
Di depan pintu perusahaan, Rendi sudah berdiri dan menyambut kedatangan atasannya.
"Selamat datang, Pak," ucap Rendi membungkukkan badannya.
"Antar saya ke ruangan saya."
"Baik, Pak!"
Karyawan lainnya, melakukan hal yang sama mengucapkan selamat datang dan membungkukkan badannya kepada atasannya. Namun Bara hanya cuek, dan enggan menyapa kembali.
"Itu Pak Direktur kita, sumpah ganteng banget," bisik salah satu karyawan wanita kepada temannya.
"Iya sih, tapi Pak Direktur itu seram."
"Tapi tetap terlihat cool."
"Aku dengar gosip Pak Direktur masih lajang, karena dia tidak mau menikah selain dengan mantan kekasihnya."
"Serius, terus siapa mantan kekasihnya."
"Aku serius, masa kamu nggak tau, itu loh yang menjadi saingan perusahaan kita. Katanya sih–" ucap karyawan perempuan terpotong.
"Ini tempat kerja bukan tempat bergosip, kembali ke pekerjaan kalian," ucap Rendi marah kepada karyawannya.
"Baik, Pak," sahut serempak para karyawan perempuan dan segera berhamburan ke meja kerjanya masing-masing.
Siapa yang tidak tertarik dengan ketampanan Bara, semua kaum hawa yang melihatnya langsung tergila-gila dan mengejar Bara. Tetapi Bara tidak pernah menghiraukan para wanita lain karena di hatinya sudah milik Vina seutuhnya.
***
Sudah pukul sembilan pagi Bibi Ina benar-benar khawatir dengan keadaan Famira, Bibi Ina akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar Famira. Karena takut terjadi apa-apa dengan Famira.
"Non Famira," panggil Bibi Ina dari luar kamar namun, tidak ada jawaban.
"Astaghfirullah, Non Famira ...," ucap Bibi Ina terkejut melihat Famira sudah pingsan dengan kondisi darah keluar dari hidungnya.
Bibi Ina segera keluar dari kamar dan meminta bantuan kepada sopir pribadi Bara untuk segera membawa Famira ke rumah sakit.
"Cepat, Kang!" ucap bibi Ina kepada pak Sukri yang merupakan supir pribadi.
"Apa yang terjadi Ina, kenapa Non Famira bisa begini?" tanya kang Sukri.
"Nggak tau juga, cepat sudah ke rumah sakit. Sebelum semuanya terlambat."
Setibanya di sana, Bibi Ina dan Pak Sukri segera membawa Famira ke ruang UGD. Tanpa sengaja Erwin juga ada di sana, dan Erwin melihat Bibi Ina dan Pak Sukri yang sedang membawa Famira.
"Biar saya yang membawa Famira ke ruang UGD," ucap Erwin dan segera menggendong tubuh Famira yang tak berdaya. Bulir air mata Erwin untuk pertama kalinya jatuh untuk seorang perempuan. Erwin sangat khawatir melihat kondisi Famira.
"Lakukan yang terbaik dan selamatkan dia, Dok," ucap Erwin khawatir
"Kami akan melakukan yang terbaik, silahkan Anda tunggu di luar," jawab dokter lalu menutup pintu.
"Bi, apa yang terjadi kenapa Famira bisa begini. Di mana Bara, kenapa dia tidak peduli dengan istrinya," ucap Erwin dengan suara naik dua oktaf, karena dia tahu ini adalah perbuatan Bara.
"Tuan Erwin, saya tidak tahu. Tadi pas Bibi pergi ke kamar Non Famira, Non Famira sudah pingsan. Bibi juga sudah menelpon Tuan Bara, tapi Tuan Bara menyuruh Bibi yang mengurusnya."
"Kurang ajar dasar lelaki jahat dan tidak punya hati!"
Erwin duduk di kursi tunggu seperti orang frustrasi, dia merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Famira. Bibi Ina dan pak Sukri bingung, melihat kekhawatiran Erwin. Padahal Erwin bukan siapa-siapanya Famira.
Sudah hampir satu jam, dokter pun keluar dari ruangannya. Erwin yang sedang melamun segera berdiri dan menanyakan keadaan Famira.
"Bagaimana keadaan Famira, Dok?"
"Anda suaminya?"
"Iya saya suaminya, ada apa Dokter? apakah terjadi apa-apa dengan istri saya," jawab Erwin berbohong.
"Ikut saya ke ruangan, ada yang perlu saya sampaikan kepada Anda," jawab dokter lalu berjalan ke ruangannya dan Erwin mengikutinya dari belakang.
Bibi Ina dan Pak Sukri hanya saling tatap dan kebingungan mendengar pengakuan Erwin.
"Jadi gini Pak, istri Anda harus di operasi hari ini. Karena pembuluh darah di kepalanya pecah akibat benturan keras dan hal itu kondisi semakin lemah. Kami dari pihak rumah sakit meminta persetujuan kepada
Anda terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan operasi."
"Lakukan yang terbaik buat istri saya Dokter, saya akan membayar berapa pun, yang penting istri saya bisa sembuh."
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, tapi pihak rumah sakit tidak bisa berjanji apakah operasi ini berhasil atau tidak untuk menyelamatkan nyawa istri Bapak. Semuanya kita pasrahkan kepada Tuhan, silahkan Bapak menandatangani surat ini," jelas dokter dan Erwin segera menandatanganinya.
Dengan sigap Dokter dan para suster memindahkan Famira ke ruang operasi. Erwin sangat sedih dan hanya bisa mendoakan agar operasi berjalan dengan lancar.
Dokter mulai melakukan tindakan operasi, di tengah-tengah operasi. Tiba-tiba denyut jantung Famira mulai melemah.
"Dok, denyut jantung pasien semakin melemah."
Dokter segera mengambil alat untuk membantu memulihkan denyut jantung Famira untuk tetap normal. Namun, semua sia-sia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
pertemukan Famira fngn jodoh nya yng baik , dan buat Baraaa mrnyesali perbuatan nya
2021-06-17
0
Umi Satsyi
semoga famira mau berpisah dg bara dan menikah dg erwin, please
2021-06-02
0
Wirda Azriel
kejam laki2 biadab
2021-05-07
0