"Nah gimana neng bagus kan tempatnya?" kata Ibu kontrakan, mereka keluar dari dalam.
"Iya Tante bagus, bersih lagi saya suka boleh langsung saya tempati?" Jawab Zava karena dia sudah lelah dan tak ingin mencari lagi.
"Oh... boleh dong tapi harus bayar uang muka dulu hehehe" Si ibu cengengesan saat menagih uang muka.
"Eh iya Bu!" Zava pun mengambil uang di dompetnya senilai 600ribu dan memberikannya kepada ibu kontrakan.
Si ibu dengan senyum sumringah semangat mengambil uang itu.
"Oh iya neng panggil tante dengan nama Tante Lusi yah!" Siibu yang bernama Lusi itu mengenalkan dirinya.
"Oh iya Tante Lusi terimakasih juga sudah memberikan bonus kasur dan lemari itu sangat bermanfaat sekali untukku"
"Iya sama-sama, ya sudah kamu istirahat dulu sana kamu pasti capek tante mau masuk dulu yah!"
"Iya Tante!"
Mereka pun berpisah Zava masuk kedalam kamarnya yang terpisah sebelum dia berganti pakaian dia membereskan pakaiannya terlebih dahulu ke lemari yang sudah tersedia, kemudian jatuhlah sebuah foto yang selalu dia bawa ternyata itu foto Doni dan keluarganya.
Dia memungutnya tiba-tiba saja meneteskan air mata masih jelas diingatannya pengorbanan mereka yang dilakukan untuknya hingga ajal menjemput. Tak menyangka dirinya akan ditinggalkan seorang diri.
Kakaknya juga tanpa alasan pergi meninggalkannya dan tak pernah kembali kemana dia sekarang? apakah dia mengkhawatirkan adik perempuannya kenapa dia tidak membawa adiknya pergi juga.
Zava langsung menyeka air matanya dia sudah berjanji untuk tetap tersenyum dan menyimpan kesedihan ini dia tidak boleh membuat mereka sedih.
Segera Zava menyelesaikan pekerjaannya agar dia bisa beristirahat.
*****
Dibelahan dunia lain seorang pria dewasa duduk dengan tenang dikursi kebesarannya pria yang berperawakan tegas dan berkarisma itu mampu membius setiap orang yang disekitarnya dengan hanya melihat auranya saja mereka dapat memastikan bahwa pria ini sangat berpengaruh belum lagi wajahnya yang tampan dengan alis tegas, mata tajam, hidung mancung, bibir tipis, rahang yang tegas disertai dengan rambut tipis-tipis dibagian pipi sampai dagu menambah kesan ketampanannya.
Dengan tubuh yang atletis bahu lebar dan dada bidang sudah pasti menjadi idaman setiap wanita, dan wanita rela mengantri hanya untuk berkencan dengannya.
Tapi pria ini begitu dingin dan cuek dan hampir tidak pernah tersenyum bersikap datar tanpa ekpresi.
Pria ini sedang mengecek laporan perusahaan yang ditinggalkan oleh ayahnya yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu yang hampir diambang kebangkrutan.
Ayahnya memberikan kuasa penuh pada anaknya yang satu ini karena sebenarnya perusahaan ini dia wariskan kepada anak keduanya tapi takdir berkata lain anak keduanya pergi mendahuluinya tanpa sempat memegang andil perusahaan.
"Tuan, apa saya harus mengirimkan orang kepercayaan kita untuk mengurus perusahaan dinegara I ?" Tanya sang asisten pribadi kepercayaan tuannya.
"Tidak perlu, biar aku saja yang menangani masalah ini?" Jawab pria itu datar tanpa mengalihkan matanya dari dokumennya.
"Baik tuan, saya sudah mempersiapkan keberangkatan kita sore ini dan saya juga sudah memerintahkan orang kepercayaan kita untuk mengurus perusahaan anda yang disini"
"Bagus, pastikan semuanya berjalan dengan baik jangan sampai ada kesalahan!" Ditatapnya asisten itu dengan tajam seolah mengisyaratkan dia tidak ingin kesalahan sekecil apapun.
Si asisten hanya mengangguk dengan tenang tanpa takut walaupun sudah ditatap setajam itu oleh tuannya, karena menurutnya mungkin sudah biasa.
"Baiklah kalau begitu saya permisi tuan,!" Kemudian pergi dari ruangan bos besarnya yang hanya menganggukkan kepala.
Setelah sang asisten pergi pria itu menutup dokumennya dan menyandarkan tubuhnya dikursi kebesarannya kemudian memijat pangkal hidungnya yang mancung.
Sebenarnya pria itu bisa saja menyuruh orang lain menggantikannya untuk mengurus perusahaan yang hampir bangkrut itu tapi lagi-lagi kata-kata adiknya yang keramat yang sudah dipastikan olehnya adalah permintaan terakhirnya karena setelah pertemuan itu mereka tidak pernah bertemu lagi karena sang adik sudah tiada.
Dan kata-kata itu seperti wasiat untuknya agar dia mengabulkan permintaannya karena wasiat itu dia jadi tidak bisa tidur dengan tenang.
*****
*Flashback on
"Kakak.... !" Ucap seorang pemuda yang datang dirumah besar kakaknya.
Kakaknya hanya diam ditempat tanpa memberikan ekspresi apapun diadik langsung memeluk sang kakak erat seperti orang yang menahan rindu bertahun-tahun. Ya memang kenyataannya mereka tidak pernah bertemu bertahun-tahun .
"Aku senang sekali bisa bertemu denganmu kak! aku tidak menyangka hari ini benar-benar hari yang sangat membahagiakanku" si adik mulai berceloteh tapi sang kakak masih terdiam.
"Kak Dion, kenapa diam saja apa kakak tidak rindu denganku?"
Siadik sedih karena kakaknya tak menanggapi.
"Kenapa kau kesini?" Dion sang kakak akhirnya berbicara.
Sang adik yang ternyata Doni ini tersenyum mendengar kakaknya berbicara.
"Karena untuk bertemu denganmu kak dan ada hal lain juga yang ingin aku sampaikan pada kakak."
"Katakan!"
"Tapi nanti saja kakak baru pulang, aku tau kakak pasti lelah!"
Sang kakak malah duduk dengan menyilangkan kaki dan melonggarkan dasinya.
"Sekarang saja, kau tau ini kesempatan maka jangan kau sia-siakan karena siapa tau kau tidak bisa berkomunikasi denganku besok" ucap Dion dengan tegas karena dia tidak mau berbasa-basi walau dengan adiknya.
"Baiklah!" Doni duduk disamping kakaknya yang duduk dengan tenang auranya sangat terasa walau dalam keadaan lelah sekalipun.
"Cepat bicara jangan membuang waktuku" Doni sampai tercekat mendengarnya karena dia bingung ingin memulai dari mana sekaligus malu karena ini masalah pribadinya apakah kakaknya nanti akan menertawakannya.
"Satu..." kakaknya jengah mulai menghitung supaya Doni berbicara.
"Eh iya kak,, sebenarnya ini masalah pribadiku kak! tapi ini sangat serius dan semoga kakak bisa membantuku" ucap Doni dengan mulai serius.
"Apa yang bisa aku bantu?"
"Tolong jaga dan lindungi dia dari ibuku karena dia sangat berharga untukku"
Dion mengernyit mendengarnya.
"Apa kau menyuruhku menjaga pacarmu?"
"Bukan pacar sih kak hanya saja dia orang yang sangat berharga untukku aku takut tidak bisa menjaganya kedepannya maka aku meminta kakak untuk menggantikanku"
Dion tertawa terbahak mendengar permintaan konyol adiknya.
"Kau lucu sekali Doni, ini yang kau sebut penting hanya seorang gadis"
"Kakak tolong jangan menertawakanku mungkin ditelinga kakak memang ini terdengar konyol tapi bagiku ini sangat penting hargailah aku kok anggap saja ini adalah permintaan terakhirku"
"Baiklah, baiklah aku akan menuruti permintaanmu!" masih dengan menahan tawa.
"Jadi siapa gadis yang kau anggap penting itu?"
Doni mengambil ponselnya mencari gambar gadis itu dan memberikannya pada Dion.
"Itu kak namanya Titi Zavania".
Dion mengangkat sebelas alisnya tidak percaya kalau selera adiknya seperti ini.
"Apa kau yakin gadis ini yang kau maksud?" Dion memperlihatkan lagi takut Doni salah orang.
"Ya dia kak, aku tau pasti kakak ingin mengejekku tapi percayalah dia adalah gadis yang istimewa" ucap Doni serius.
Dion hanya menatap biasa.
"Baiklah sesuai keinginanmu aku akan menjaganya" Ucap Dion asal saja yang sebenarnya dia hanya ingin mengakhiri obrolannya dengan adiknya.
Dan dia berfikir tidak mungkin juga dia akan bertemu dengan gadis itu jadi dia hanya akan menganggap angin lalu saja, dia menyetujuinya hanya untuk membuat adiknya senang.
Berbeda dengan tanggapan Doni yang menganggapnya serius maka dia senang sekali karena kakaknya menyetujuinya.
Kemudian berakhirlah obrolan mereka, karena Dion ingin beristirahat dan benar saja besoknya mereka sulit sekali berbicara hanya saling sapa dan tersenyum saja.
Flashback of*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
KINOSANN
mampir nyicil jejak dulu 🤗
2021-12-30
0