"Ahh sial... kenapa kata-kata itu selalu terngiang-ngiang didalam otakku setelah dia tidak ada!" Pria tampan yang bernama Dion Raditya Mahendra mengambil marga ibunya itu tampak frustasi mengingat masa lalunya.
"Apakah ini kutukan untukku karena aku tidak segera mengabulkannya?" Lagi-lagi pria itu tampak kesal terlihat dari wajahnya yang mengkerut tapi tetap saja terlihat tampan.
Hingga pintu tiba-tiba terbuka menampilkan seorang wanita cantik dengan pakaian seksi yang memperlihatkan bentuk tubuhnya, wanita itu berjalan dengan angkuh diikuti asisten pribadi Dion yang merasa gelisah tapi tetap tenang.
"Maaf tuan, saya tidak bisa mencegah nona ini masuk!" Asisten yang bernama Kevin itu membungkukkan badan pada tuannya karena telah membiarkan wanita itu menerobos masuk.
"Baby, dia ini melarang ku untuk menemuimu aku tidak terima makanya aku memaksa masuk!" ucap Wanita itu manja mendekati Dion dan menyentuh lengannya serta bergelayut manja.
"Biarkan dia Kevin, biar aku yang mengurusnya!" ucap Dion tegas dengan datar membuat wanita itu tersenyum puas.
"Baik tuan!" Asisten itu kemudian pergi dengan hormat dan tak lupa menutup pintu kembali.
"Baby, aku dengar kau ingin pergi yah!" Dion tak menjawab dia menyingkirkan tangan wanita itu dari lengannya kemudian fokus menatap berkasnya.
"Sayang, kenapa kau diam saja jawab aku?" wanita itu mengerucutkan bibirnya sebal karena dia tak ditanggapi lelaki tampan itu.
"Bukan urusanmu" jawab Dion dingin.
"Sayang, kenapa kau bicara begitu tak maukah kau mengajakku kesana untuk jalan-jalan, aku bosan disini" masih dengan nada yang dibuat-buat wanita itu berusaha merayu Dion.
Lalu berbisik ditelinga Dion dengan suara sensual.
"Dan aku juga bisa memuaskan mu!"
"Berhenti Monik, kau jangan menggangguku, kau pikir siapa dirimu hah! berani menggodaku. Sekarang kau keluar dari ruanganku sebelum aku mengusirmu!" ucap Dion dengan nada tinggi dan amarah yang masih tenang.
Walaupun seperti itu sudah membuat wanita seksi yang bernama Monik itu ketakutan dan terdiam ditempatnya hanya dengan melihat aura yang dipancarkan Dion.
"Aku hitung sampai tiga kalau kau masih disini...!"
"Baik aku pergi!" Monik langsung memotong kata-kata Dion sebelum Dion melepaskan ultimatumnya dan segera pergi dengan wajah yang kusut.
Wanita itu mengira kalau dirinya spesial dimata Dion karena pernah menjadi teman kencan pesta perusahaannya sehingga dia dengan berani datang keperusahaan Dion untuk mencoba merayunya.
Tapi nyatanya Dion hanya menjadikan model cantik dan seksi itu sebagai pemanis saja, setelah selesai maka tak digunakan lagi.
Walaupun Dion sudah begitu tapi semua wanita-wanita cantik masih terus saja mengantri dan menggodanya.
"Hah... membuat pusing saja!" Kata Dion menyandarkan tubuhnya dikursi kebesarannya.
"Kevin, masuklah!" ucapnya lagi memanggil Kevin lewat intercom.
"Ya tuan, ada apa?" Kevin masuk memenuhi panggilannya.
"Segera siapkan keberangkatanku sekarang juga!" ucap Dion dengan suara baritonnya.
"Baik tuan!".
*****
"Kak Wawan" Panggil Zava saat melihat Wawan sedang duduk santai sambil memainkan gitarnya.
Wawan menoleh senang "Eh Zava, iya ada apa?"
"Em... aku boleh minta tolong tidak?" Zava bertanya pelan.
"Boleh, minta tolong apa?" Wawan dengan sigap berdiri dan tersenyum senang.
"Aku mau ke pasar, boleh aku minta anter ke pasar karena aku kan baru disini, jadi aku tidak tau tempatnya"
"Oh dengan senang hati Wawan Gunawan akan mengantar neng kemana saja!" Wawan yang pecicilan bergaya seperti pelayan yang melayani tuan putrinya membuat Zava tersenyum.
"Makasih ya kak Wawan!"
"Tunggu sebentar ya neng Abang mau ambil motor dulu!".
"Iya kak!".
Zava menunggu Wawan dengan duduk santai dibawah pohon yang rindang yang sudah tersedia bangku panjang, sangat sejuk sekali udara disore hari itu kemudian tak lama datanglah Wawan dengan motornya dan sudah berpenampilan rapih bak seorang yang sedang menjemput kekasihnya.
"Ayo Zava kita berangkat!" Wawan berteriak diatas motornya.
Zava mengangguk dan duduk menyamping.
"Sudah neng,"
"Sudah!"
"Pegangan dong takut jatuh!" Wawan berteriak senang dalam hati yang sudah menyangka Zava akan berpegangan padanya nyatanya Zava berpegangan pada motor.
"Sudah kak!"
"Mana tidak kerasa! ya kok pegangan itu sih! ini dong!" Wawan menunjukkan pinggangnya.
"Sudah kak, bukan muhrim!" Jawabnya membuat Wawan langsung diam kecewa tapi tidak mengapa yang penting dia bisa berduaan dengan Zava pikirnya.
Sampailah ditempat tujuan
"Kak, aku mau beli peralatan dapur sama bahan-bahan masakan dimana yah tempatnya!" Zava turun dari motor kemudian melirik kanan dan kiri.
"Bang Wawan tau tempatnya, tenang saja ayo ikut Abang!" Wawan berjalan terlebih dulu setelah memarkirkan motornya dan diikuti Zava dibelakang.
Mereka berbelanja sesuai kebutuhan Zava karena Wawan hanya mengantar dan sekalian membawakan barang-barang Zava. Banyak sekali yang Zava beli karena Zava berniat ingin memulai usaha berjualan nasi kuning keliling.
"Va, belanjaan kamu banyak banget buat stok kah!" tanya Wawan mereka sudah selesai berbelanja. Wawan ngos-ngosan karena membawa belanjaan yang begitu banyak. Mereka kini ada diparkiran.
"Maaf yah kak Wawan aku ngerepotin yah!" Zava bukannya menjawab tapi malah merasa tak enak melihat Wawan kelelahan sampai berkeringat.
"Eh,, tidak apa-apa ini belum seberapa terkadang ibuku menyuruh membawa lebih dari ini bolak balik pula! hehehe!" Wawan tersenyum keki karena merasa Zava tak enak padanya.
"Beneran tidak papa, aku traktir minum es yah!"
"Wah iya bener banget tuh, aku haus"
"Tunggu sebentar yah kak! aku beli dulu"
"Eh dimana?" Tiba-tiba Wawan bereaksi karena mendengar Zava ingin langsung membeli minuman, karena dipikirannya gadis itu takut tersesat.
"Itu disana!" Tunjuk Zava pada penjual es cendol tak jauh darinya.
"Oh ya sudah!" Dan dia lega ternyata penjualnya tidak jauh.
Tak lama kemudian Zava kembali dengan membawa 2 cup minuman.
"Ini kak!"
"Terima kasih neng!".
Setelah menghabiskan minumannya mereka pulang dengan kesusahan karena banyak barang yang dibawa apalagi didepan sehingga membuat Wawan kewalahan, padahal Zava sudah minta untuk naik angkot saja tapi Wawan beralasan dia masih baru jadilah dia yang repot.
Sampailah mereka di kontrakan Zava segera turun dan membereskan barang belanjaannya dan memasukannya kedalam semua.
"Hah selesai, terimakasih yah kak Wawan atas bantuannya".
"Sama-sama tapi ngomong-ngomong ngomong itu semua buat apa?" Tanya Wawan lagi.
"Oh, aku mau coba jualan nasi kuning keliling kak, untuk mata pencaharianku" Jawab Zava tersenyum.
"Wah, enak nih! pasti kamu pinter masak yah!"
"Tidak juga kak, hanya bisa"
"Pokoknya, aku akan jadi orang pertama yang nyobain masakan kamu" Wawan bersemangat sekali.
"Aku juga akan kasih gratis buat kak Wawan yang sudah banyak membantuku"
"Wah,, beneran nih oke aku tunggu" Wawan tersenyum sumringah.
"Iya, sekarang aku masuk dulu yah mau beres-beresin ini!"
"Oh iya silahkan!"
"Aku tutup ya kak, assalamualaikum!"
"Wa Alaikum salam"
Didalam kontrakan Zava
"Semoga dengan usaha ini aku bisa bertahan hidup, jangan selalu mengandalkan uang yang diberi Doni yang pasti nanti akan habis!" Gumam Zava disela-sela membereskan barang belanjaannya, dia akan memulai bisnis kecil-kecilan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Titi Awy
wah makasih udah mampir lagi
2022-03-01
0
Ra2_Zel
Aku mampir lagi nih...
Salam dari Poor Child: Aisyah.
2022-03-01
1