Bab 6 : Anak Yang Tak Diharapkan

Ibunya Tengah Tertatih

Ketika perutnya Mulai Membesar

Menahan Luka Perih

Ketika Si Bayi Tak Diinginkan Pun Terlahir...

Disebuah rumah mewah dikawasan selatan jakarta,Meyra tengah berjalan sempoyongan memegang perutnya yang telah membesar. Jaka yang memang semenjak awal menikah tidak sedikitpun dilandasi cinta terhadap wanita ini,ia tak banyak berkata dalam kesehariannya berumah tangga bersama Meyra. Bahkan tanpa sepengetahuan kedua orang tua kandung Meyra,mereka pun kerap tidur terpisah. Jaka lebih memilih tidur dikamar tidur lain. Terkadang ia memilih pulang ketempat tinggal istri tercintanya Lastri. Tetapi semenjak usia kandungban Meyra memasuki 5 bulan lebih, Jaka tidak pernah lagi pulang ke rumah Lastri. Bukanlah karena ia tidak mencintai lagi istrinya itu,tetapi rasa kemanusiaannya lah yang membuatnya memilih menjaga Meyra yang tengah hamil besar. Terlebih saat ini usia kandungannya memasuki bulan ke 9. Walaupun Jaka tidak mencintai gadis itu,ia berupaya bersikap baik dan bertanggung jawab terhadap Meyra. Ia sendiri selalu mengingatkan dirinya perkara niat dan tujuan awal ia menikahi gadis itu dahulu. Menurut pandangan laki-lakinya sendiri, Jaka sebetulnya mengakui kecantikan paras Meyra dan kemolekan tubuhnya. Tetapi kebiasaan bergaul Meyra dan bayang-bayang Lastri yang selalu muncul dibenak Jaka,membuatnya sanggup menahan segala nafsu laki-,laki yang ada didalam dirinya terhadap Meyra. Baginya Meyra bukanlah tipe ideal idaman Jaka.Tetapi rasa kemanusiaan dan belas kasihannya terhadap gadis inilah yang membuatnya bertahan dalam hubungan rumah tangga "main-main" mereka.

Meyra yang tengah meminum segelas capucino dan sepotong sandwich di meja makan hanya memperhatikan suaminya ketika ia pamit untuk berangkat bekerja. Hampir 6 bulan ia berumah tangga dengan Jaka,ia tidak pernah terbersit untuk mendekati lelaki itu. Ia bersikap acuh terhadapnya. Bahkan nyaris tak ada rasa hormat terhadap suaminya itu. Jaka bagi Meyra bukanlah tipe lelaki idamannya. Meyra yang sejak berusia kanak-kanak dibesarkan dengan kemewahan memiliki selera yang sekelas dengan gaya hidupnya. Sejak ia berusia remaja, terlebih ia telah menghabiskan usia remajanya nun jauh di Amerika sana. Seleranya terbiasa dengan lelaki asing atau bule yang tampan dan mapan. Hingga karena kehamilannya diluar nikah yang menjadi aib baginya dan keluarganya, membuatnya terpaksa mematuhi pilihan ayahnya itu, yakni Jaka sebagai lelaki "pinjaman" untuk menjadi suaminya menutupi aib yang telah ia perbuat dengan Jamie. Hingga Meyra bahkan tidak peduli sama sekali keberadaan Jaka dirumahnya. Ia sendiri lebih banyak menghabiskan waktu berada di mall,dimana ibunya memiliki sebuah toko cake and pastry disana, yang bahkan diberi nama seperti nama dirinya : Mey Cake and Pastry. Akan tetapi semenjak usia kehamilannya menginjak 8 bulan, Mey lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah. Ia bahkan tidak pernah mengobrol secara intim terhadap suaminya itu. Kehidupan rumah tangganya lebih menyerupai seperti sebuah mainan belaka. Jaka tidur diruangan lain,ia berangkat kerja pagi dan pulang larut malam. Terkadang bahkan ia sendiri sudah tertidur hingga tak tahu kepulangan suaminya itu. Mereka memiliki kunci rumah masing-masing. Seperti sebuah kesepakatan tak tertulis, mereka menutupi semua itu dari kedua orangtuanya. Hingga saat orang tua Meyra datang mereka seolah tampak bahagia dan penuh keromantisan.

***

Jaka tengah sibuk di ruangan kantornya ketika ia melihat pak Atmodjo yang beruangan diseberangnya terlihat tengah berada didalam. Selama ini pak Atmodjo tidak pernah menanyakan ataupun membicarakan sedikitpun mengenai kehidupan rumah tangganya bersama Meyra,anak kandungnya selama dikantor. Ia pun enggan untuk berkata apapun terhadap mertua sekaligus bosnya di perusahaan. Mereka hanya membicarakan perihal pekerjaan saja saat dikantor. Handphone Jaka tiba-tiba saja berbunyi ketika tengah fokus ia dalam pekerjaannya. Tertulis dilayar handphone sang penelepon :Meyra. Jaka mengangkatnya.

"Halo...Mey,ada apa ?" ucap Jaka tanpa berbasa-basi mengangkat teleponnya itu.

"Bisakah kau pulang sebentar ? Perutku terasa mulas...sepertinya aku akan melahirkan sekarang.." ujar Meyra disebrang sana.

"Baiklah.." sahut Jaka kembali tanpa banyak berkata. Jaka pun mematikan teleponnya. Ia ingin memberitahu pak Atmodjo saat itu juga, tapi entah kenapa ketika melihat lelaki tua itu tengah serius dibalik laptopnya, ia mengurungkan niatnya itu dan ia berjalan berlalu begitu saja. Ia bergegas menuju basement gedung tersebut. Memasuki dan melajukan mobilnya dengan cukup cepat. Hanya butuh waktu tidak sampai 1 jam, Jaka telah sampai dirumah. Meyra tampak meringis menahan sakit pada perutnya ketika suaminya itu datang. Ia segera mengambil sebuah tas berisi segala keperluan si jabang bayi yang tengah dipersiapkan sejak sebulan yang lalu oleh Meyra dan ibunya itu, dan berangkat membawa istrinya ke rumah sakit.

***

Disebuah rumah sakit bersalin Medical Clinic, Sebuah klinik khusus Ibu dan anak, Meyra tengah terbaring diatas ranjang disebuah ruangan. Ia tengah menunggu proses persalinan bayinya itu. Jaka duduk disampingnya. Mendampingi wanita itu. Ia melihat bulir-bulir keringat deras mengalir dari dahinya. Ia mengelapnya dengan sebuah sapu tangan yang ada di kemejanya. Ia tengah melepas jasnya. Meskipun ruangan tersebut ber-AC, ia merasa gerah berada didalamnya. Ia membayangkan seandainya wanita yang berada diatas ranjang itu adalah Lastri dan bukanlah Meyra, pasti lengkap kebahagiaannya saat itu. Jaka diam sambil menggenggam tangan Meyra yang semakin erat setiap kali wanita itu merintih kesakitan. Seorang suster tengah berada diruangan tersebut. Ia memanggil dokter ketika Meyra tengah mencapai bukaan kelima. Seorang dokter dan perawat lainnya bergegas datang ke ruangan Meyra. Tanda-tanda kelahiran pun mulai tampak ketika tak lama air ketubannya pecah. Dokter menyerukan Meyra untuk mengedan lebih kuat. Meyra pun mengejan lebih kuat hingga hampir seluruh tenaganya ia kerahkan. Tak lama terdengarlah suara bayi menangis keras.

" Selamat Bu..anak perempuan ibu telah lahir.." ucap dokter pada Meyra. Suster pun dengan sigap mengelap dan membersihkan darah yang menempel pada bayi itu. Setelahnya, suster menyerahkan bayi itu pada Meyra. Suster meletakkan pada dada sang ibu. Pertama kali yang dilakukan setelah bayinya lahir. Naluri si jabang bayi pun muncul hingga ia meraba-raba, mencari ****** susu ibunya. Inisiasi namanya. Pertama kali bayi disusui setelah ia dilahirkan dan dibiarkan untuk mencari sendiri ****** susu sang ibu. Beberapa orang mengatakan proses ini baik membentuk bonding/ikatan antara si ibu dengan si bayi pertama kalinya ketika ia merasakan dunia luar. Setelah selama 9 bulan ia berada dalam rahim ibunya. Meyra merangkul bayinya itu. Dalam kondisi ini, naluri seorang ibu terlihat pada senyum Meyra saat itu. Pertama kalinya pula Jaka merasa salut melihat wajah istrinya itu. Meskipun ia tidak mencintai wanita itu, tetapi ia dapat merasakan naluri keibuan Meyra pada bayinya itu.

***

Bayi itu terlihat sangat cantik. Hidungnya sangat mancung. Kulitnya berwarna putih kemerahan. Ada raut bule pada wajah bayi yang baru saja dilahirkan. Warna rambutnya pun terlihat coklat keemasan. Jaka melihat dari dekat ketika bayi itu ditempatkan dalam sebuah ruang tidur kaca khusus.Ia telah mengabarkan melalui telepon pada pak Atmodjo sore harinya. Kedua mertuanya bergegas datang tepat pukul jam 7 malam. Pak Atmodjo mengenakan kaos berkerah santai dengan celana panjang berwarna hitam. Sedangkan Bu Atmodjo mengenakan dress terusan berwarna soft pink bermotif bunga kecil dengan sandal selop tanpa hak. Jaka menyalami keduanya saat mereka datang dan mempersilahkan kedua mertuanya itu untuk duduk disamping putrinya. Meyra tampak tengah memakan makan malamnya. Sepiring nasi dengan sup ayam jamur dan sepotong puding berada disebuah nampan. Menu yang diberikan klinik tersebut kepadanya. Bapak dan Bu Atmodjo mencium kening putri semata wayangnya. Mereka berbincang sebentar dengan putrinya itu. Hingga kemudian seorang suster membawa bayi Meyra untuk disusui. Kedua orang tua Meyra pun tersenyum melihatnya. Bayi itu tampak mungil dan cantik. Hidung mancung dan raut wajah bule sudah tampak padanya. Rambut coklat keemasannya membuat bayi tersebut sudah terlihat raut kecantikan pada dirinya kelak. Meyra telah memberikan nama bagi putrinya itu. Meylisa Aldeva Atmodjo. Ia menempatkan nama belakang ayahnya sebagai rasa hormat padanya dan untuk menunjukkan status bayi tersebut keturunan keluarga Atmodjo. Sebagaimana namanya sendiri Meyra Aldiani Atmodjo. Walaupun bayi tersebut bukanlah bayi yang diharapkan oleh kedua orang tua kandungnya bahkan dirinya sendiri,tetapi melihatnya saat ini yang tampak jelita dan tak berdosa,luluh pulalah hati pak Atmodjo melihat darah keturunannya dihadapannya itu. Ia menerima uluran tangan Meyra memberikan bayi yang tengah dalam gendongannya itu pada ayahnya. Raut cinta dan kebapakannya tampak tergurat dari sorot mata lelaki tua itu.

Nama yang diberikan Meyra kepada bayinya memang telah ia persiapkan sejak usia kandungannya memasuki 9 bulan.Ia telah memilah nama bagi calon jabang bayinya itu. Sengaja ia tidak ingin menyematkan nama yang terdengar terlalu kebarat-baratan karena ia tidak ingin mengingat kesalahannya dahulu. Ia ingin anaknya hanya tahu bahwa ia adalah darah dagingnya. Keturunan keluarga Atmodjo.

***

2 Bulan telah berlalu...

Jaka mulai kerap terasa emosionalnya memuncak sejak kelahiran bayi Meyra. Ia mulai merasa tidak sabar setiap kali bayi tersebut rewel menangis tengah malam. Sedangkan Meyra tampak terlihat sangat letih pula.Terpaksa ia pun mendapatkan tugas tambahan menjaga dan mengurus bayi tersebut. Entah kenapa ia sangat tidak menyukai bayi tak berdosa itu. Padahal wajah cantik dan polosnya mampu memikat hati setiap orang yang melihatnya. Ia mulai kerap berkata keras dan kasar pada Meyra. Hingga dini hari ini, ketika Jaka harus terbangun dari tidur dan rasa letihnya seharian bekerja dikantor. Sedangkan Meyra tampak tertidur lelap. Ia menengok keranjang bayi yang diletakkan tepat dikamar sebelah. Bayi tersebut tengah menangis keras. Jaka memegang Pampers yang dikenakannya. Telah penuh air seninya. Bayi tersebut tampak seperti haus. Kepala terasa pening karena hampir setiap hari sepulang dari klinik, tidurnya kerap terganggu dengan tangisan Meylisa dan beban tugasnya menjadi seorang suami pun bertambah dengan kehadiran bayi ini. Hingga kemarahan tak lagi dapat ia bendung. Ia kembali ke kamar, membentak keras Meyra yang masih tertidur pulas.

" Mey!! Bangun Cepat! Tulikah kupingmu hingga tak mendengar tangis anakmu sendiri!" bentak Jaka dengan sangat keras. Meyra yang sontak kaget dan terbangun mendengar suara keras tepat ditelinganya merasa terkejut. Sialnya, bukannya diam menjadi sebaik-baik keadaan yang harusnya dilakukan wanita ini, tetapi justru ia membalas kemarahan Jaka tersebut dengan emosi yang meluap pula.

"Tak bisakah kau membangunkan ku dengan lembut! Lagipula kau bangun lebih dahulu, seharusnya kau tahu apa yang harus kau perbuat! Dasar lelaki bodoh! Padahal ayahku telah membayarmu untuk mengurusku!" balas Meyra menyerang. Jaka yang sontak kaget pula dengan perkataan Meyra, merasa harga dirinya tengah dinjak-injak gadis ini. Bangkitlah seluruh kemarahan dalam dirinya. Hingga mereka saling memaki dan menghina satu sama lain. Hingga begitu kesalnya lelaki itu, ia membanting pintu kamar dengan sekeras-kerasnya. Keluar dan berpindah keruang lainnya. Takdir memang yang sulit dielakkan. Kondisi ini menjadikan perang dingin diantara keduanya terjadi terus menerus setiap harinya. Jaka semakin menunjukkan rasa tidak pedulinya pada Meyra dan bayinya. Setiap hari pasti ada saja percekcokan diantara keduanya. Perlahan jauh didasar lubuk hati lelaki itu, ia mulai merasa menyesali keputusannya menolong pak Atmodjo dahulu dengan menikahi anak perempuan satu-satunya itu. Terlintas selalu wajah Lastri dengan kelembutan,kepatuhan dan sikap santunnya selama ini terhadapnya. Tidak pernah sekalipun terlontar kata-kata kasar yang menginjak harga diri lelakinya selama ia menikahi Lastri. Berbeda jauh dengan sifat dan perangai Meyra. Perlahan airmata menetes dari kedua ujung sisi mata lelaki ini. Ia mengingat keputusannya dahulu. Sebuah kesalahan besar dalam hidupnya.Membuatnya menyesali pernikahannya dengan Meyra. Sebuah pernikahan yang hanya dilandasi sebuah ego untuk menjaga martabat dan kehormatan keluarga Atmodjo. Hingga Jaka merasa seolah ia adalah tumbal dalam masalah ini.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!