"Sayang, Tante punya kabar untukmu!" ucap seorang wanita paruh baya pada seorang wanita cantik berambut pirang berumur 25 tahun yang sedang menghias wajahnya.
"Kabar apa Tante!" Siwanita merespon tapi tangannya masih bermain diwajahnya.
"Kamu masih ingat kakak tirinya Doni"
"Kakak tirinya Doni yang super tampan itu Tante!" menengok dengan antusias.
"Iya,, sekarang dia mau kesini kenegara kita!" memberi tahu dengan semangat.
"Ah yang bener Tante kak Dion yang tampan paripurna itu dia mau kesini! akhhhh!" Siwanita berusia 25 tahun itu berjingkrak-jingkrak senang.
"Iya makanya kau Anetta kau harus bisa membuat Dion terpesona denganmu dan kita bisa menjeratnya!"
"Iya calon mertuaku tentu saja aku pasti bisa membuat Dion tergila-gila padaku hanya dengan melihat pesonaku saja, karena selama ini tidak ada pria manapun yang mampu menolakku" wanita cantik yang bernama Anetta itu tersenyum bangga.
"Bagus, itu yang aku suka darimu!" ucap wanita paruh baya yang ternyata ibu tiri Dion yang bernama Mega ibu kandung Doni.
"Ah tidak sia-sia aku pulang kesini kalau ternyata diapun kesini,lalu bagaimana dia yang sekarang yah pasti sangat seksi!" Anetta membayangkan wajah Dion dan juga bentuk tubuhnya dengan tersenyum samar.
"Tentu saja, dia semakin gagah dan tampan ditambah lagi dia semakin kaya, dan kau harus bisa mendapatkan keduanya!" lanjut Mega dengan tersenyum smirk.
"Tenang saja, percayakan semuanya padaku" Anetta mengerlingkan matanya dengan bangganya.
*****
"Ya ampun aku keliling sampe mana ini, sepertinya aku nyasar!" Gumam Zava menengok kanan dan kiri melihat jalanan yang tidak dikenalinya sambil menenteng dua kotak berisi jualannya.
"Baru juga pertama jualan sudah nyasar begini, jualanku belum habis lagi, gimana caraku pulang yah?" ucapnya lagi berbicara sendiri.
Lalu dia duduk ditoko yang sedang tutup guna untuk beristirahat.
"Kevin, kau pergilah keperusahaan dulu, aku ingin menemui seseorang disini!" ucap Pria berparas tampan dialah Dion menyuruh asistennya untuk pergi dahulu.
"Apa tuan tidak apa-apa hanya sendiri?" jawab Kevin, dia mencemaskan tuannya.
"Kau pikir aku anak kecil, sudah turuti perintahku!" Dion menatap tajam pada Kevin yang ditatap langsung menundukkan wajahnya.
"Baik tuan, saya akan keperusahaan terlebih dulu!".
Dion keluar dari mobil mewah itu dengan penampilannya yang sangat elegan, jas mahal yang pas ditubuhnya membuatnya semakin tampan, dan tentu saja dia jadi pusat perhatian orang-orang yang disitu menatapnya dengan terpesona tetapi pria itu cuek dan tidak peduli.
Dion mengambil ponsel disakunya dan menerima panggilan dari seseorang dan semua itu tak luput dari pandangan Zava yang sedari tadi memperhatikannya.
Wah,, subhanallah makhluk tampan ciptaan-Mu ya Allah
Isi hati Zava saat melihat pria itu melewatinya begitu saja, lalu Zava menggelengkan kepalanya.
"Zava, apa-apaan sih kamu? siapa tau pria itu sudah beristri, bagaimana?" Zava merutuki perbuatannya sendiri lalu bangkit.
"Lebih baik kulanjutkan saja berjualannya urusan pulang aku bisa tanya sama orang!".
Saat Zava ingin mengangkat Kotaknya dia melihat pria itu masih berjalan sambil menelfon hingga dia melihat dibelakangnya ada sebuah mobil yang seperti sengaja melaju kencang dan ingin menabrak pria itu apalagi pria itu menyebrang tanpa melihat kanan kiri.
Zava panik tanpa pikir panjang dia langsung berlari mengejar pria itu dan meninggalkan dagangannya sampai saat mobil itu sedikit lagi ingin menabrak, Zava dengan cepat menarik pria itu kepinggir jalan dan mobil itu tetap melaju.
Semua orang yang ada disitu berteriak kencang saat hampir saja pria itu ingin ditabrak hingga ditolong oleh Zava yang tiba-tiba.
Karena Zava tak sebanding dengan pria itu Zava pun terjatuh dengan pria itu yang berada diatasnya, Zava kaget begitu pula dengan pria itu sesaat mereka saling bertatapan. Pria itu memandang wajah Zava tanpa henti seolah terhipnotis dengan matanya yang teduh.
darahnya tiba-tiba berdesir saat memandangi bibir Zava yang imut dan begitu dekat dan jantungnya yang tiba-tiba memompa dengan cepat.
"Tuan, apa tuan tidak apa-apa? bisa menjauh dariku" ucap Zava yang merasa risih karena terus dipandang pria itu dengan begitu lekat.
Pria itu tersadar lalu langsung berdiri membenarkan jasnya dan tetap berdiri tenang, Zava pun ikut berdiri.
"Ya, aku tidak apa-apa terimakasih sudah menolongku!" Belum sempat menjawab suara tembakan terdengar membuat Zava dan orang disekelilingnya berteriak.
"Aaaaaaaaakkh..." Teriak Zava menutup telinganya karena tembakan itu begitu dekat dengannya.
Dion yang sadar bahwa tembakan itu diarahkan kearahnya segera saja dia menarik tangan Zava tanpa aba-aba dan berlari masuk gang. Sontak saja Zava kaget dan kini dia ikut berlari mengikuti Dion.
"Tuan, tunggu kenapa menarikku!" Zava bertanya disela berlarinya untuk saat ini hatinya resah dan ketakutan.
"Diamlah! mereka mengejar kita." Kata Dion dingin dan terus menarik tangan Zava.
"Mengejar kita, siapa?" Zava mencoba menengok kebelakang alangkah terkejutnya dia mendapati dua sepeda motor mengikutinya dan mengacungkan pistol.
"Tuan, mereka ingin menembak!" Kata Zava berteriak sambil berlari tak tentu arah. Dion melihatnya langsung membalikkan badannya dan
Dorr..
"Aakhhh...!" Tembakan itu terkena lengan Dion karena untuk melindungi Zava.
Zava melotot melihat pria itu tertembak dia semakin ketakutan.
Lalu mereka berlari kearah semak belukar dan bersembunyi disana.
"Huss... merunduk lah!" Zava menurut dia berjongkok begitu juga dengan Dion.
Para penjahat yang mengejar Dion memberhentikan motornya dan berjalan perlahan-lahan.
"Kemana mereka?"
"Pasti masih disekitar sini, cepat cari mereka!".
Mereka berpencar mencari Dion dan Zava.
Sialan... siapa mereka? siapa yang sudah menyambut kedatanganku dengan ingin membunuhku
Gumam Dion wajahnya begitu dingin dan menatap tajam pada para penjahat itu.
Zava melihat pria itu sedang menahan marah dan sama sekali tidak merasakan sakit di lengannya itu hanya bisa menahan nafas karena darah pun merembes dilengan jasnya.
Mata Zava melirik dikakinya, begitu kaget hingga melotot dan menutup mulutnya melihat ular didekatnya yang sudah siap ingin mematuk.
Lalu Zava menarik lengan baju Dion dan menunjuk apa yang dilihatnya.
Awalnya Dion tak merespon tapi merasakan tarikan yang kuat dan berkali-kali membuat dia menoleh mendapati Zava menunjuk sesuatu.
Dion pun ikut kaget tapi dengan tenang dia menyuruh Zava untuk tak bergerak dan tak bersuara dengan isyarat mulutnya. Zava yang mengerti diapun mengangguk.
Dion perlahan-lahan menangkap ular jenis tanah itu dengan cepat dan melemparnya langsung pada penjahat yang didekatnya sehingga terdengarlah suara teriakan.
"Aaaaakh..."
Teman-temanya yang mendengar teriakan itu langsung menghampiri dan mendapati temannya sudah digigit ular.
"Ton, kau kenapa?"
"Aku digigit ular, sakit sekali!".
"Man, kau bawa Anton kerumah sakit biar kita berdua yang mencari orang itu" kata salah satunya memerintah.
"Baik, aku akan membawanya kerumah sakit, ingat kau harus berhasil membawa pria itu dalam keadaan hidup ataupun mati"
"Serahkan padaku!"
Lalu tinggalah mereka berdua mencari kesetiap sudut, untungnya Dion pandai bersembunyi jadi mereka tak ketauan sama sekali hingga..
"Hei... kalian berdua sedang apa?".
Deg
Zava dan Dion seketika berdetak jantungnya suara itu seperti dibelakang telinganya. apakah mereka akan ketauan. entahlah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments