Roda Kehidupan Senantiasa Berputar
Duka dan Suka Datang Silih Berganti
Tak Perlu Sebuah Kabar
Tuk Takdir Menuliskan Peristiwa Yang Dia Kehendaki...
Lastri tengah berbenah dirumah barunya. Ia tidak banyak membeli barang baru, karena rumah tersebut telah terisi lengkap dengan segala furniture didalamnya. Ia hanya perlu membawa dirinya sendiri dan beberapa peralatan yang memang ia bawa dari rumah kontrakan petakannya. Rumah barunya tersebut cukup luas,yang terdiri dari dua lantai utama dan sebuah lantai atas tambahan yang luas sebagai roof top dengan sebuah kanopi dan kursi serta beberapa tanaman hias disekelilingnya. Pada lantai bawah terdiri dari ruang tamu,ruang keluarga,sebuah kamar mandi,ruang makan,dapur dan sebuah space kecil tanpa atap sebagai sirkulasi udara yang digunakan Lastri untuk menjemur dengan sebuah ruangan kecil tempat menaruh sebuah mesin cuci. Dengan kaca-kaca jendela berukuran besar membuat sirkulasi udara berjalan sangat baik. Pencahayaan pun terlihat sangat terang sejak pagi hingga sore hari tanpa perlu lampu sebagai penerang tambahan. Dilantai 2 terdapat satu ruang tidur utama dan 2 ruang tidur lainnya yang berukuran lebih kecil, sebuah kamar mandi yang terpisah : satu khusus untuk toilet dan yang lain berisi khusus shower dengan kran air tambahan. Terdapat kamar mandi khusus dengan bathtub pada ruang tidur utama. dengan sebuah ruangan ditengah yang dapat digunakan sebagai ruang berkumpul serta sebuah teras yang cukup luas.
Seharusnya ia merasa berbahagia dirumah barunya yang cukup mewah. Seandainya Jaka senantiasa selalu berada disisinya,rumah baru ini menjadi anugerah dalam kehidupan rumah tangga mereka. Tetapi tidak saat ini. Lastri merasakan kehampaan yang makin terasa dari sebelumnya. Terlalu besar baginya menempati rumah ini sendirian. Jaka memang kerap pulang bersamanya,tetapi tak menentu kapan ia datang. Lastri tidak ingin banyak menuntut dan merongrong suaminya, mencari-cari perhatian. Ia lebih memilih memendam kesedihan dan rasa kesepiannya dengan menyibukkan dirinya pada segala aktivitas rumah tangga. Jaka memang lelaki yang bertanggung jawab. Setiap bulan ia pasti akan mentransfer sejumlah uang untuk kebutuhan biaya hidupnya. Sedangkan untuk segala tagihan-tagihan yang berkaitan dengan rumah ia tinggal,Jaka yang mengurus segala macam pembayarannya.
Hari ini untuk menghilangkan kesepiannya Lastri memutuskan berjalan-jalan keluar rumah. Ia mengenakan dress terusan selutut menutupi kedua tangannya berwarna biru muda. Sebuah tas kecil yang dapat memuat dompet dan sebuah handphone.
***
Pusat Perbelanjaan atau Mall hari itu cukup ramai. Lastri masuk kedalam sebuah swalayan yang ada didalamnya. Ia tengah mendorong trolley, ketika seorang wanita mengenakan celana jeans dengan kaos ketat dan sandal flat memegang sebuah keranjang belanja. Wanita tersebut tampak memperhatikan Lastri dengan seksama,hingga Lastri merasa risih dan mengalihkan pandangannya. Ia tengah berada didepan rak berisi buah-buahan,tangannya tengah memilah buahan yang segar,tetapi wanita yang berdiri sejajar dengannya dan hanya berjarak sekitar semeter darinya tampak semakin mendekat. Wanita tersebut menepuk bahu Lastri,yang sedang memasukkan beberapa buah ke dalam plastik belanja.
"Lastri..?!" ucap wanita tersebut dengan intonasi yang cukup keras.Hingga beberapa orang disekitar mereka tampak kaget dan ikut menoleh. Lastri yang sontak kaget mendengar namanya dipanggil,tampak memperhatikan wanita itu dengan seksama. Hingga terlintaslah ingatannya pada seorang wajah yang dahulu begitu familiar dalam kehidupannya ketika ia masih berada di kampung.
" Ya Allah...Tia ??!" balas Lastri pada wanita dihadapannya itu. Wanita itu pun tersenyum senang. Ternyata teman baiknya itu masih ingat terhadapnya. Tia adalah kawan baik Lastri ketika masih duduk di bangku SMP. Mereka terpisah karena setelah lulus,keluarga Tia memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Hingga Tuhan berkenan mempertemukan keduanya kembali sekarang,yang tanpa mereka pun menduganya. Mereka saling bertukar telepon dan alamat. Inilah awal pertemuan keduanya kembali yang membuat tali silaturahim keduanya tersambung dengan izinNya.
***
Lastri tengah sibuk bebenah dirumahnya. Ketika sebuah pesan masuk kedalam inbox nya. Sebuah pesan dari sahabat baiknya,Tia yang ingin bermain kerumahnya.Lastri yang membaca message tersebut segera mengiyakan dengan jawaban yang singkat. Betapa senangnya ia,saat kesepian melandanya dirumah,sahabat baiknya mengunjunginya.
***
Sebuah mobil sedan berwarna hitam terparkir didepan rumah Lastri.Tia turun dari kursi kemudi. Ia menekan bel didepan pintu. Lastri berjalan menghampiri arah suara bunyi tersebut. Ia membuka pintu rumahnya, sahabatnya telah berdiri dihadapannya. Tia mengenakan sandal flat dengan kaos ketat berwarna hitam dan celana jeans serta tas jinjing kecil berwarna senada dengan kaos yang ia kenakan. Lastri menyalami dan mempersilahkan sahabatnya masuk. Lastri sendiri tengah mengenakan daster batik selutut. Tia menoleh ke sekeliling rumah. Lastri yang ia kenal dahulu berbeda jauh dengan yang sekarang. Ia tampak kaget dengan kondisi sahabatnya itu. Dahulu Lastri hanyalah seorang gadis desa,lugu dan miskin. Tetapi saat ini, ia tampak berubah drastis dalam kehidupannya.Lastri seperti tampak mengerti dengan keterkejutan sahabatnya itu.
"Silahkan duduk,Tia.. kau mau minum apa ?" panas atau dingin ? " tanya Lastri kembali.
"Oh..aku minuman dingin saja.." ujarnya menjawab. Lastri pun meninggalkan Tia sesaat. Ia membuka pintu kulkas. Mengambil sebotol sirup orange yang ia tuangkan ke dalam gelas dan dicampur dengan air putih dingin. Ia menyuguhkannya pada sahabatnya itu. Tia menenggak minuman itu. Perjalanan panjang yang cukup jauh dan melelahkan membuat haus di kerongkongannya. Hingga segelas sirup dingin tampak begitu menggoda baginya. Ia meletakkan kembali gelas itu diatas meja.
"Las,kamu banyak berubah...sekarang kamu telah sukses ya ? " tanya Tia dengan rasa penasaran.
Lastri menghela napas panjang. Ia pun menceritakan kehidupan pribadinya pada sahabatnya itu. Bagaimana ia menikah dengan Jaka hingga bagaimana suaminya saat ini memiliki pasangan hidup selain dirinya. Lastri yang berkaca-kaca menceritakan perjalanan hidupnya pada sahabatnya itu, tampak menahan airmatanya. Untunglah,Tia betul-betul sahabat yang baik. Mereka telah saling mengenal sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga SMP. Mereka bersahabat dan tidak terpisahkan. Tia mengelus pundak dan lengan sahabatnya itu. Ia tampak berempati mendengar kisah pilu sahabatnya itu. Ia sangat mengetahui bagaimana kehidupan Lastri ketika bersama ibunda kandungnya di kampung sana. Kehidupan yang jauh dari hingar bingar perkotaan dan jauh dari kata cukup. Tetapi ia mengerti Lastri seorang wanita tegar yang tidak pernah mengeluh dengan keadaannya.
"Kamu hebat,Las..aku bangga menjadi sahabatmu..aku tahu tidak mudah menjadi dirimu.." ucap Tia memberi support. Menguatkan sahabatnya itu.
"Terima kasih,Tia..Kau sendiri bagaimana kehidupanmu di Jakarta selepas kau meninggalkan kampung di Yogya hingga sekarang ini ? Kau tampak cantik dan modis.." ujar Lastri menanggapi sahabatnya itu.
" Oh...aku selepas dari Yogya aku melanjutkan SMA dan Sarjana S1 di sini. Sama seperti kehidupan kebanyakan orang. Lulus aku mendapatkan gelar sarjana komunikasiku, aku mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan brand kosmetik ternama MOOD. Aku bekerja sebagai PR dibrand tersebut. Itulah mungkin yang membuatku harus selalu tampil modis seperti sekarang.
" Hmm...apakah kau sudah menikah ?" tanya Lastri kembali pada sahabatnya itu.
"Hmm...untuk masalah jodoh,nampaknya aku kurang beruntung Las...aku pernah berpacaran dengan seorang lelaki selama 3 tahun,tetapi kemudian kami merasa tidak cocok satu sama lain,hingga kami putus..dan aku masih menjomblo seperti yang kamu lihat hingga sekarang ini.." jawab Tia pada sahabatnya itu dengan terbuka.
"Sabar..pasti banyak lelaki diluar sana yang mau menjadi suamimu nanti..." jawab Lastri sambil menghibur dan mencandai sahabat kecilnya itu. Mereka saling mengobrol dan tertawa mengenang masa-masa sekolah dulu. Hingga tak terasa malam pun tiba. Lastri mengajak Tia makan malam dirumahnya. Awalnya sahabatnya itu menolaknya, tetapi melihat ia memasak telur balado dengan tumis tauge membuatnya tergoda juga. Aroma wangi cabe yang gurih menggugah selera makannya. Terlebih ia merasa kasihan pada Lastri,dengan rumah sebesar ini ia tinggal sendirian. Akhirnya ia menerima tawaran untuk makan malam bersama Lastri terlebih dahulu sebelum ia pulang kerumah.
" Las,piye toh suamimu ora mulih,wis kamu sendiri dirumah saban hari ?" tanya Tia menggunakan logat Jawa yang tersisa,peninggalan saat dulu ketika ia masih tinggal di Yogya.
"Yah..kemarin dia sudah kesini toh...kadang ia suka pulang kok, Ya..hanya kalo ia lagi tidak disini..yah beginilah..aku sendirian disini...makanya sering-seringlah kamu main kesini..Biar aku tak merasa sepi.." ujar Lastri pada Tia yang tengah sibuk ******* nasi dan potongan telur balado dalam mulutnya.
"Hmm...kau memang sangat berbakat,Las dalam memasak...Masakanmu iki wis enak tenan..." ucap Tia memuji sahabatnya itu. Ia hanya tersenyum mendengar pujiaan sahabatnya itu.Hingga seperempat jam kemudian,Tia pamit pulang padanya. Langit telah gelap. Ia menyalakan mesin mobilnya dan perlahan bergerak menghilang dari pandangan Lastri.
***
3 bulan kemudian...
Lastri tak menyangka setelah kedatangan sahabatnya pertama kali kerumahnya,menjadi awal terjalinnya komunikasi mereka kembali. Mereka jadi kerap telponan,sms-an,atau sekedar jalan dan makan bareng diluar. Terkadang Tia mengunjungi kerumahnya atau Lastri yang bergantian bertamu ke rumah sahabatnya itu. Kesepiannya perlahan memudar. Setelah suaminya nyaris tidak pernah pulang ke rumahnya, Lastri perlahan melupakan kesedihannya menjadi istri yang dimadu. Tia,yang merupakan sahabat sejatinya itulah yang membuatnya lupa akan kesedihan dan kesepiannya,meskipun hanya sesaat. Kadang saat malam tiba,dimana harus kembali sendiri dirumahnya,Lastri teringat akan masa-masa indahnya dulu bersama suaminya itu. Hingga sebuah ide yang cukup brilian tercetus dari mulut Tia. Ketika mereka tengah makan disebuah restoran, Tia yang mengerti kondisi Lastri yang seorang ibu rumah tangga,pasti sangat terasa kesedihan,kesepian dan kejenuhannya ditinggal suaminya itu. Sebagai seorang wanita dewasa yang memiliki tingkat pendidikan yang baik dengan karir yang cukup bagus mengerti dengan kondisi sahabatnya ini. Tak disangka tiba-tiba saja ide muncul dibenaknya saat itu. Ia tahu,Lastri memiliki kemampuan dalam memasak. Ia sendiri seringkali mencicipi makanan hasil olahan tangan sahabatnya itu ketika ia bermain dirumahnya, yang ia mengakui sangat lezat.
"Las,wis kamu selain mengurusi pekerjaan dirumah tangga,adakah kegiatan yang kamu lakukan untuk melupakan kesepianmu ?" tanya Tia pada sahabatnya.
"Hmm..tidak ada toh,Ya..aku cuma seorang ibu rumah tangga..tidak sepertimu yang wanita karir...Kesibukanku hanyalah mengurusi rumah tangga setiap hari.." Jawabnya.
"Hmm..begini toh Las...menurut pendapat pribadiku saja ya..kau sepertinya cukup handal dan berbakat dengan tanganmu untuk mengolah makanan..kenapa kau tidak membuka usaha catering..yah..tak perlu skala besar dulu,cukup dalam skala kecil saja dulu..selain kau memiliki kesibukan yang bisa membuatmu lupa dengan kesedihanmu,siapa tahu kau bisa jadi pengusaha catering besar..." ujar Tia dengan senyum cerianya berupaya memberikan support untuk sahabatnya itu.
"Hmm...tapi aku tidak tahu bagaimana memulainya.." jawab Lastri padanya.
"Oh..kalo itu sich tenang saja..aku bisa membantumu.." ucap Tia kembali.
***
Lastri telah menyulap ruang dapurnya menjadi sebuah tempat menata/menghias tumpeng. Orderan pertamanya untuk usaha cateringnya adalah pemesanan sebuah tumpeng nasi kuning dengan berbagai lauk pauk lengkapnya. Ia telah menatanya dan membungkusnya sendiri dengan cukup baik. Hingga seorang kurir telah siap mengantarkan paket tersebut kepada sang pemesan. Tia lah yang memberikan orderan pertamanya ini. Sebuah acara dikantornya mengharuskannya memesan sebuah tumpeng nasi kuning sebagai bentuk perayaan akan keberhasilan suatu event yang diadakan. Inilah sebuah kesempatan emas yang digunakan Tia untuk membantu kawannya. Dengan bermodalkan persahabatan dan empatinya terhadap kondisi Lastri, ia berhasil membantu merintis usaha catering sahabatnya itu. Baru beberapa bulan berjalan, beberapa orderan telah masuk ke Lastri. Tia membantunya memasarkan melalui media-media sosial dan beberapa kenalannya. Rasa dan bentuk makanan yang dibuat Lastri membuat usaha cateringnya berjalan cukup mulus. Tidak sampai satu tahun, namanya sudah cukup dikenal beberapa orang sebagai penjual nasi kuning tumpeng dikawasan sekitar tempat tinggalnya. Bahkan ia kerap mendapatkan pesanan untuk beberapa perusahaan yang membutuhkannya. Kerja keras Lastri ternyata cukup membuahkan hasil nyata. Tanpa sepengetahuan suaminya itu,ia telah menjadikan rumah tinggalnya sebagai tempat usaha bagi dirinya pula, hingga ia memiliki 2 orang karyawan yang ia hire untuk membantunya saat waktu-waktu tertentu ketika pesanan meningkat. Inilah yang membuat hubungan persahabatan Tia dan Lastri bukanlah sekedar hubungan persahabatan,akan tetapi mereka partner yang hebat dalam berbisnis. Tia yang memang memiliki background sebagai public relation sebuah perusahaan brand kosmetik ternama kerap membantu sahabatnya itu mempromosikan bisnis catering nasi kuning yang dimilikinya melalui jaringan yang ia miliki. Inilah yang membuat persahabatan keduanya semakin erat,hingga mereka seperti saudara. Mereka mengenal sangat baik satu sama lain tanpa rasa iri diantara mereka. Inilah yang membuat Tia menjadi salah seorang yang berjasa kelak dalam kehidupan Lastri selain orang tua dan suaminya sendiri.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments