ONE DAY

ONE DAY

BAB 1

..."Alun-alun senja yang tampak indah di tepi pantai sore ini....

...Masih teringat jelas tentang bagaimana dengan kita dahulunya....

...Yang indah bagaikan rembulan purnama di malam hari....

...Namun semuanya tak bertahan selamanya.”...

 

One day,

akan ada satu hari dimana aku akan menemukannya.

Dimana semua luka dan isak tangis berhenti dengan sendirinya.

Ya.

Saat kedua tangannya meraih aku untuk sebuah pelukan.

Lalu dia berkata "Maaf aku terlambat datang."

"Shella, bangun Nak."

Terdengarlah panggilan Mama samar didepan pintu.

"Ya ma." Jawab Shella singkat.

"Bangun Nak. Kamu nggak masuk kerja hari ini?" Lanjutnya mama Shella yang bernama Sarah.

"Sekarang udah jam berapa emang Mam?" Tanya Shella yang sedang mengucek mata sampai perlahan berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Jam 7 pagi Nak." Jawab Mama padat.

"Waduh, telat nih Mam." Terbelalak lah mata Shella saat tau dia sudah terlalu telat bangun, setengah jam siap-siap ke kantor mana cukup.

Masya Allah.

Dan lansung berlarian Shella mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya bergegas lansung mandi.

Setelah beberapa saat selesailah Shella menghadang badai keterlambatan.

Jam dinding yang menunjukkan pukul 7.50 pagi Tampak Shella buru-buru keluar menuju mobil di bagasi dan secepat mungkin memanggil sopirnya.

"Shella tunggu Mama Nak, nih bekal kamu udah Mama siapkan. Karena kamu juga nggak bakal sempat sarapan telat gini." Panggil Mama sambil membawakan rantang mungil 4 susun berisi bekal makan pagi juga nanti untuk makan siang.

"Makasih Mama sayang, super perhatian.

Sayang banget deh Mamaku. Shella lansung pamit ya Mam." Ucap Shella sambil mencium pipi kanan kiri mama.

"Hati-hati Nak."

"Ya Mama. Assalamualaikum." Cium tangan Mama.

"Waalaikumussalam Nak." Sarah lansung masuk ke dalam rumah setelah anak keduanya itu sudah tak kelihatan lagi kepergiannya.

Anak kedua?

Yap, Shella adalah adalah kedua Sarah Marta Risma dan Irwan Haryanto. Anak pertama mereka bernama Lenka Haryati. kemudian anak kedua sekaligus terakhir mereka bernama Shella Haryati.

Lenka sudah dipungut alias dipinang oleh seorang pria bernama Dheni. Dan sekarang tinggal dirumah suaminya, karena kesibukan berkarir suaminya pun berkarir maka kesulitan untuk bisa pulang ke rumah. Paling tidak satu kali sebulan mereka pulang.

Keep biodata keluarga.

Next

"Shella, kenapa baru datang?

Kamu beruntung, bos belum sampai. Kalo udah sampai bisa-bisa di skors tuh Shel." Sapa Nada yang tampak kecemasan karena Shella datang terlambat.

"Hihihi. Kesiangan Kak. Oo iya Kak Nada udah dari tadi ya?"

"Belum juga dih Shel, kira-kira 10 menit."

"Hmmm. Ya sudah Kak. Aku lansung ke ruangan ya Kak."

"Okeh."

Nada adalah teman sekantor Shella, usianya satu tahun di atas Shella, dan Shella pun sudah terbiasa memanggil dengan sebutan Kak.

Shella bekerja di suatu perusahaan ternama yang membidangi komputer/teknologi dan sudah membuka beberapa cabang di tempat lainnya, perusahaan ini juga bukan tempat pertamanya Shella bekerja, sudah tempat yang ke tiga setelah tamatan sekolahnya dua tahun yang lalu. Shella menjabat sebagai Sekretaris pimpinan CV Renan Programing  yang CEO nya bernama Renan Wijaya

"Nada." Teriak Renan.

Tok tok tok "Masuk." Lanjutnya.

"Iya Pak, Bapak manggil saya?" Tanya Nada yang sudah di depan Renan.

"Iya, rincian keuangan kita tahun ini mana Nada? Kenapa belum sampai di saya?" Lanjutnya Renan.

"Oh iya maaf Pak, masih dimeja saya Pak."

"Cepat sekarang bawa kesini!" Tegasnya.

"Siap Pak. Permisi." Timpal Nada dan lansung pergi dari ruangan bosnya itu.

Tak beberapa menit kemudian Nada kembali ke ruangan bosnya dan lansung memberikan berkas yang bosnya minta.

Nada bekerja sebagai Bendahara atau pengatur keuangan perusahaan di tempat ini. Dia juga sudah lama bekerja disini.

Setelah jam pulang datang, semuanya bergegas berkemas untuk langsung pulang.

"Kak Nada. Tunggu." Ucap Shella dari kejauhan yang masih berada didalam kantor itu.

"Yap Shel, ada apa? Kamu belum mau pulang?" Tanya Nada bertubi-tubi.

"Iya Kak. Nih mau lansung pulang. Bareng aja yok Kak. Shella antar ke rumah."

"Nggak usah Shel. Ngerepotin."

"Nggak lah kak. Sekalian mau mampir ke toko sebelah rumah Kakak. Ada yang mau aku beli dulu Kak."

"Ya sudah, nolak kebanyakan toh kan dilarang."

Jawab Nada sumringah dan menaiki mobil Shella yang kemudian melaju hingga sampailah di depan rumah Nada. Karena rumahnya tak begitu jauh dari kantor tempatnya bekerja. Jalan kaki pun tak lama juga sampai berkisar 15 menit di perjalanan.

"Thank Shel." Ucap Nada sambil melambaikan tangannya.

"Iya Kak." Jawab Shella membalas lambaian tangan Nada.

"Pak stop Pak. Berhenti disini dulu." Perintah Shella ke Pak Ujang sopirnya itu dan lansung menuruti ucapan majikannya.

Setelah mobil itupun berhenti Shella lansung pergi untuk mencari sesuatu kebutuhannya.

"Lanjut jalan pulang Pak!" Pinta Shella setelah datang kembali dari toko yang barusan ia masuki itu dan membawa beberapa kantong yang entah apa isinya itu.

"Siap Neng." Ucap Pak Ujang dan melajukan kembali mobil bawaannya.

Setelah sampai dirumah dan Shella lansung masuk ke kamar kemudian terbaring kelelahan karena kerja seharian ini.

"Oo iya, buku tadi." Ingatnya dan lansung duduk dari baringan nya itu. Kemudian membuka kresek bawaannya tadi.

Dan membawa sambil baringan kembali.

Ting ting tong (nada dering panggilan telepon)

"Hallo, Assalamualaikum." Ucapnya setelah mengangkat telepon masuk.

"Waalaikumussalam. Hallo ini Shella." Balas seorang laki-laki.

"Iya  Maaf, ini siapa?"

"Aditya."

"Siapa ya? Maaf Kak Aditya kita pernah kenal?" Tanya Shella risih karena panggilan masuk dari seseorang misterius yang mengenalinya.

"Kenal, pernah kontak an dulu."

"Hah masa sih Kak?"

"Iya, saya dulu pernah ke rumah kamu Dek."

"Kapan Kak?"

"Lebih kurang 5 tahun yang lalu, waktu kamu masih mungil."

"Hah kok aku lupa."

"Gapapa lah. Udah lama juga. Save nomor Kaka ya."

"Hmmm okelah."

Panggilan pun terputus setelah keduanya berucap salam.

"Dengan rasa masih penasaran, aku terdiam merenung, memikirkan siapa pria yang barusan menghubungi tiba-tiba. Dan dapatkan nomorku dari mana. siapa dan siapa?" Ucap Shella dalam hatinya.

Shella menghilangkan pikirannya sejenak kemudian mengambil buku diary nya. Mengambil pulpen didekatnya kemudian mencoba sedikit menulis isi hatinya.

..."Pelangi, tak selalu datang setelah hujan....

...Ia kadang ada namun kadang juga tak tampak....

...Seperti ikan di lautan....

...Ada namun tak jelas keberadaannya menapak."...

...Pasang surut keadaan,...

...Semakin jauh melangkah,...

...Namun semakin dekat dengan kematian,...

...Tapi jiwa ini tak juga bisa tertata kembali....

...Karena sejauh apapun langkah telah berlanjut,...

...Perasaan ini, luka ini,...

...Menjerat dalam sanubari ku....

...Kapan?...

...Semesta akan menghapus menghilangkan ini semua dari benakku....

...Tak jelas kapan kita akan memulai,...

...Juga kapan dan dimana mengakhiri,...

...Cinta, kasih dalam masa laluku...

...Kenapa? Bagaimana? Semua ini bisa terjadi....

...Telah habis ku beri seluruh rasa di hati,...

...Namun hanyalah trauma kepedihan yang ku dapat....

***

"Reyhan." Panggil Zein

"Ya Zein."

"Sibuk nggak Lu bro."

"Nggak sih. Why?"

"Basket lah bro!"

"Mm. Ntar sore deh. Gue lagi puyeng."

"Kenapa lo?"

"Lo tau kan Gue sudah lama putus sama Shella, nggak abis pikir, gue gak bisa lupain tuh cewek."

"Move on lah, dunia ini luas bro."

"Dia tuh beda."

Pembicaraan mereka berlanjut sampai akhirnya keduanya terlepas dari kegalauan ketika melihat  seorang pemuda yang kehilangan waras nya sedang menari nari di depannya.

"Awas aja lo jangan sampai kek tu si tua."Tunjuk Zein ke pemuda tua itu.

"Ya nggak lah. Meskipun gue masih budak cinta ke dia tapi kalo kek si tua bangka mah kagak." Timpal Reyhan.

tut tut tut

"Assalamualaikum." Jawab Shella mengangkat  call WhatsApp masuk.

"Waalaikumussalam." Jawab Reyhan.

"Rey, ada apa? Tumben telepon.." Ucap Shella kagetnya karena entah sekian lama, entah berapa waktu yang telah dihabiskan tanpa Reyhan. Masa lalunya itu yang mungkin jika dihitung putus sudah hampir 2 tahunan, dan semenjak putus bisa dibilang hubungannya juga komunikasinya pun putus. Dan sekarang tiba-tiba telepon . Panik nggak tuh? Panik lah.

"Sorry aku ditantang temen aku Zein beranikah telepon mantan aku, yah aku telepon kamu deh. Maaf kalo keganggu." Ucap Reyhan

Gugup.

"Ooo. Iya gapapa lah. Tapi maaf aku lagi di kantor."

"Ya udah, see you, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Sesingkat itu?

Begitulah. Singkat namun meninggalkan bekas pikiran di benak.

Shella yang bertanya tanya di hati ada apa yang terjadi hingga tak karuan kerjaannya di kantor dan hampir saja berantakan semuanya.

...Reyhan?...

...Reyhan Pamungkas Prayitno....

...Sosok pria yang dahulunya sangat kucintai, hingga hubungan kamipun kandas karena ketidak sesuaian ego dan salah paham belaka....

...Awalnya aku sangat syok dan kelamaan terbiasa tanpa Reyhan,...

...Karena aku yang mulai mengintropeksi diri, kembali ke Illahi, menengadah mohon ampun. Dan akhirnya menyadari kesalahanku itu. Kesalahan terbesar yang pernah kuambil dan ku lalui....

...Pacaran?...

...Ya itulah kesalahanku....

...Larut dalam percintaan yang tak semestinya....

...Tak seharusnya diri ini memberi hati ke seseorang yang memang belum sepantasnya....

...Astagfirullah....

...Nauzubillah....

...Ini adalah terakhir kalinya....

...Zina?...

...Zina mata, zina hati, zina lisan, zina kata....

...Sekian banyak, sekian lama....

...Ya Tuhan Ampunilah hamba mu ini....

...Berderai berlinangan berjatuhan air mata di pipiku....

...Betapa kejamnya perpisahan, dan betapa manisnya hidayah....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!