Naura meringkuk di sudut tempat tidur. la benar-benar tidak menyangka malam ini antara dirinya dan Daniel,pertengkaran "Hahaha ... Pernikahan yang sangat lucu aku dan Dani memang tidak akan bisa akur,Aku juga berpikir yang sama seperti, Daniel.
Kalau aku tidak hamil sampai bulan depan, itu artinya aku tidak perlu melanjutkan pernikahan ini. Aku bisa bebas sebebas-bebasnya dan bisa menjalani runititasku dengan tenang."ucap Naura.
"Argh ... Kenapa aku bernasib sial seperti ini sih!?" Daniel memukul setir mobil meluapkan emosinya. "Seharusnya pernikahan pertama dan terakhirku itu dengan seseorang Bukan dengan wanita itu!" dengusnya kesal.
Jalanan sudah terlihat mulai sunyi tidak seperti siang hari,Daniel terus mengikuti arah tanpa melajukan mobilnya tanpa tujuan, ia menyadari kalau pikirannya kacau,Daniel pun akhirnya memilih ke Club malam untuk menenangkan hati dan pikiran.
...PAGI HARI...
aku ingin bicara denganmu."ucap Daniel lantang.
tidak ada yang perlu dibicarakan."saut Naura.
Naura pun pergi meninggalkan Daniel,namun langkahnya berhenti saat Daniel kembali membuka suara.
MARI BERCERAI..
Naura yang mendengar hanya mampu tersenyum dan detik kemudian membalas ucapan Daniel.
MARI..kau bisa mengurus semuanya bukan."ucap Naura kemudian pergi dari Daniel dengan meneteskan air mata.
Sebulan berlalu setelah insiden malam itu.
setelah terjadi percakapan antara Naura dan Daniel yang akan mengakhiri rumah tangganya mereka berdua masih tinggal satu atap sampai surat perceraian itu selesai,namun siapa sangka sebelum surat perceraian itu ada Naura hamil.
namun Naura menyembuhyikan kehamilan nya dari Daniel.
Sepanjang waktu itu,Naura yang sudah merasa memiliki perasaan pada Daniel Dari hari ke hari tumbuh semakin besar,Naura merasa tersiksa, tapi tak bisa berpura-pura segalanya baik-baik saja.
Kabar baiknya adalah Daniel sekali tak pernah membahas insiden malam itu,namun Naura juga tidak bisa berbesar hati karena dia tidak kunjung menerima surat perceraian dari suaminya.
Pagi ini Naura terbangun oleh rasa mual yang tak mampu ditahannya. Dia muntah beberapa kali sampai tubuhnya lemas kehabisan tenaga seakan kondisi itu belum cukup menyiksa.
kepalanya juga mendadak terasa berat dan pening.
Hamil.
Kata itulah yang pertama terlintas di benak Naura setelah serangkaian mual, muntah dan pening yang dialaminya.
Selanjutnya dia mengecek kalender menstruasi yang terinstal di ponselnya.
Dugaan Naura benar Berdasarkan aplikasi kalender itu, normalnya dia mendapatkan menstruasi dua minggu lalu. Artinya, dia sudah terlambat menstruasi selama dua minggu.
Ya, Tuhan..Naura terduduk lemas di pinggiran ranjang merasa Syok.
Setelah insiden malam itu,Naura pernah beberapa kali memikirkan soal kehamilan.
Naura sama sekali belum menyiapkan rencana apa pun untuk menghadapi kehamilannya.
Cukup lama Naura terpaku sampai dia mendengar suara-suara kesibukan di dapur, Rupanya
Daniel sudah bangun,Naura bisa membayangkan pria itu berdiri di depan mesin kopi dan cangkir di satu tangan.
Tanpa pikir panjang,Naura gegas menyusul Daniel ke dapur,Aroma wangi kopi menyambutnya di sana.
Seandainya bisa, ingin rasanya Naura mendekap sosok jangkung itu dari belakang,sesampainya di dapur Naura memanggilnya.
"Daniel," panggil Naura.
Suaranya sedikit bergetar, akibat rasa canggung dan berseteru melawan keinginan untuk memeluk pria yang dipanggilnya.
Daniel berbalik saat namanya dipanggil dan
mengangkat cangkir kopinya.
" Mau kopi?"tawar Daniel.
"Nggak usah, makasih."jawab Naura menggeleng.
Daniel memperhatikan Naura yang menatapnya begitu intens,
Daniel menatap Naura sekilas dari depan mesin kopi kemudian buru-buru meletakkan cangkir kopinya di meja.
kamu sakit?" Daniel menghampiri Naura dan menempelkan punggung tangannya di dahi wanita itu.
"Nggak demam, tapi muka kamu pucat banget."ucap Daniel.
"Cuma masuk angin aja, kok.
Nanti juga sembuh sendiri."Naura menjauhkan tangan Daniel dari dahinya.
"Yakin?"Daniel beralih memegang sebelah bahu istrinya.
"Nggak mau aku anter ke dokter? Siapa tau itu bukan masuk angin."ucap Daniel.
Naura menggeleng, memaksakan seulas senyum di bibirnya.
"Nggak usah." tolaknya halus. "Tenang aja,aku masih punya beberapa sachet obat masuk angin. Biar ntar aku minum sesudah sarapan."ucap Naura
oke baiklah aku akan bekerja."ucap Daniel kemudian pergi dari dapur menuju kamarnya.
Naura mendadak ingin menangis melihat Daniel,Dia buru-buru menyeret langkahnya kembali ke kamar dan benar-benar menangis setelahnya.
Bagaimana mungkin dia merelakan Daniel kalau hatinya begitu mendambakan pria itu? Sungguh, memilikinya semalam saja ternyata tak cukup untuk menghapus perasaan yang tertinggal di hati Naura,seumur hidupnya baru kali ini Naura merasakan sakitnya jatuh cinta, Sakit karena patah hati adalah hal yang wajar tetapi sakit karena mencintai seseorang dalam diam adalah benar-benar menguras emosi.
Kenapa? Kenapa dia begitu terlambat menyadari bahwa Daniel adalah pria yang dicintainya?
Naura menyalahkan dirinya di antara tangisan yang teredam di balik bantal.
Naura mendadak berubah pikiran.
Dia sudah menempuh separuh perjalanan menuju rumah susun Seila-adiknya,kegalauan yang semakin menguat mendorongnya memutar arah kemudi mobilnya.
Ya, Naura perlu seseorang untuk menumpahkan keluh kesah yang membuatnya serba salah akhir-akhir ini, satu-satunya orang yang dipercaya
Naura adalah sahabat dan adiknya.
Naura pun berkendara sekitar sepuluh menit sebelum akhirnya tiba di parkiran gedung rumah susun yang ditinggali adiknya,Setelah mematikan mesin dan melepaskan sabuk pengaman,
Naura menekan nomor kontak adiknya-memastikan adiknya sedang berada di rumah.
"Seila, kamu lagi dimana?"ucap Naura.
"Aku ada di rumah, Kak. Barusan kelar kerja, Kak Naura mau mampir?"saut Seila.
"Uhm ya aku udah di parkiran nih,"ucap Naura menyahuti.
"Ya udah, langsung masuk aja,
Kak," balas Seila.
Naura memutuskan sambungan telepon kemudian bergegas turun dari mobilnya.
Sudah cukup lama Naura tidak menjenguk adik semata wayangnya itu. Terakhir kali dia datang adalah dua hari sebelum memutuskan tinggal serumah dengan Daniel.
"Cieee yang sekarang tinggal di penthouse. Udah nggak pernah jengukin aku lagi," ledek Seila begitu melihat kepala Naura muncul dari balik pintu yang tak terkunci.
Naura mendengus seraya menjatuhkan dirinya di sofa.
Naura pasti tidak pernah memprediksi 'bencana' besar yang dialaminya di rumah Daniel.
Entah apakah adiknya itu akan sanggup mendengar pengakuan yang akan segera terucap dari bibir Naura.
"Lho, Kak Naura nggak bekerja?"ucap Seila.
memandang pakaian simpel yang dipakai kakaknya, bukan jenis pakaian yang biasa dikenakannya saat bekerja.
Naura menghela napas panjang.
Alih-alih menjawab pertanyaan
Seila, dia justru melempar tatapan serius ke arah adiknya. "Sebenernya aku mau cerita sesuatu sama kamu."ujar Naura.
"Tapi kamu harus janji merahasiakan hal yang nanti kuceritain dari Ayah dan Ibu.
Seila mengerutkan dahi sekilas kemudian mengambil tempat di sebelah Naura.
"Cerita soal apa,Kak? Serius?"ujar Seila.
Naura menganggukkan kepala.
Sejenak ada rasa tak tega yang terbersit di benaknya melihat paras lugu Seila,Seumur hidupnya,Naura belum pernah mengecewakan adik dan orang tuanya,Karena itulah dia terdiam cukup lama sebelum mengakui semuanya.
AKU HAMIL." sahut Naura.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments