Cinta Terkadang Datang Tanpa Disadari
Ketika Sang Malaikat Maut Menghampiri Cemburu Yang Menghantui
Kini Berubah Menjadi Cinta Yang Bersemi
Meyra tengah membaca SMS yang masuk ke ponselnya. Ia membaca setiap baris kalimat yang tertulis di pesan inboxnya itu.
Mey, Lastri sedang sakit. Aku sedang menemaninya. Bisakah kau kesini ?
Tertera isi pesan dari Jaka. Entah kenapa bangkitlah secara tiba-tiba kemarahan wanita itu. Seolah kekesalan yang ia pendam pada Jaka, suaminya itu ingin meluap keluar dari dalam dadanya melalui kata-kata. Tak pernah lelaki ini menanyakan kabar atau paling tidak saat dirumah bersama dirinya memperlakukannya layaknya seorang suami kepada istrinya. Sekarang saat sekalinya ia mengirimkan pesan tak ada sedikit pun menanyakan kabarnya atau Meylisa,kecuali menyuruhnya datang hanya untuk Lastri. Hanya Lastri yang ada dipikirannya. Egois sekali lelaki ini! ucapnya dalam hati. Tetapi seperti ada yang membisiki telinganya.
Ingatlah engkau bukan siapa-siapa..Jaka menikahimu untuk menutupi aibmu..bukan karena ia mencintaimu..Dan bukankah,lelaki ini juga bukan seleramu, Mey!Jangan bodoh..Kau hanya haus akan perhatian saja!
Tapi didasar hatinya selama ini...terlebih setelah melihat Jaka pergi dalam waktu lama dan akhirnya kembali setelah pertengkaran hebat dengan dirinya, ia menyadari ada sesuatu yang berharga hilang dari hidupnya. Ia baru menyadari sebenarnya ia telah jatuh hati pada suaminya yang terpaksa dinikahinya itu.Hingga ia dapat merasakan setiap kali suaminya itu bersama Lastri, perasaan cemburu memburu didalam dadanya.Ia berupaya meredamnya sendiri selama ini. Tetapi entah kenapa membaca SMS Jaka saat ini. Membayangkan bagaimana ia senantiasa memperhatikan dan memperlakukan Lastri selama ini, ia tersulut api cemburu.Walaupun akalnya berupaya meredamnya. Membayangkan Lastri tengah terbaring sakit dirumah sakit ditemani suaminya adalah sebuah kewajaran lumrah. Tetapi ia membandingkan pada dirinya itu, bagaimana seandainya ia yang sakit. Mungkin suaminya tidak akan memperlakukannya seistimewa saat ini, ketika Lastri lah yang menjadi pesakitan diatas ranjang rumah sakit.Tetapi ia teringat bagaimana suaminya menemani menggenggam tangannya dan mengelap dahinya yang penuh bercucuran keringat saat ia melahirkan Meylisa dahulu. Ia sangat mengharapkan perhatian yang sama dari suaminya itu.
apa sich Mey, yang ada dibenakmu ? Jangan aneh-aneh..jangan meminta lebih pada lelaki yang tidak mencintaimu dan hanya mengasihani kondisimu..ia hanya berupaya bersikap baik padamu dan itu sudah lebih dari cukup bagimu. Sadar itu,Mey!
"Mama..kok Mama bengong ? " Meylisa yang berjalan menuju Meyra mengejutkan lamunannya. Seketika buyar seluruh lamunannya begitu saja.
"Oh,tidak Nak...Mama baru saja mendapat kabar...Mey masih ingat dengan Tante Lastri, teman mama dan papa, yang waktu itu datang kesini ? saat.. Mey lagi berenang...Kamu ingat sayang ?" tanya Meyra pada Meylisa.
"Hmm..iya, mama..aku ingat.." jawab Meylisa pada mamanya itu dengan mengangguk-angukkan kepalanya.
"Nah, tante Lastri lagi terbaring sakit dirumah sakit. Mey mau kan ikut mama menjenguk tante Lastri ?", ucap Meyra kembali pada anak semata wayangnya itu.
"He..eh..." sahut Meylisa menjawab. Meyra tersenyum pada anaknya.
"kalau begitu...ayo kita siap-siap sekarang.." ucap Meyra padanya.
***
Meyra yang tengah menggendong Meylisa berjalan menuju lobby rumah sakit. Ia menanyakan pada resepsionis dibagian depan lobby. Menanyakan perihal pasien bernama Lastri. Resepsionis rumah sakit itu memencet tombol komputer dihadapannya. Mencari pasien bernama Lastri.
" Ibu Lastri ? ia berada diruang kamar ICU. Ibu hanya perlu berjalan menuju koridor diujung ruangan ini.Nanti dibagian sebelah kiri ada pintu kaca bertuliskan ICU. Disitulah ibu Lastri berada", ucap sang resepsionis pada Meyra yang tengah menggendong Meylisa dengan sebuah gendongan yang diikatkan ke punggungnya. Lastri pun berjalan mengikuti arahan sang resepsionis tersebut. Ia menyusuri koridor rumah sakit yang nampak sepi. Diujung gang, ia dapat melihat Jaka berada di sofa bersama lelaki paruh baya dan dua orang wanita yang belum tampak tua, tetapi wajahnya menggariskan raut seorang ibu. Apakah ini keluarga mbak Lastri ?, tanyanya dalam hati. Jika iya, bagaimana mungkin mereka bisa ada disini ? Pasti kondisinya serius. Astagfirullah...ia sempat marah dan cemburu saat membaca pesan mas Jaka.Tetapi melihat sepertinya kondisi mbak Lastri serius, ia merasa malu pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia mencemburui orang dalam kondisi seperti ini ?! picik sekali pikirannya ?! ia buru-buru menepis segala pikiran negatif dari benaknya.
"Papa.." Meylisa yang berada dalam dekapan Meyra teriak memanggil Jaka. Sontak kedua orang tua kandung Jaka dan Bu Dasmi yang berada tak jauh darinya nampak terkejut. Mereka menatap Meylisa dengan tatapan mata yang terkejut. Bagaimana bisa ia memanggil Jaka dengan sebutan Papa ?. Jaka yang melihat Meylisa mngulurkan tangannya. Meminta digendong, mengambilnya dari lengan Meyra. Meyra yang mengerti tatapan terkejut dari keluarga Lastri dan suaminya, akhirnya tanpa diminta memperkenalkan diri.
" Assalamu'alaikum semuanya..Maaf perkenalkan saya...Meyra..saya.. istri dari mas Jaka..Ini anak saya,Meylisa.." ucap Meyra dihadapan Pak Darto, Bu Sumiati dan Bu Dasmi. Mereka semakin terkejut dengan penuturan Meyra. Tetapi dapat mengerti perlahan dengan situasi semua ini. Jaka yang mengendong Meylisa, memperkenalkannya pada kedua orangtua kandung dan mertuanya itu. Kemudian memberikan Meylisa kembali kepada Meyra. Ia mengerlingkan sebelah matanya pada wanita itu.Sebuah kode untuk menjauh sebentar. Jaka kemudian bersimpuh dihadapan kedua orang tua dan mertuanya yang duduk diatas sofa tunggu ruang ICU.
" Maafkan saya dan Lastri, Ma..kami tidak pernah menceritakan mengenai hal ini.." ia mengawali ceritanya. Menceritakan seluruh kisahnya dengan Meyra. Bagaimana awal mula mereka bertemu, menikah hingga siapakah Meylisa sebenarnya.Tak ada satupun yang ia tutupi dari kedua orangtua kandungnya dan mertuanya itu. Ia bercerita dengan detail. mereka menyimaknya. Bu Dasmi yang awalnya tak mengerti dengan perkataan Lastri saat didalam ruang ICU tadi.Perlahan mengertilah ia. Inilah wanita yang anaknya ingin ia merestui hubungan menantunya itu dengannya seandainya ajalnya menjemputnya kelak. Lastri telah mempersiapkan semua kemungkinan terburuk dengan kondisinya. Ia dapat mengerti keputusan anak dan menantunya itu. Takdir memang sebuah rahasia ilahi yang telah menuliskan dengan detail garis kehidupan mereka.
" Nak Jaka,ibu mengerti sekarang..jalan berpikir Nak Jaka dan Lastri.. Insyaa Allah ibu merestui hubungan kalian..Bagaimana mungkin ibu menolak hubungan kalian sedangkan Lastri telah merestuinya dan ia yang meminta sendiri pada ibu untuk merestui hubungan kalian..walaupun ini bukanlah saat yang tepat...Tapi ibu akan berupaya memahami ini semua sebagai takdirNya, Nak... semoga Allah meridhoi kalian.." ucap Bu Dasmi pada menantunya itu. Jaka yang masih bersimpuh langsung menghampirinya. Duduk bersungkem mencium ibu mertuanya itu. Persis seperti saat ia menikahi putrinya itu. Ia menangis di kedua kaki ibu mertuanya itu.
"terima kasih untuk semuanya,Bu..apapun yang terjadi pada Lastri ..Bagi saya ibu sudah saya anggap seperti mama saya sendiri.."ucapnya diiringi sesekali dengan suara senggukan akibat menahan tangisnya.
"Keluarga Bu Lastri..." Dokter memanggil dari depan pintu kamar ICU. Jaka yang tengah bersimpuh dihadapan ibu mertuanya itu, beranjak bangun dan menghampiri dokter.
" Bapak, mungkin ada yang masih ingin bertemu dengan Bu Lastri ?, Kondisinya semakin menurun...Hmm...secara medis hampir beberapa anggota tubuhnya sudah tidak berfungsi lagi..mungkin inilah saat-saat terakhirnya. Karena kondisinya sudah sangat kritis..keluarga boleh masuk semua untuk mendampinginya...tapi, mohon untuk tidak berisik ya..agar tidak menganggu pasien yang lainnya.." ucap Dokter padanya. Meyra yang berdiri tak jauh dari keduanya.menatap dan mendengarkan pembicaraan dokter pada Jaka. Ia merasa malu dan berulang-ulang istighfar didalam hatinya. Malu karena saat ia membaca pesan Jaka untuk datang ke rumah sakit, ia sempat marah dan cemburu pada istri suaminya itu. Berpikir negatif bahwa pasti ia hanya mencari-cari perhatian suaminya karena penyakit sepele. Ternyata ia salah besar. Lastri tengah berada diujung kehidupannya. Dalam hati ia sangat merasa bodoh dan bersalah dengan semua prasangka negatifnya itu. Ia perlahan berjalan menuju mereka. Semua orang pun masuk kedalam ruangan. Lastri terlihat semakin pucat. Tangannya pun semakin dingin. Diujung pelipis matanya terlihat bekas airmata mengalir. Nampaknya ia pun tahu, malaikat maut tidak akan beranjak pergi dari sisinya kali ini. Ia menatap dengan lemah satu persatu anggota keluarganya. Tersenyum tanpa kata. Matanya berhenti pada Meyra yang tengah menggendong Meylisa. Ia mengangkat tangannya yang terbalut infus. Meyra yang mengerti segera menggenggam tangannya itu.
"Berjanjilah..kau akan menggantikan posisiku dan menjaga mas Jaka selamanya.." ucapnya begitu pelan. Hingga hampir-hampir tak dapat didengarnya. Meyra tak dapat menahan airmatanya. Mengalir begitu deras dari kedua matanya tanpa suara isak.
" Maafkan aku selama ini,Mbak..aku telah membuatmu terluka dan merusak kebahagiaanmu bersama mas Jaka..tapi aku berjanji padamu.." ia tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Airmatanya terlalu cepat turun. Hingga mampu membungkam suara yang keluar dari mulutnya. Jaka yang tiba-tiba menggengam tangan keduanya, menganggukan kepalanya sambil menatap Lastri. Lastri tersenyum melihat keduanya dan perlahan matanya terpejam penuh senyuman. Malaikat maut telah rindu menunggunya selama ini. Ia tersenyum memberikan tanda pada wanita yang terbaring lemah. Wanita yang telah menunjukkan pengorbanan hidup dan bakti padaNya selama ini. Ruhnya perlahan keluar berupaya meraih tangan Sang Pencabut Nyawa yang telah membawakannya wewangian dari surga. Tanpa beban Lastri menghampirinya. Berpulang kepadaNya. Menuju kehidupan abadi yang tiada sakit yang ia rasakan lagi. Ia telah menemukan kebahagiaan sejatinya. Sebuah cinta yang kembali kepada Sang Pemiliknya.Wajahnya penuh kedamaian dengan senyuman tipis. Raganya telah dingin dan kaku sepenuhnya. Layar monitor penunjuk detak jantung telah berbunyi keras. Sebuah garis lurus muncul disana. Memberikan sebuah tanda bahwa ia telah pergi dan takkan kembali. Ia berpulang dengan senyum kebahagiaan dan hanyalah keluarga dan sanaklah yang tengah menangisinya. Menangisi raga yang kelak tak pernah mereka bisa jumpai lagi. Menangisi akan diri mereka yang tak tahu kapan kan berkumpul lagi padanya. Itulah kematian. Setiap yang dipanggil berharap pulang dengan senyuman kebahagiaan. Airmata hanyalah hiasan yang diberikan pada sang penunggu kematian yang diberikan untuk mengiringi oleh sanak,saudara dan kerabat yang kelak ditinggalkannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments