Bara masih melamun memikirkan kejadian yang terjadi hari ini. Lamunannya buyar setelah handphone Bara berdering.
Dilayar handphone Bara terlihat nama
'My love' yang tidak lain adalah Vina.
"Tumben Vina telepon jam segini, biasanya dia lagi di kantor," batin Bara segera menggeser tombol hijau di layar handphonenya.
"Kamu jahat!" ucap Vina setelah Bara mengangkat telepon dengan isak tangisannya.
"Maksud kamu apa Vina? Kenapa kamu menangis sesenggukan?" tanya Bara heran.
"Jangan pura-pura tidak tahu, aku mau kita putus!" tegas Vina.
"Putus Vina, aku salah apa ke kamu? Hubungan kita selama ini baik-baik saja," sahut Bara sedikit kaget.
"Iya, selama ini hubungan kita memang tidak ada masalah, tapi aku kecewa karena kamu sudah membohongiku!"
"Berbohong apa, Vina? Aku tidak mengerti."
"Pembantu kamu, itu istri kamu 'kan? Sejak kapan kamu menikah dengannya?!"
"A–ku bisa jelasin Vina, kita bertemu sekarang. Biar kita bisa menyelesaikan masalah ini."
"Baiklah, aku tunggu di taman sekarang."
Bara segera menuju ke taman untuk menjelaskan semua kepada Vina. Sedangkan Famira hanya bisa memandang kepergian Bara, Famira yang tadinya bahagia karena Bara melindunginya dari Erwin, kini bersedih tanpa sengaja Famira mendengar semua perbincangan Bara dan Vina.
//Bagaimana Bara, jadi cowok jangan playboy. Makanya kalau sudah punya istri jangan genit lagi sama cewek lain.// Pesan masuk dari Erwin dengan emoticon tertawa.
"Kurang ajar, jadi lo yang memberi tahu Vina, Win." Dengus Bara kesal saat menyetir mobil.
***
Tidak butuh waktu lama, Bara pun sampai di taman. Tempat ia dan Vina biasa ketemu.
"Hiks ... hiks ... kamu jahat," ucap Vina sambil memukul tubuh Bara.
Bara memeluk erat tubuh wanita itu. "Vina, aku cuman sayang kepada kamu, Famira itu memang istriku tapi aku tidak pernah cinta padanya," tegas Bara lembut sambil membelai rambut Vina yang terurai panjang ke belakang.
"Bohong! Terus kenapa kamu menikahnya tanpa sepengetahuanku?" jawab Vina melepaskan pelukan Bara.
"Keluarga Famira punya hutang kepadaku, Vina."
"Kenapa kamu harus menikahinya?!"
"Kamu tahu kan mama dan papa aku terus mendesak aku untuk cepat menikah, dan apabila aku tidak menikah secepatnya semua fasilitas yang di berikan akan di sita. Aku ingin menikahi kamu, tapi orang tua kamu tidak merestui hubungan kita. Ya, jadi aku tidak punya pilihan lain Vina, pikiran aku saat itu benar-benar buntu," jelas Bara panjang lebar.
"Benar 'kan kamu tidak pernah mencintai dan tidak akan mencintai perempuan itu?"
"Iya Vina, aku sudah bilang aku cuman cinta sama kamu!"
"Janji ya!" ucap Vina, ia langsung memeluk tubuh kekasihnya itu.
"Janji, jadi kita nggak jadi putus?" tanya Bara tersenyum bahagia.
"Iya nggak jadi, Vina juga sayang dan sangat cinta sama, Mas."
Pasangan itu larut dalam kebahagiaan. Sementara Famira merasakan sesak dadanya, setelah ada seseorang yang mengirimkan foto kemesraan antara Bara dan Vina di taman itu.
"Famira kamu kuat, ingat dia menikahi hanya rasa belas kasihan. Yakinlah ada kebahagiaan setelah ini," batin Famira menguatkan dirinya sendiri.
***
Famira sudah sangat rindu sama umminya, karena sudah hampir dua minggu setelah pernikahan, Famira tidak pernah lagi bertemu dengan umminya.
"Bibi Ina, Famira ingin pulang ke rumah sebentar. Apa Mas Bara tidak marah ya Bi kalau aku pergi?" tanya Famira meminta pendapat Bibi Ina.
"Menurut bibi mendingan telepon Tuan Bara dulu, Non. Takut nanti marah dan menyiksa Non Famira lagi," saran bibi Ina.
"Aku sudah menelpon berkali-kali dan mengirimkan pesan kepada Mas Bara, tapi tidak ada respons, Bi," sahut Famira sedih.
"Yang sabar ya Non, kalau Non Famira sangat rindu pada ummi Non, pulang saja sebentar. Bibi akan jelasin ke Tuan Bara nantinya."
"Nggak usah Bi, tunggu Mas Bara pulang saja baru aku minta izin kepadanya."
"Subhanallah sungguh Non Famira adalah wanita yang shalihah." Kagum Bibi Ina dalam hati.
Sudah beberapa jam, dan hari sudah semakin gelap. Bara tak kunjung pulang. Famira mulai khawatir takut terjadi apa-apa dengan suaminya.
Suara klakson mobil Bara terdengar di depan rumah, Famira segera menyambut suaminya di depan pintu.
"Mas," ucap Famira tersenyum di depan pintu dan meraih punggung tangan suaminya.
"Nggak usah pegang-pegang!" ketus Bara dan melangkahkan kakinya menuju kamar.
"Famira, ke sini cepat," panggil Bara.
"Iya Mas, aku segera ke sana," sahut
Famira, "Ada apa, Mas?" tanya Famira.
"Kamu siapkan air hangat sana, aku mau mandi," ujar Bara. Dengan sigap Famira segera melakukannya.
"Mas," ucap Famira lembut setelah Bara selesai mandi.
"Ada apa?" tanya Bara dingin.
"Aku rindu sama ummi ...."
"Jadi apa maumu?" potong Bara cepat.
"Aku mau pergi ke rumah ummi, sebentar Mas."
"Tidak boleh!"
"Tapi Mas, aku sangat rindu dengan ummi," ucap Famira memohon.
"Jangan keras kepala, aku sudah bilang tidak boleh, iya tidak boleh!" tegas Bara mulai marah.
"Baiklah, aku tidak akan pergi," jawab Famira pasrah.
Bara yang melihat wajah Famira kecewa dan sedih setelah keputusannya, rasa iba Bara muncul saat itu kepada Famira.
"Oke, kita pergi ke rumah ibu kamu. Dan aku yang akan mengantarmu."
Famira sedikit kaget dengan keputusan Bara. "Mas tidak bohong?"
"Cepat sudah kamu ganti baju, aku tunggu di mobil," ketus Bara.
"Makasih, Mas," ucap Famira tersenyum bahagia.
***
Saat Famira hendak duduk di kursi depan mobil, tepatnya di samping Bara. Bara mengusir dan menyuruh Famira untuk duduk di belakang.
"Jangan kepedean, aku menuruti kemauan kamu ini, karena aku pernah merasakan merindukan sosok ibu. Iya jadi, bukan berarti aku peduli kepadamu. Aku ingatkan sekali lagi, kamu bertemu dengan ibu kamu hanya tiga puluh menit, dan tidak boleh lewat. Kamu mengerti," ucap Bara.
"Iya, Mas," sahut Famira.
Selama perjalanan hanya ada keheningan di dalam mobil, tidak ada satu pun di antara mereka berdua untuk membuka percakapan. Mereka larut dalam pikirannya masing-masing.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga," ucap Famira yang sudah tiba di rumah ibunya.
"Mas, tidak turun?" tanya Famira sebelum membuka pintu mobil.
"Nggak, aku tidak mau masuk rumah miskin seperti kamu!" sindir Bara.
Famira membalas dengan senyuman. "Iya sudah kalau Mas tidak mau, tidak apa-apa. Aku masuk dulu."
"Disindir malah dibalas dengan senyuman, dasar perempuan aneh," batin Bara setelah kepergian Famira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
pena_sf:)
laki - laki gila
2024-05-20
0
Mut Mainna
kalau aku pux laki kaya bara aku isi dalam karung terus aku buwang kelautan
2022-09-08
0
Anthy Khalid
itulah perempuan sesungguhnya,wlw kau hina berkali2 dia msh tetap menghormati kamu sbg swaminya.
tp mungkin...suatu saat nanti secara perlahan dia akan prgi dr hdp.
2021-11-19
0