Famira sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya karena kondisinya sudah stabil dan membaik. Famira sedikit heran karena ummknya membawa pulang ke rumahnya bukan ke rumah suaminya.
"Erwin makasih ya. Kamu sudah banyak membantuku," ucap Famira yang sekarang berada di ambang pintu rumahnya.
"Sama-sama, bidadari surgaku," jawab Erwin menggoda Famira.
"Khem." Ummi Hana berdehem mendengar perkataan Erwin, sementara Famira hanya tertunduk malu.
"Becanda Bu, saya suka melihat wajah Famira yang tersipu malu. Hehehe," sahut Erwin sambil tersenyum kikuk.
"Ada-ada saja tingkah anak muda ini," jawab Ummi Hana ikut tersenyum. "Semoga kebaikanmu Nak, di balas oleh Allah," sambung ibu Hana.
"Aamiin Bu, kalau gitu saya juga pamit pulang." kata Erwin. "Famira jangan lupa minum obatnya," saran Erwin dan Famira hanya mengangguk.
Setelah kepulangan Erwin, Famira memutuskan untuk menanyakan tentang Bara kepada uminya.
"Ummi," panggil Famira lembut.
"Iya Nak."
"Mas Bara, dimana? kenapa Famira tidak pernah melihatnya, apakah mas Bara tidak pernah membesuk Famira Ummi?" tanya Famira dan Ummi Hana langsung sedih mendengar perkataan putrinya.
"Duduk dulu, biar Ummimi jelasin ke kamu Nak!" ujar Ummi Hana dan Famira pun ikut duduk di sampingnya.
"Nak, Ummii tahu penderitaan kamu. Ummi tidak habis pikir dengan suamimu itu. Kenapa kamu sembunyikan semuanya dari Ummi. Andai Ummmi tahu kamu tersiksa fisik dan batin dengan suamimu itu sudah sejak lama Ummi menyuruhmu bercerai dengan Tuan Bara itu." kata ibu Hana lalu memeluk tubuh putrinya.
"Jadi Ummi sudah mengetahui semuanya. Maafin Famira Ummi, Famira tidak ingin membuat Ummi khawatir dan sedih," lirih Famira dan tangisan di antara mereka tidak dapat di bendung lagi.
"Ummi yang harus minta maaf Nak, semua karena hutang Ummi kepada Tuan Bara. Kamu jadi tersiksa seperti ini."
"Ummi, ini sudah menjadi takdir dari Allah. Mungkin Allah sedang menguji iman Famira, melalui mas Bara."
"Sudahlah Nak, Ummi harap kamu segera mengurus perceraian kamu. Semua hutangnya sudah lunas dan Bara pun menerima perceraian itu."
Deg!
Mendengar kata perceraian membuat hati Famira terasa sakit.
"Ummi .... Famira tidak ingin bercerai dengan mas Bara. Famira yakin mas Bara akan berubah," mohon Famira sambil meyakinkan uminya.
"Hatimu begitu sangat mulia Nak. Ummi hanya tidak bisa melihat kalau putri kesayangan Ummi di siksa."
"Mas Bara memang jahat dan kasar sama Famira Ummi, tapi Famira tidak pernah membenci mas Bara. Famira yakin hidayah Allah akan datang pada mas Bara," ucap Famira dengan isak tangisannya.
"Ummi tahu kamu sangat mencintai suamimu. Pikirkan sejenak Nak, kamu berjuang sendirian untuk pernikahan kamu. Tapi apa, suamimu tidak menghargaimu dan tidak pernah mencintaimu. Buat apa Nak, mengorbankan kesakitan ini. Sadarlah Nak!" ucap Ummi Hana dengan penuh penekanan agar putrinya sadar.
"Semua perkataan Ummi benar. Famira hanya wanita bodoh! Famira selalu mengharapkan mas Bara mencintai Famira. Tapi mas Bara tidak ada rasa sedikit pun dan bahkan mas Bara merasa jijik dengan Famira Ummi," isak Famira mulai pasrah.
Ummi Hana merasa bersalah dengan Famira, Ummi Hana langsung memeluk tubuh putrinya yang sedang rapuh itu.
"Sabar Nak. Ingatlah Allah maha besar dan adil kepada umatnya. Ummi yakin, kamu akan mendapatkan suami yang lebih baik daripada Bara. Ummi tahu kamu sulit melepaskannya, dan Ummi tidak akan memaksa kamu untuk bercerai dengan Bara. Ummi hanya memberikan solusi, kalau umi salah umi minta maaf. Semua keputusan ada di tangan kamu Nak."
"Famira perlu waktu untuk memutuskan ini Ummi," jawab Famira lalu melepaskan pelukan Umminya dan berlari ke kamarnya.
Ummi Hana mengerti keadaan Famira yang teramat sedih. Ummi Hana membiarkan Famira sendirian dan menenangkan dirinya di dalam kamar.
🌼🌼🌼
Pesawat Garuda Indonesia yang di tumpangi oleh Andi dan Ani beserta beberapa anggota keluarga lainnya mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno Hatta pada pukul 7 malam. Pak Joni yang merupakan supir pribadi dari keluarga ini sudah datang untuk menjemput atasannya.
"Selamat datang kembali Nyoya dan Tuan!" ucap pak Joni menunduk badannya. Dan mengambil koper dari keluarga Andi dan memasukkan ke dalam bagasi mobil.
Bara tidak mengetahui bahwa hari ini adalah kepulangan keluarganya dari Singapura. Ya, memang ini adalah sebuah kejutan buat Bara dari papahnya. Andi tidak sabar ingin segera bertemu dengan putranya dan memberi putranya itu pelajaran.
Sampai di kediamannya, keluarga ini pun turun dari mobil. Mereka di sambut oleh beberapa asisten rumah tangga mereka.
"Pah, Ma. Akuku dan mas Doni pulang ke rumah langsung ya." pamit Anita yang merupakan anak pertama dari Ani dan Andi.
"Nginap di rumah Mama aja Nak, kasihan cucu mama sudah tidur," jawab Ani sambil mencium pipi Kila yang merupakan cucunya.
"Lain kali aja yah Ma."
"Ya sudah Mama dan Papa bisa mengerti, besok jangan lupa datang ke sini lagi."
"Iya Ma," sahut Anita dan Doni bersamaan. Mereka pun pulang ke rumahnya.
Setelah kepulangan anak pertamanya. Andi segera menyuruh pak Joni mengeluarkan mobil lagi. Andi akan pergi ke rumah Bara segera.
"Pah, besok saja Papa pergi ke rumah Bara. Papa pasti capek."
"Nggak Ma, Papa akan bikin perhitungan kepada anak kurang ajar itu," jawab Andi dengan suara mulai meninggi.
Andi segera menaiki mobil tanpa memperdulikan istrinya yang sedang ngomel. Mau tidak mau Ani pun ikut pergi meski dia sangat kecapean. Ani takut suaminya akan marah besar kepada Bara.
Sudah hampir enam bulan, Bara memang tinggal berpisah dengan kedua orangtuanya dan memilih membeli rumahnya sendiri. Bukan karena apa, Bara muak hidupnya selalu di atur oleh mama dan papanya. Kalau mama dan papanya sudah pulang ke Indonesia Bara akan sering nginap juga di rumah kedua orangtuanya itu.
Mobil Andi tiba di halaman rumah Bara. Anak buah Bara yang mengetahui bahwa mobil itu adalah orangtua dari bosnya segera menyambut kedatangannya.
"Selamat datang Tuan dan Nyonya," ucap anak buah Bara.
"Bara mana?" tanya Andi tegas.
"Ada di dalam Tuan."
Andi segera melangkahkan kakinya ke dalam rumah, di susul oleh Ani di belakangnya.
"Bara!" teriak Andi dengan suara menggelegar.
Bara yang baru selesai mandi seperti mengenali suara itu. Tapi Bara berpikir itu tidak mungkin papanya karena menurutnya papanya masih ada di Singapura.
"Bara!" panggil Andi yang sudah mulai marah karena Bara tidak segera mendatanginya.
"Ya, itu suara papa. Papa sudah pulang, kenapa tiba-tiba," pikir Bara heran dan segera turun ke bawah.
"Papa, Mama!" ucap Bara tidak percaya.
Plak!
Bara yang baru turun langsung mendapat tamparan keras dari papanya.
"Pah, ada apa sih. Kenapa tiba-tiba tampar Bara?"
Andi tersenyum sinis menatap putranya.
"Kau bilang ada apa?"
"Bara salah apa Pah?" ucap Bara karena memang Bara tidak mengetahui alasan papanya marah.
"Pah, sudah kasihan Bara," lerai Ani.
"Jangan cegah Papa, Ma! Papa mau kasih pelajaran buat putra kita ini."
"Sekarang jemput istri mu, minta maaf kepadanya. Kalau ti–"
"Oo jadi gara-gara ini Papa marah. Bara tidak akan meminta maaf kepadanya dan Bara akan menceraikannya!" kata Bara penuh penekanan.
"Apa dasarnya kamu menceraikan istrimu?" kali ini Mama tidak terima dengan keputusan kamu Bara!" sahut Ani yang kini ikut marah kepada putranya.
"Papa, mama. Famira itu sudah selingkuh! makanya Bara menceraikannya," ucap Bara berbohong.
"Eh, kau pikir Papamu ini anak kecil dengan mudahnya kamu bohongin. Kau pikir Papa tidak mengetahui semuanya huh! Papa tahu kamu yang menyiksa istrimu, sampai dia masuk rumah sakit. Papa dan Mama tidak akan membiarkan kamu menceraikan Famira!"
Bara kehabisan kata-katanya mendengar penuturan papanya. Bara mendengus kesal.
"Iya Bara menyiksanya karena Bara tidak mencintainya! Dia pun tidak ada gunanya, cuman menyusahkan Bara saja. Bara akan tetap akan menceraikan Famira. Untuk hal ini Bara tidak akan menuruti perintah Papa dan Mama!"
Plak...
Tamparan keras lagi di layangkan ke wajah Bara.
"Itu keputusan kamu, oke Papa dan Mama terima. Satu hal yang perlu kamu ingat! kalau kamu berani menceraikan istri kamu. Kamu harus siap untuk keluar dari daftar keluarga Papa. Dan jangan pernah mimpi Papa akan memberikan harta warisan sedikitpun kepada kamu!" ancam Andi.
Bara terbelalak kaget mendengar ancaman papanya. Dan Bara diam seribu bahasa.
"Silahkan pilih!"
"Bara akan meminta maaf pada Famira." kata Bara pasrah karena Bara tidak ingin di usir oleh kedua orangtuanya.
"Sekarang, pergi minta maaf dan bawa pulang istri kamu kesini. Jangan pulang sebelum kamu membawa pulang istri kamu ke hadapan Papa dan Mama!" tegas Andi.
Bara benar-benar marah namun, Bara menahannya tidak ingin membuat papanya semakin marah kepada dirinya.
"Cepat sudah pergi sana, kenapa masih diam di situ!" kata Andi yang masih melihat Bara diam di tempat.
Bara mengambil kunci mobilnya secara kasar. Rahangnya mengeras menahan emosinya.
"Apa istimewa tu perempuan, sampai-sampai Papa marah besar kepadaku," gerutu Bara kesal.
"Argh ... sial!" teriak Bara prustasi sambil mengacak-acak rambutnya.
Bara melaju mobilnya ke luar dari halaman rumahnya. Mau tidak mau Bara akan pergi ke rumah Famira. Tentu saja Bara akan gengsi minta maaf kepada Famira.
"Famira ... apa istimewanya kamu," gumam Bara kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
pena_sf:)
ah si bara setan
2024-05-20
0
Anthy Khalid
istimewanya...krn dia bidadari surga,bila di pandang hati menjadi tenang.
2021-11-19
0
Cheche Dsinger Dsinger
swami tellek kyk gitu
2021-04-05
0