"Jadi kalian gagal mencelakainya" ucap seorang pria dibalik kursi kebesarannya membelakangi orang suruhannya untuk mencelakai Dion.
"Maaf tuan, sebenarnya kami hampir berhasil hanya saja dia ditolong oleh seorang gadis!" jawab anak buahnya dengan gugup.
"Seorang gadis.." Pria itu mengulang kata anak buahnya lalu menyeringai.
"Ken...!" panggil pria itu pada asisten kepercayaannya.
"Cari tau siapa gadis itu dan bunuh mereka!" perintahnya membuat anaknya buah yang sedang menghadap itu ketakutan.
"Baik tuan!" ucap Ken sang asisten langsung bertindak.
"Jangan tuan, jangan!"
Dor...
Dor...
Dor...
Matilah mereka semua hanya dengan sekali tembakan yang mengenai jantung.
"Singkirkan mereka!" ucap Ken lantang pada bodyguardnya.
"Baik tuan!" Mereka langsung membawa mayat-mayat itu keluar dari ruangan itu dan juga membersihkan darahnya.
"Kalau begitu saya permisi tuan!" Ken pamit pergi untuk melaksanakan tugasnya dan tuannya hanya memberi isyarat tangan dan masih membelakangi.
"Kali ini kau selamat Dion tapi lain kali kau tidak akan selamat" gumam Pria itu tersenyum smirk.
****
"Kevin apa kau sudah menemukan identitas dari gadis ini dan juga gadis kekasih adikku!" Tanya Dion pada Kevin diruang kerjanya.
"Ini sangat aneh tuan kedua gadis itu sangat sulit untuk dicari identitasnya dan aku menemukan ada orang yang sengaja menyabotase identitas kedua gadis ini!" jawab Kevin, dan kedua gadis yang dimaksud adalah Zava dan Titi padahal mereka adalah orang yang sama.
Karena sudah lama sekali jadi Dion tak ingat wajah Titi yang dia ingat hanyalah tanda cacat diwajahnya. Sedangkan Zava yang sekarang sudah dioperasi wajahnya oleh Doni sehingga bekas cacat itu sudah tidak ada.
Padahal gadis yang dia cari ada bersamanya.
"Kenapa aneh sekali identitas mereka tidak bisa dilacak?" Dion tak tak percaya dia jadi penasaran kepada dua gadis ini kenapa identitas mereka sampai tidak bisa dilacak, sedang berurusan dengan siapa kah kedua gadis ini pikirnya.
Tok tok tok
Bunyi suara ketukan pintu membuyarkan pikiran kedua pria dewasa ini namun keduanya masih jomblo.
Kevin maju membuka pintu dilihatlah Bi Rum berdiri didepan pintu.
"Ada apa ni?" tanya Kevin ramah pada kepala pelayan paruh baya itu.
"Itu tuan, Nona Zava ingin pulang dan minta diantarkan!" Jawab Bu Rum menunduk hormat pada orang kepercayaan tuannya.
Dion mendengarnya dan berjalan mendekati Bi Rum.
"Istirahatlah Bi, biar gadis itu aku yang urus!" kata Dion sangat hormat kepada Bu Rum karena bi Rum adalah pelayan setia ibunya dan juga yang mengurus segala keperluan Dion selama ini.
"Baik Tuan, permisi!" Bi Rum pergi sesuai perintah Dion.
"Dan kau, pulanglah besok kau harus sudah mendapatkan informasi siapa orang yang ingin mencelakaiku!" Ucap Dion datar.
"Baik Tuan, kalau begitu aku pamit!"
"Hemm.."
Zava sedang duduk disofa ruang tamu dengan gelisah, kini dia telah mengganti pakaiannya yang diberi Dion dan sedang menunggu siempunya rumah yang seperti istana ini turun dan menemuinya.
Karena walaupun rumah ini mewah dan sangat nyaman tapi tetap saja tidak nyaman bagi Zava yang harus bersama dengan pria asing apalagi pria itu sudah dewasa dan dia takut kalau pria itu macam-macam dengannya jika dia menginap dirumah pria itu.
Yang ditunggu akhirnya turun secara bersamaan Dion dan Kevin berjalan dengan sangat berwibawa dan elegan walaupun sudah malam aura kedua pria itu tetap saja memancarkan aura yang kuat sampai-sampai membuat Zava melongo dan berdiri ditempatnya.
Ya Allah tampan sekali siapa diantara mereka yang berjodoh denganku yah!
Batin Zava tersenyum geli kemudian menepuk kepalanya segera.
Zava apa yang kau pikirkan? kenapa kau jadi genit begini?
rutuknya pada dirinya sendiri.
"Permisi tuan!"
"Ya silahkan!"
Kevin pergi dan Dion mendekati Zava.
"Ada apa?" Tanya Dion dingin.
"Ahh, aku ingin pulang kekontrakanku!" kata Zava memelas.
"Kontrakan" Ulang Dion dan kini duduk disofa dengan menyilangkan kaki.
"Kau tinggal di kontrakan, apa kau tidak punya rumah" tanyanya.
"Aku ini seorang perantau tuan!"
"Hem.. perantau!" Dion menyentuh dagunya seolah sedang berfikir.
"Iya aku ini perantau yang berharap bisa mewujudkan impianku disini, ini sudah malam tidak baik seorang gadis berada dirumah seorang pria dewasa, aku takut istrimu marah" ucap Zava masih berdiri.
"Istri, aku belum punya istri!" jawab Dion dingin.
"Dan mungkin aku akan memperistri seseorang" lanjutnya tersenyum smirk pada Zava.
"Terserah, apalagi kau belum punya istri bisa dituduh macam-macam kita" kata Zava mulai jengah.
"Memangnya siapa yang berani menuduhku aku akan bungkam mulutnya!" Zava mengernyit kenapa tuan muda ini malah memperulur waktu.
"Tuan sudahlah aku ingin pulang, antarkan aku atau kalau kau tidak mau suruh supirmu atau penjagamu yang mengantarku!" Sungut Zava kesal.
"Kau bilang kau tidak tau alamatmu, lalu bagaimana mereka mengantarmu!"
"Aku sudah ingat tuan tadi itu aku lupa!" jawab Zava gugup.
"hemm... kalau aku tidak mau kau mau apa?" Dion menopang dagu mencoba mengukur waktu lebih lama.
"Heh.." Zava mendesah "Tuan harus mau aku ini seorang gadis bagaimanapun juga aku takut jika menginap dirumah seorang pria"
"Oh begitu, memangnya kau masih gadis" Dion kembali membuat Zava kesal dan tersenyum tipis.
Laki-laki ini menyebalkan juga ternyata
"Tuan yang baik hati dan tidak sombong tolong antarkan aku pulang yah!" Zava mencoba berbicara lembut supaya tuan muda itu mau mengantarnya pulang.
"Nah, begitu baru bagus, seharusnya kau dari tadi meminta dengan nada seperti itu, jadi aku tidak akan berlama-lama disini!" Zava mengelus dadanya mendengar penuturan Dion yang begitu menyebalkan tapi dia tetap memasang senyum.
Dion melirik jamnya.
"Tapi, ini sudah malam besok saja kau pulang, lagi pula aku lelah dan ingin beristirahat" kemudian beranjak dari duduknya.
"Dan jangan tanya supirku atau penjagaku mereka juga lelah dan butuh istirahat jadi sebaiknya kau kembali ke kamarmu dan tidurlah" sambungnya lagi tanpa rasa bersalah kemudian pergi menuju kamarnya.
Zava langsung terduduk mendapati dirinya tak boleh pulang sia-sia saja dia membujuk dan berkata lembut kalau pria itu tetap saja tidak mengijinkan ternyata dia hanya mengerjainya saja.
"Ahh... tuan muda menyebalkan, untuk apa aku tadi bersusah payah membujuknya? dan dia memujiku kalau akhirnya aku tetap disini juga" Geram Zava mengumpat Dion.
Dion hanya tersenyum diatas tangga dan masuk kekamarnya membiarkan Zava kesal sendiri karena dia masih ingin bersama Zava jadi dia harus melakukan itu.
Zava masuk ke kamar tamu yang sudah disiapkan bi Rum tadi, dia mondar mandir tak bisa tidur dia baru memikirkan dagangannya yang tertinggal dijalan itu dan dia juga takut jika pria itu tiba-tiba menyelinap masuk ke kamarnya dan macam-macam padanya.
"Ya ampun aku tidak bisa tidur, aku tidak tenang jika ada seorang pria disini walaupun disini banyak orang tetap saja aku takut" Gumam Zava menggigit bibir bawahnya.
Dan Dion melihatnya melalui cctv karena dia memasang disetiap ruangan tanpa terkecuali termasuk kamarnya sendiri tapi hanya dia yang bisa melihat rekamannya karena alat pemindainya ada diruang kerjanya, dia tersenyum geli melihat ketakutan gadis itu.
"Jadi kau takut aku macam-macam padamu, bagaimana kalau aku menggodamu saja malam ini supaya ketakutanmu bertambah" Gumam Dion pada layar yang memperlihatkan Zava yang sedang menggigit bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments