5

Bibi Ina yang melihat Famira pingsan di lantai, segera membawa ke kamar dan langsung menelepon Bara.

"Assalamu'alaikum, Tuan. Non Famira pingsan," ucap Bibi Ina dari saluran telepon yang sudah terhubung dengan Bara

"Bibi urus saja, panggil aja dokter ke rumah atau suruh bawa anak buah aku dia ke rumah sakit. Aku lagi jalan-jalan sama Vina, dan tidak ada kesempatan buat urus dia!"

"Tapi Tuan–"

"Bibi urus saja dia, aku tidak peduli!" sahut Bara lalu mematikan telepon secara sepihak.

"Astaga, teganya tuan Bara. Lebih mementingkan perempuan lain daripada istrinya," batin Bibi Ina.

Bibi Ina kebingungan, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tanpa sengaja lengan baju Famira tersingkap, dan Bibi Ina melihat tangan majikannya itu memar.

Bibi Ina sungguh prihatin melihat kondisi Famira. Wanita paruh baya ini mencoba untuk membuat Famira tersadar.

"Alhamdulillah Non sudah siuman." Bibi Ina tersenyum lega.

"Bibi," sahut Famira lemas.

"Kenapa Non bisa pingsan, Non lagi sakit? Kita ke rumah sakit ya, Non?"

"Tidak usah, Bi, kepalaku cuman pusing tadi. Maafkan Famira jadi ngerepotin Bibi," sahut Famira.

"Tidak Non, ini sudah kewajiban Bibi. Non istirahat dulu, Bibi mau lanjut kerja dulu."

Famira hanya mengangguk.

Selepas itu, Bara pulang dengan perasaan sangat bahagia. Bara membuka pintu kamarnya, terlihat sosok gadis yang masih tidur dengan wajah pucat dan tak lain Famira. Bara mendekati Famira, wajah yang sangat teduh ketika di pandang.

"Apakah aku terlalu kejam padanya?" pikir Bara.

"Kenapa aku jadi kasihan gini sama dia," gumam Bara kesal pada dirinya sendiri.

Famira terbangun karena mendengar entakkan kaki seseorang yang mendekatinya.

"Mas ...," ucap Famira dengan nada suara lemah.

Bara hanya memandang sekilas dan ia kembali fokus pada benda pipi perseginya.

Famira bangkit dan mendekati Bara. "Mas, siapa perempuan tadi?"

"Pacar aku, emang ada apa?" ketus Bara.

"Hm, tidak apa-apa. Famira hanya ingin tahu ...."

"Baguslah kalau kamu sadar diri," ketus

Bara, "Lagi pula aku tidak pernah cinta sama kamu, ya ... aku anggap kamu seperti pembantuku saja," ucapnya lagi dengan suara menghina.

Famira tersenyum tipis menanggapinya, membuat Bara merasa kesal.

"Siapin aku makan! Aku lapar, jangan lama!" titah Bara.

Famira menuruti perintah Bara. Famira hanya bisa bersabar dan berdoa pada Allah agar dia selalu kuat dan tidak pernah membenci suaminya sendiri.

Famira yakin pasti ada kebahagiaan yang di siapkan oleh Allah setelah ini. Karena Allah tidak akan memberikan ujian kepada umatnya melebihi batas kemampuannya. Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.

•••

"Bagaimana kabar lo, Bar?" tanya pemuda yang baru saja tiba di kediaman Bara. Pemuda itu bernama Erwin, yang merupakan sahabatnya.

"Yoi, gue baik sih, lo sendiri?"

"Seperti yang lo lihat ini gue tetap baik-baik saja."

"Baguslah, bisnis loh lancar, Win?"

"Bisnis gue lancar dan semakin berkembang, tetapi sayangnya gue belum punya pasangan, Bar."

"Ah! lo Win suka benar rendah diri, masa tidak ada perempuan yang mau laki-laki kaya dan tampan seperti lo."

"Banyak sih cewek yang dekat dengan gue Bar, kan loh tahu tipe gue 'kan tinggi, nggak murahan gitu."

"Masih saja lo simpan kebiasaan kuliah lo dulu, Win."

"Ya jelas dong, lo masih ingat aja tentang gue dulu, Bar."

Kedua sahabat tersebut larut dalam perbincangan panjang mereka, biasalah sahabat yang baru ketemu sejak selesai kuliah.

"Win, loh mau kopi atau teh?" tawar Bara.

"Kopi deh Bar, gue lumayan ngantuk nih gara-gara cerita panjang ke lo." Erwin tertawa renyah.

"Oke, Famira ...," teriak Bara dari ruang tamu.

Famira cepat-cepat mendatangi suaminya. "Ada apa, Mas?" tanya Famira lembut.

"Bikini kopi dan teh cepat!" suruh Bara kasar.

"Famira kenapa kamu bisa di sini?" tanya Erwin tersenyum manis kepada Famira.

"Aku sekarang jadi–"

"Dia pembantu gue, Win," sahut Bara memotong pembicaraan Famira cepat.

"Pergi sudah ke dapur sana," usir Bara.

Erwin masih memandang punggung Famira yang berjalan menuju ke dapur.

"Win, loh kenal sama dia?" tanya Bara penuh selidik.

"Oh, dia satu angkatan sama gue dulu SMA Bar. Emang ada apa?" tanya Erwin dengan nada suara santai.

"Nggak ada, gue ingin tanya doang."

"Hm." Erwin berdehem menanggapinya, "Bar, gue boleh minta tolong sama, lo?"

"Minta tolong apa?"

Erwin diam sejenak, "Bantu gue untuk mendekati Famira," pinta Erwin memohon.

"Hah?" ucap Bara terkejut.

"Biasa aja kali Bar, gue emang suka sama Famira sejak dulu Bar. Tetapi dia nolak gue mentah-mentah katanya sih dia takut sama Allah. Idaman banget."

Bara diam membeku, hatinya bagaikan tersambar petir mendengar perkataan sahabatnya.

"Lo nggak sakit 'kan Win? Masa lo mau sama pembantu, gue?" tanya Bara heran.

"Gue nggak sakit dan gue serius Bar!" tegas Erwin kembali, "Famira itu cewek yang sulit di dapatkan Bar, dia bagaikan mutiara yang sangat berharga. Kita boleh menyentuhnya apabila kita sudah menghalalkan saja, dia bukan cewek murahan Bar. Makanya dari itu, gue mau sama dia sudah cantik, shalihah. Pokoknya calon istri idaman deh Bar, loh mau 'kan dekat in gue sama dia?" tanyanya lagi penuh harap.

Lagi-lagi Bara diam membisu, mendengarkan cerita sahabatnya tentang Famira. Ia tidak pernah menyangka bahwa istrinya sangat berharga di mata lelaki lain, sementara dirinya memperlakukan istrinya dengan kasar dan bahkan tidak mencintainya.

Percakapan Bara dan Erwin terhenti karena Famira datang membawa minuman teh dan kopi tersebut. Famira yang hendak kembali lagi ke dapur, langkahnya terhenti karena Erwin menahan tangannya, dan berkata, "Famira tunggu dulu."

Bara yang melihat pemandangan itu mengepal tangannya. Ia juga tidak tahu, kenapa harus timbul rasa sakit di hatinya.

"Lepaskan, Er! Jangan pegang-pegang kita bukan mahram," ucap Famira.

"Win, lepaskan tangan Famira!" ucap Bara penuh penekanan.

"Kenapa lo marah, Bar?" Erwin mengerutkan keningnya setelah mendengar suara yang sangat tidak bersahabat dari Bara.

"Gue bilang lepasin!" titahnya lagi.

"Gue nggak mau, ada yang perlu gue bicarakan sama Famira sebentar," ucap Erwin tak mau kalah dan tetap menahan tangan Famira.

Bug! Bara menonjok muka Erwin, mukanya memerah dan emosinya memuncak sekali. Famira yang melihat kejadian tersebut merasa terkejut dengan perilaku Bara yang melindungi dirinya.

"Famira masuk ke dalam cepat" Perintah Bara kasar, Famira pun menuruti saja. Famira masih bertanya-tanya di dalam hatinya kenapa Bara mau melindunginya sedangkan Bara tidak pernah menganggapnya.

"Lo, jangan berani-berani pegang dia lagi!" ucap Bara marah sambil memegang dagu Erwin.

"Hah? Lo apaan sih Bar. Lo punya hubungan apa dengan pembantu lo itu?" tanya Erwin tersenyum sinis, "Apa lo juga suka sama dia?" ucapnya lagi.

"Dia istri gue, lo puas sekarang?!"

"Cih! istri lo? Tapi kenapa lo bilang dia pembantu lo tadi?" tanya Erwin tersenyum masam.

"Itu bukan urusan lo!" sahut Bara.

"Bar, gue ingatkan ke lo jangan main api sendiri. Lo akan menyesal nantinya!" Erwin memberikan peringatan. "Dan gue akan berusaha merebut Famira dari lo, apa pun itu caranya. Lo nggak pantas bersanding dengan wanita baik seperti Famira. Famira terlalu baik untuk lo dan lo terlalu jahat untuk Famira!" tegas Erwin tersenyum sinis.

Bug! Bara menonjok muka Erwin lagi.

"Ini bukan seberapa Win, jaga mulut lo. Sahabatnya macam apa lo!"

"Jangan main api sendiri Bar. Ingat itu!" bisik Erwin lalu pergi dari rumah Bara.

"Perkataan itu sebenarnya untuk lo! Jangan main api dengan gue!" tegas Bara.

Erwin mengangkat bahunya acuh, pemuda ini segera keluar dari rumah Bara.

Bara mendudukkan tubuhnya ke sofa secara kasar, napasnya tidak beraturan. Dia masih memikirkan perkataan Erwin tadi. Sungguh Bara tidak terima kalau Famira di pegang oleh lelaki lain selain dirinya.

Terpopuler

Comments

Anthy Khalid

Anthy Khalid

ktnya nggak suka,perempuan kismin dan anak dr pembantu kamu.
knp kamu mesti kesal...adaapa dg hatimu
apa sebgt gampang hatimu berubah???

2021-11-19

1

Umeh Rukiah

Umeh Rukiah

sekarang sadar Lo Bara kalo bini lo itu adalah anugerah

2021-03-10

0

Maryana Fiqa

Maryana Fiqa

katanya gak cinta tp cemburu ..ha..ha..dasar bara brengseknya

2021-02-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!