Zava masih mondar mandir dikamarnya dia tak bisa tidur karena terlalu khawatir sampai tiba-tiba...
"Kau belum tidur juga?." ucap suara tegas dibelakang Zava.
Zava langsung kaget mendengar suara dibelakangnya dia menoleh mendapati Dion sedang menatapnya datar.
"Tuan, kenapa anda kesini? dan bagaimana bisa anda masuk? aku kan sudah mengunci pintunya!" kata Zava heran.
Dion menipiskan bibirnya, "Kau lupa aku pemilik rumah ini, tentu saja aku punya cadangannya." jawabnya menunjukkan kunci.
"Lalu kau mau apa kesini? jangan macam-macam yah!" Zava waspada karena Dion mendekatinya.
"Seharusnya aku yang waspada sudah malam begini, kau masih belum tidur juga atau kau sengaja karena ingin mencuri dirumah ini?" ucap Dion dengan senyum khasnya.
Zava terpancing emosinya, "Hei, tuan kalau bicara jangan sembarangan yah! aku ini orang baik-baik untuk apa aku mencuri." sungut Zava kesal.
Dion kembali tersenyum kini jaraknya sudah dekat dengan Zava.
"Lalu... kau mau apa atau kau ingin menggodaku" tukasnya santai.
Zava melotot tangannya pun reflek memukul lengan Dion yang terdapat bekas luka tembakan kemarin.
"Akhh... sakit sekali, lukaku ini belum sembuh kau malah melukainya lagi" ucap Dion meringis sambil memegang lengannya.
Zava kelimpungan dia sebenarnya tak sengaja.
"Ma-af, aku reflek aku tak sengaja. Gara-gara tuan juga asal menuduh!" ucap Zava mencoba membela diri.
Dion duduk disisi ranjang Zava kemudian melepas kemejanya sengaja.
"Hah... tuan untuk apa kau membuka bajumu? cepat pakai lagi!" Zava panik memalingkan wajahnya yang memerah karena lagi-lagi matanya disuguhkan dengan pemandangan tubuh yang atletis dihadapannya.
"Hei, cepat periksa lukaku. Kau harus bertanggung jawab." katanya santai.
"Aku tidak mau, tuan bisa kan memeriksa sendiri!" Zava masih membelakangi Dion.
"Jika kau tidak mau, baiklah! aku akan tidur disini dan mengunci pintunya. Bersamamu" ujar Dion dengan tersenyum puas.
Hah!! kenapa dia sangat menyebalkan
"Baiklah! tapi setelah ini kau harus pergi!" Zava akhirnya pasrah dia duduk disamping Dion dan memeriksa lukanya.
Kenapa dia manja sekali padahal lukanya tidak kenapa-kenapa.
Zava sebal sepertinya pria ini ingin mengerjainya dia mempunyai ide untuk mengerjai balik.
"Tuan, mana lukanya yang sakit!"
"Akhh...! kenapa kau menekan lukaku". Dion benar kesakitan sedangkan Zava berusaha pura-pura.
"Ahh, aku pikir tidak sakit, ternyata masih sakit yah!" kembali menekan lukanya.
"Akh!" Dion langsung mencengkeram tangan Zava dan menatapnya.
Pandangan mereka langsung bertemu begitu dekat hanya berjarak satu senti.
Deg
Jantung mereka langsung berdetak seirama tak ada sepatah katapun hanya jarum jam yang berdenting menjadi saksi keheningan mereka.
Dion menatap wajah Zava yang membuatnya seperti terhipnotis dia seperti kehilangan akal sehatnya saat memandangi bibir sensual Zava.
Keindahan wajah yang dibalut dengan tudung indah membuat orang yang memandangnya terasa nyaman.
Tak sadar Dion mendekatkan wajahnya ingin mengecup bibir yang begitu menggodanya, sambil masih memegang tangan Zava.
Saat hampir menempel Zava segera sadar diapun sama seperti terhipnotis oleh Dion, Zava langsung menjauhi wajahnya dan berdiri dengan canggung tapi wajahnya memerah bak kepiting rebus.
Dion menghela nafas dia juga berdiri dengan canggung, sungguh memalukan niat ingin menggoda malah dirinya yang tergoda.
Dion mengambil kemejanya dan segera memakainya.
"Maaf, aku terbawa suasana lebih baik kau tidur sebelum aku benar-benar melakukannya!" ujar Dion kemudian pergi meski jantungnya tak terkendali tapi dia berusaha bersikap tenang dihadapan Zava.
Zava hanya mengangguk, malu ingin berkata dia pun langsung menutup dan mengunci pintu tak ingat kalau Dion mempunyai kunci cadangan dia sama sekali tidak berfikir kalau Dion akan masuk kekamarnya lagi, tapi semoga saja tidak yah!.
Zava langsung membenamkan wajahnya di bantal dengan berbaring tengkurap dia masih mengontrol detak jantungnya.
"Ya ampun kenapa jantungku deg-degan begini!" gumamnya sambil memukul-mukul bantal.
Sedangkan dikamar Dion.
Dion sudah tidak kuasa menahan gejolaknya yang tiba-tiba membara hanya dengan memandangi bibir Zava.
Jantungnya pun berdetak tak karuan, pertanda apa ini? karena sebelumnya dia tak pernah merasakan ini.
"Sial, ada apa dengan jantungku? rasanya jantungku seperti berlari-lari." tukasnya sambil menyentuh jantungnya.
"Kenapa aku ingin sekali menciumnya? akh... tapi dia kan memang akan menjadi calon istriku, aku harus mencari cara untuk menjeratnya. Iya harus!" tekadnya tak peduli Zava suka atau tidak.
*****
"Selamat pagi...!" ucap seorang wanita cantik dan seksi dengan centil memasuki kediaman Dion.
"Nona Anetta...!" sapa Bi Rum pada wanita yang bernama Anetta.
"Hallo Bi, Dionnya ada kan!" tanyanya dengan genitnya duduk dikursi sambil menyilangkan kaki sehingga paha dan kaki jenjangnya terlihat mulus tanpa penutup.
"Ada nona masih dikamar, sebentar lagi juga turun.
"Emm... oke deh aku tunggu dia disini saja. Oh ya buatkan aku jus strawberry yah!" Dengan angkuhnya Anetta menyuruh bak nyonya saja.
"Baik nona akan saya buatkan!"
Tak lama Zava keluar dari dapur sambil menghidangkan sarapan sebagai bentuk terima kasihnya karena telah memberinya tumpangan.
Anetta melihat ada gadis muda berpakaian tertutup tapi sangat indah dan anggun karena dia memakai gamis panjang sampai hampir menutupi kakinya. Wajahnya juga teduh memancarkan aura kebaikan didalam dirinya.
Gadis itu sangat ulet dan telaten, setau Anetta dirumah Dion tidak ada gadis muda yang bekerja dirumahnya dan dia juga tak mempunyai adik atau saudara perempuan.
Karena penasaran Anetta berjalan mendekati gadis itu yang masih tenang dengan kegiatannya.
"Hei, siapa kau?" tanya nya sambil bersedekap dada.
Gadis itu terkejut mendengar suara seorang wanita diapun menoleh mendapati wanita cantik dan seksi sedang menatapnya serius.
"Eh,, aku... bukan siapa-siapa hanya orang yang nyasar dan akan diantarkan ke tempatnya," jawab Zava sedikit gugup dia sudah berfikir kalau wanita cantik itu pasti kekasih Dion.
"Untuk apa kau disini?" tanya Anetta dengan nada tidak suka.
"Aku cuma orang nyasar kak, dan ditemukan oleh pemilik rumah ini!" jawab Zava menutupi kebenarannya.
"Nyasar,bagaiman bisa ?" Anetta tak percaya apalagi saat melihat wajah gadis itu yang dari dekat.
Sial ternyata dia cantik juga.
"aku tidak percaya, apa kau gadis simpanan Dion" tunjuk Anetta pada gadis itu yang ternyata Zava.
"Jangan asal bicara ya Nona?" Zava geram karena Anetta menuduhnya.
"Hah sudahlah, heh dengarkan yah!
aku adalah calon nyonya dirumah ini yang sebentar lagi akan jadi istri Dion." ujarnya dengan percaya diri.
"Jadi Lo jangan coba-coba yah!"
sambungnya lagi.
Lalu kemudian turunlah Dion dengan auranya yang begitu tenang dengan berbalik jas mahal serta jam tangan mewah melingkar dipergelangan tangannya membuatnya semakin tampan.
Dion turun dengan wibawanya yang kuat kemudian mendekati dua orang gadis yang membuatnya penasaran.
"Kau, siapa?" tunjuk Dion pada Anetta.
"Kakak... aku sangat rindu sekali!" kata Anetta tanpa tahu malu dia memeluk Dion.
"Hei, lancang sekali kau memelukku!" Dion marah segera menghempaskan tubuh Anetta.
"Aku tanya siapa kau?"
"Apa kak Dion lupa dengan ku aku Anetta?"
"Anetta... aku tidak kenal yang namanya Anetta!" Sangkal Dion datar. Kemudian duduk dengan tenang dimeja makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments