14

Beberapa hari kemudian ...

Bara sudah mantap melepaskan Famira, meski hatinya sangat berat untuk memutuskan itu. Semua dia lakukan karena Vina, kekasihnya yang amat dia cintai. Vina merasa penuh kemenangan karena berhasil membujuk kekasihnya untuk segera berpisah dengan istrinya.

Satu hal yang masih terbesit ketakutan di hati Bara untuk menceraikan Famira. Kemarahan mama dan papanya, bila mengetahui semua ini. Tapi, Bara sudah memikirkan matang-matang alasan nanti kepada kedua orang tuanya, kenapa dia harus menceraikan Famira.

Di sisi lain, Famira belum juga siuman dari komanya. Membuat orang-orang yang menyayanginya sangat khawatir dengan kondisinya.

Erwin masih setia menemani ummi Famira, untuk menjaga putrinya.

"Nak Erwin, makasih sudah banyak membantu keluarga Ibu," ucap Ummi Hana.

"Iya Bu, sudah sepantasnya kita sesama muslim saling membantu, Bu," jawab Erwin sambil tersenyum.

"Nak Erwin baik sekali, pasti orang tua Nak Erwin sangat baik seperti putranya ini. Terutama ibu Nak Erwin, pasti sangat bangga sekali dengan putranya," kagum ibu Famira.

"Alhamdulillah, Bu. Tapi, ibu saya sudah meninggal tiga tahun yang lalu, Bu."

"Maaf ya Nak, Ibu tidak bermaksud membuatmu bersedih."

"Nggak kok, Bu. Lagi pula Erwin mempunyai ayah yang sangat perhatian, dia menjadi ayah sekaligus menggantikan posisi ibu Erwin yang sudah meninggal," kata Erwin ramah.

"Wah, hebat ya Ayah kamu, Nak."

"Iya Bu, Erwin sangat bangga dengannya. Meski dia harus mengurus perusahaannya, tapi kasih sayangnya tak pernah pudar kepada Erwin, Bu."

"Kamu beruntung Nak, jangan pernah membuat ayahmu kecewa. Siapa nama ayahmu Nak, siapa tau ibu kenal?"

"Vernandes, Bu."

Deg!

Mendengar nama itu di sebut membuat ummi Hana gemetaran.

"Ibu Hana kenal sama ayah saya?" tanya Erwin.

"Nggak, Nak. Kalau ibu Nak Erwin, siapa namanya?" tanya Ummi Hana memastikan bahwa pikiran salah dan hatinya sudah mulai ketakutan. Ummi Hana berharap nama Vernandes hanya sebuah kebetulan.

"Sin–" ucap Erwin terpotong karena tiba-tiba dokter masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa Famira.

"Permisi, saya periksa pasien sebentar," ucap dokter dan langsung memeriksa kondisi Famira.

"Dok, bagaimana keadaan anak saya?"

"Kondisinya semakin membaik, Bu."

"Tapi kenapa pasien belum juga siuman, Dok?" tanya Erwin.

"Tubuh pasien masih di pengaruhi oleh obat, tapi kemungkinan hari ini pasien bisa siuman."

"Alhamdulillah," sahut ibu Hana dan Erwin lega.

"Saya keluar dulu," pamit dokter.

"Nak Erwin, Ibu titip Famira sebentar."

"Ibu mau kemana?"

"Ibu mau jemput Fikri ( adik Famira ) ke sekolah, Ibu takut Fikri ketakutan sendiri di rumah."

"Erwin saja, Bu," tawar Erwin.

"Tidak usah, Nak Erwin pasti capek pulang kerja langsung datang ke sini. Ibu juga mau mengambil beberapa pakaian ganti untuk Famira," jelas Ummi Hana.

Erwin mengangguk setuju.

"Ibu pergi dulu. Assalamu'alaikum," ucap Ummi Hana lalu pamit.

"Wa'alaikumussalam hati-hati, Bu."

Ummi Hana berjalan keluar dari rumah sakit dengan penuh kekhwatiran.

"Famira, Ummi belum siap kehilangan kamu. Maafin Ummi Nak, Ummi pasti akan memberitahu kamu Nak," batin Ummi Hana sambil meneteskan air mata.

Setelah kepergian Ummi Famira, Erwin menatap wajah Famira yang sendu ketika di pandang.

"Kamu terlalu baik untuk Bara, Famira," gumam Erwin sambil menatap wajah Famira dengan penuh kesedihan.

Jari tangan Famira mulai bergerak, dan perlahan-lahan mata Famira terbuka.

"Famira ...," ucap Erwin senang dan menatap Famira penuh kebahagiaan.

Famira memegang kepalanya, sambil melihat siapa yang ada di hadapannya.

"Er," kata Famira pelan lalu menyungging senyum tipis.

"Kepala kamu masih sakit?" tanya Erwin khawatir.

"Nggak, Er."

"Alhamdulillah akhirnya kamu siuman juga, ibu kamu sangat khawatir."

Bulir air mata Famira lolos di pipinya. Membuat Erwin semakin khawatir.

"Famira, ada apa? apa ucapanku salah, aku minta maaf."

Famira menggelengkan kepalanya pelan. "Kamu tidak salah Er, aku cuman kasihan sama Ummi. Ummi pasti kerepotan mengurusku."

"Jangan bicara seperti itu, ibu kamu tidak pernah kerepotan. Ibu Hana sangat menyayangimu."

"Ummi mana, Er?"

"Pulang sebentar untuk jemput adikmu dan mengambil pakaian kamu."

Famira mengangguk, sementara bola mata Famira mengelilingi sekitarnya, berharap ada Bara yang juga ada di sisinya saat ini.

"Mas Bara tidak datang, Er?" tanya Famira berharap kehadiran Bara.

"Hati kamu terbuat dari apa sih Famira. Kamu masih mencari lelaki bejat itu, setelah apa yang telah lakukan kepada kamu," batin Erwin kesal.

"Erwin," panggil Famira pelan.

"Iya Famira. Bara tidak datang, dia tidak peduli dengan kamu."

Hati Famira sangat sakit mendengar perkataan Erwin. Famira berharap Bara yang ada menemaninya, bukan Erwin. Namun, itu hanya mimpi dan angan Famira semata.

"Aku pikir, mas akan sadar setelah ini," batin Famira. Bulir air mata jatuh di pipi wanita itu.

Erwin sangat tidak tega melihat Famira yang sedang menangis, Erwin ingin mengatakan kepada Famira bahwa dia akan bercerai dengan Bara. Tetapi, Erwin mengurungkan niatnya. Melihat kondisi Famira yang masih lemah dan tidak ingin menyakiti hati Famira lagi.

••••

Di Singapura

"Besok pagi kita langsung pulang ke Indonesia, Ma," ucap Andi dan membuat istrinya cukup terkejut.

"Kenapa tiba-tiba, Pah?"

"Papa mendengar kabar Bara akan bercerai dengan istrinya. Dan hal yang Papa tidak habis pikir, Bara menyiksa istrinya sampai masuk rumah sakit, Ma," kata Andi dengan emosi yang sudah memuncak mendengar kabar dari mata-matanya tentang perlakuan putranya.

"Astaga Bara, kasihan menantu Mama. Meski Mama belum bertemu dengannya, Pah. Mama yakin istri Bara adalah wanita hebat dan baik Pah," kata Ani tidak percaya dengan perlakuan anaknya. Ani pun tidak bisa menahan isak tangisnya.

"Papa juga yakin Ma, istri Bara adalah wanita baik. Mama nggak usah sedih, karena Papa tidak akan membiarkan Bara menceraikan istrinya," jawab Andi dan memeluk tubuh istrinya yang sedang menangis.

Meski belum pernah bertemu dengan menantunya. Kedua orang tua Bara yakin, Famira ada orang yang pas berdampingan dengan anaknya.

Andi tahu semua kelakuan anaknya di Indonesia, terutama kelakuan terhadap istrinya. Andi masih menahan emosinya, tetapi setelah mendengar bahwa putranya itu menyiksa istrinya, Andi benar-benar marah.

Orang tua Bara pergi ke Singapura sudah hampir tiga bulan. Mereka pergi ke sana untuk jalan-jalan dan menghabiskan waktu tua mereka, bersama keluarga lainnya yang ada di Singapura. Karena memang Andi asli Indonesia sedangkan istrinya asli Singapura. Jadi, mereka bolak-balik Indonesia-Singapura.

Terpopuler

Comments

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

koq ibu nya Famira gugup githuuu yaaa
apa Famira anak nya Vernandez bpk nya Ervin , jadi Erwin Famira saudaraan

2021-06-17

0

Annisa Nisa

Annisa Nisa

famira adik nya erwin

2021-06-12

1

Umeh Rukiah

Umeh Rukiah

jangan jangan Erwin anaknya ibu Famira

2021-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!