Tapi tiba-tiba Dion langsung menarik tangan Zava sehingga Zava jatuh terduduk tepat dipangkuan Dion.
Zava membulat seketika dengan aksi Dion yang sengaja melakukannya tapi Dion malah senang melakukannya.
"Tuan, anda tidak sopan!" Zava ingin berdiri tapi Dion menahan pinggangnya membuat Zava terduduk kembali.
"Tuan, anda benar-benar kurang ajar" ucap Zava marah dirinya seperti dilecehkan oleh Dion, tangannya terangkat ingin menampar dan
PLAKK
Zava menampar pipi Dion dan bertepatan pintu terbuka menampakkan gadis cantik dan seksi yang sedang melotot menyaksikan adegan yang mengejutkan didepan matanya.
"Hey, kau beraninya...!" Anetta berteriak lantang pada Zava dengan mata melotot.
Zava dan Dion langsung kaget mendengar suara seorang wanita maka Zava langsung berdiri dengan gugup sementara Dion memasang wajah dingin karena acara berduanya diganggu oleh makhluk tak diundang.
"Hey, berani sekali kau menampar kekasihku." tunjuk Anetta pada Zava.
Zava langsung pias wajahnya saat Anetta mengaku-ngaku kekasih Dion sedangkan Dion menggeram marah.
"Siapa yang mengundangmu kesini?" tanya Dion bernada dingin dengan mata tajam membuat Anetta menciut tapi dia tidak mau menyerah.
"Aku yang mengundangnya kesini!" balas suara yang baru saja datang berjalan dengan angkuh dan sombong.
Mereka bertiga melirik keasal suara, betapa kagetnya Zava saat melihat siapa orang yang baru saja berbicara itu.
Sementara Dion tambah marah, auranya mencekam di segala penjuru sedangkan Anetta malah tersenyum.
"Maafkan saya tuan, ini salah saya membiarkan mereka masuk." Kevin masuk dengan wajah datarnya namun dalam hatinya dia merasa bersalah. Dan itu sudah diketahui Doni.
"Tidak apa-apa biar aku yang mengurus mereka, lebih baik kau kembali kepekerjaanmu." kata Dion.
"Baik tuan!" kemudian Kevin pergi dan menutup pintu kembali. Tapi sebelum itu Zava segera mengikuti Kevin sambil menunduk tak ingin dirinya diketahui wanita paruh baya itu.
Wanita paruh baya itu memandangi Zava dari atas sampai bawah dengan pandangan menyelidik. tapi untungnya karena Zava menunduk belum lagi dia yang sudah berhijrah mungkin wanita itu tidak akan mengenalnya.
Dion yang melihat Zava kabur ingin menyusul tapi langsung dihalangi oleh Anetta. Pintu pun langsung tertutup membuat Dion menggeram kesal.
Zava menghela nafas lega saat berada diluar, untung saja dia langsung kabur dan tidak menampakkan diri pada wanita paruh baya itu yang ternyata Mega ibu Doni.
"Nona apa anda baik-baik saja!" Kevin bertanya khawatir melihat Zava yang seperti habis lari maraton.
"Tidak ada apa-apa tuan, oh iya nanti tolong tagihkan pembayarannya kepada bosmu itu yah, ini bon nya." Zava menyodorkan bon itu pada Kevin dengan tersenyum membuat Kevin mengingat senyuman itu.
"Baik nona akan saya sampaikan." Kevin mengambil bon itu tanpa membalas senyuman Zava.
"Baiklah, terimakasih aku pergi dulu, " Zava sudah berjalan tapi dia teringat sesuatu.
"Oh iya apa tuan punya pena dan kertas." tanya Zava.
Kevin merogoh sakunya mengeluarkan buku kecil serta pena dia memang selalu membawa itu untuk keadaan darurat.
"Terimakasih."
Zava menuliskan alamat tempat tinggalnya entah apa yang dia pikirkan sampai memberi alamat tempat tinggalnya. Dia hanya berfikir bahwa Dion tidak mungkin mau ketempat kontrakannya yang sangat kecil baginya.
"Ini tuan, sebelumnya saya minta maaf bukan bermaksud menyuruh atau apa tapi ini mendesak jadi tolong yah! nanti tagihannya kirimkan ke alamat ini saja ya tuan!" Zava memelas memohon pada Kevin dengan senang hati Kevin menerimanya.
"Kalau begitu saya permisi tuan. Assalamualaikum." kemudian Zava langsung pergi.
Kevin tidak menjawab salamnya dia hanya tersenyum melihat alamat itu.
"Nona apa anda tau dengan nona memberikan alamat ini, maka itu akan membuat tuan muda Dion sangat senang sekali." gumamnya lalu Kevin berfikir.
"Tetapi aku seperti pernah melihatnya apalagi senyumannya," Kevin langsung menggelengkan kepala jika tuannya tau dirinya sedang memikirkan Zava sudah pasti dia akan digantung dipohon toge, hahaha untung cuma pohon toge bukan pohon nangka.
Kembali kedalam ruangan Dion.
"Dion siapa wanita itu?" tanya Mega wanita paruh baya yang masih tetap cantik.
"Apa urusannya denganmu?" Dion menjawab dingin, hilang sudah mood makannya tapi dia tidak akan membuang makanan itu dia akan menyimpannya dan dimakan nanti.
Dion duduk disofa untuk menutup kembali kotak makan itu tapi sayangnya Anetta sudah melihatnya dan dia memberanikan diri duduk disamping Dion.
"Siapa yang menyuruhmu duduk disini?" tanya Dion datar.
"Dion, apa makanan itu dari gadis yang menamparmu barusan?." Anetta tak menjawab ucapan Dion, dia malah balik bertanya. Membuat wanita paruh baya itu melotot seketika.
"Kalau memang benar, apa urusanmu.?"
"Dion, kenapa kau ketus sekali sih padaku? aku tanya baik-baik jawabanmu selalu dingin." ucap Anetta dengan bibir dimanyunkan, mungkin supaya terlihat imut.
Tapi Dion sama sekali tidak menjawab dia mengabaikan Anetta dan kembali ke kursi kebesarannya dengan membawa kotak makan itu.
"Dion, kau baru ditampar oleh seorang wanita." Mega tersenyum sinis mengetahui fakta bahwa Dion baru saja ditampar oleh seorang gadis biasa, karena kenyataannya Dion lah yang selalu menampar bahkan terhadap seorang wanita sekalipun jika wanita itu melewati batasannya.
"Iya Tante aku melihat sendiri, dia baru saja ditampar oleh gadis itu tapi dia tidak membalas malah membiarkannya pergi." ujar Anetta pada Mega.
"Memang siapa gadis itu?" tanya Mega.
Dengan mantap Dion menjawab, "Dia adalah calon istriku. sudah dengar dan sekarang kalian berdua pergi dari sini sebelum aku mengusir paksa kalian." sambungnya dengan dingin dan menatap tajam pada mereka berdua.
Anetta dan Mega melotot seketika gadis itu calon istrinya tidak, tidak boleh.
"Tapi Dion kita sudah dijodohkan." kata Anetta tidak mau menyerah.
"Siapa yang menjodohkanmu?" tanya Dion dingin.
"Emm... ibumu Dion." jawab Anetta gugup.
Dion langsung menatap tajam membuat Anetta dan Mega menciut.
"Kalau begitu menikahlah dengan dia," lalu melirik Mega, "Dan kau, kau bukan ibuku dan kau tidak berhak untuk mengatur hidupku." telaknya menunjuk pada Mega.
"Dan sekarang keluar dari ruanganku." tapi mereka masih tetap diam.
"Ku hitung sampai tiga 1..2...". Belum selesai menghitung mereka sudah pergi dengan perasaan dongkol dan kesal.
Setelah mereka pergi tidak lama kemudian Kevin masuk keruangan Dion, dia memberikan kertas yang berisi alamat itu pada Dion.
"Alamat nona Zava dia ingin pembayarannya dikirim langsung kerumah nya."
Dion mengambilnya kemudian menyeringai dan Kevin sudah tau apa yang ada dipikiran tuannya itu.
"Kerja bagus Kevin, aku ingin lihat bagaimana kagetnya dia jika aku menemuinya malam ini."
ucap Dion menatap kertas itu dengan senyum menyeringai.
"Pasti akan sangat menyenangkan tuan." jawab Kevin bergidik melihat tuannya yang tersenyum menyeringai itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Adeirmalubis
next thor
2022-01-21
1
Danna 🌹🌹
lanjut..lanjut.....☺️👍
2022-01-21
1