NovelToon NovelToon

ONE DAY

BAB 1

..."Alun-alun senja yang tampak indah di tepi pantai sore ini....

...Masih teringat jelas tentang bagaimana dengan kita dahulunya....

...Yang indah bagaikan rembulan purnama di malam hari....

...Namun semuanya tak bertahan selamanya.”...

 

One day,

akan ada satu hari dimana aku akan menemukannya.

Dimana semua luka dan isak tangis berhenti dengan sendirinya.

Ya.

Saat kedua tangannya meraih aku untuk sebuah pelukan.

Lalu dia berkata "Maaf aku terlambat datang."

"Shella, bangun Nak."

Terdengarlah panggilan Mama samar didepan pintu.

"Ya ma." Jawab Shella singkat.

"Bangun Nak. Kamu nggak masuk kerja hari ini?" Lanjutnya mama Shella yang bernama Sarah.

"Sekarang udah jam berapa emang Mam?" Tanya Shella yang sedang mengucek mata sampai perlahan berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Jam 7 pagi Nak." Jawab Mama padat.

"Waduh, telat nih Mam." Terbelalak lah mata Shella saat tau dia sudah terlalu telat bangun, setengah jam siap-siap ke kantor mana cukup.

Masya Allah.

Dan lansung berlarian Shella mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya bergegas lansung mandi.

Setelah beberapa saat selesailah Shella menghadang badai keterlambatan.

Jam dinding yang menunjukkan pukul 7.50 pagi Tampak Shella buru-buru keluar menuju mobil di bagasi dan secepat mungkin memanggil sopirnya.

"Shella tunggu Mama Nak, nih bekal kamu udah Mama siapkan. Karena kamu juga nggak bakal sempat sarapan telat gini." Panggil Mama sambil membawakan rantang mungil 4 susun berisi bekal makan pagi juga nanti untuk makan siang.

"Makasih Mama sayang, super perhatian.

Sayang banget deh Mamaku. Shella lansung pamit ya Mam." Ucap Shella sambil mencium pipi kanan kiri mama.

"Hati-hati Nak."

"Ya Mama. Assalamualaikum." Cium tangan Mama.

"Waalaikumussalam Nak." Sarah lansung masuk ke dalam rumah setelah anak keduanya itu sudah tak kelihatan lagi kepergiannya.

Anak kedua?

Yap, Shella adalah adalah kedua Sarah Marta Risma dan Irwan Haryanto. Anak pertama mereka bernama Lenka Haryati. kemudian anak kedua sekaligus terakhir mereka bernama Shella Haryati.

Lenka sudah dipungut alias dipinang oleh seorang pria bernama Dheni. Dan sekarang tinggal dirumah suaminya, karena kesibukan berkarir suaminya pun berkarir maka kesulitan untuk bisa pulang ke rumah. Paling tidak satu kali sebulan mereka pulang.

Keep biodata keluarga.

Next

"Shella, kenapa baru datang?

Kamu beruntung, bos belum sampai. Kalo udah sampai bisa-bisa di skors tuh Shel." Sapa Nada yang tampak kecemasan karena Shella datang terlambat.

"Hihihi. Kesiangan Kak. Oo iya Kak Nada udah dari tadi ya?"

"Belum juga dih Shel, kira-kira 10 menit."

"Hmmm. Ya sudah Kak. Aku lansung ke ruangan ya Kak."

"Okeh."

Nada adalah teman sekantor Shella, usianya satu tahun di atas Shella, dan Shella pun sudah terbiasa memanggil dengan sebutan Kak.

Shella bekerja di suatu perusahaan ternama yang membidangi komputer/teknologi dan sudah membuka beberapa cabang di tempat lainnya, perusahaan ini juga bukan tempat pertamanya Shella bekerja, sudah tempat yang ke tiga setelah tamatan sekolahnya dua tahun yang lalu. Shella menjabat sebagai Sekretaris pimpinan CV Renan Programing  yang CEO nya bernama Renan Wijaya

"Nada." Teriak Renan.

Tok tok tok "Masuk." Lanjutnya.

"Iya Pak, Bapak manggil saya?" Tanya Nada yang sudah di depan Renan.

"Iya, rincian keuangan kita tahun ini mana Nada? Kenapa belum sampai di saya?" Lanjutnya Renan.

"Oh iya maaf Pak, masih dimeja saya Pak."

"Cepat sekarang bawa kesini!" Tegasnya.

"Siap Pak. Permisi." Timpal Nada dan lansung pergi dari ruangan bosnya itu.

Tak beberapa menit kemudian Nada kembali ke ruangan bosnya dan lansung memberikan berkas yang bosnya minta.

Nada bekerja sebagai Bendahara atau pengatur keuangan perusahaan di tempat ini. Dia juga sudah lama bekerja disini.

Setelah jam pulang datang, semuanya bergegas berkemas untuk langsung pulang.

"Kak Nada. Tunggu." Ucap Shella dari kejauhan yang masih berada didalam kantor itu.

"Yap Shel, ada apa? Kamu belum mau pulang?" Tanya Nada bertubi-tubi.

"Iya Kak. Nih mau lansung pulang. Bareng aja yok Kak. Shella antar ke rumah."

"Nggak usah Shel. Ngerepotin."

"Nggak lah kak. Sekalian mau mampir ke toko sebelah rumah Kakak. Ada yang mau aku beli dulu Kak."

"Ya sudah, nolak kebanyakan toh kan dilarang."

Jawab Nada sumringah dan menaiki mobil Shella yang kemudian melaju hingga sampailah di depan rumah Nada. Karena rumahnya tak begitu jauh dari kantor tempatnya bekerja. Jalan kaki pun tak lama juga sampai berkisar 15 menit di perjalanan.

"Thank Shel." Ucap Nada sambil melambaikan tangannya.

"Iya Kak." Jawab Shella membalas lambaian tangan Nada.

"Pak stop Pak. Berhenti disini dulu." Perintah Shella ke Pak Ujang sopirnya itu dan lansung menuruti ucapan majikannya.

Setelah mobil itupun berhenti Shella lansung pergi untuk mencari sesuatu kebutuhannya.

"Lanjut jalan pulang Pak!" Pinta Shella setelah datang kembali dari toko yang barusan ia masuki itu dan membawa beberapa kantong yang entah apa isinya itu.

"Siap Neng." Ucap Pak Ujang dan melajukan kembali mobil bawaannya.

Setelah sampai dirumah dan Shella lansung masuk ke kamar kemudian terbaring kelelahan karena kerja seharian ini.

"Oo iya, buku tadi." Ingatnya dan lansung duduk dari baringan nya itu. Kemudian membuka kresek bawaannya tadi.

Dan membawa sambil baringan kembali.

Ting ting tong (nada dering panggilan telepon)

"Hallo, Assalamualaikum." Ucapnya setelah mengangkat telepon masuk.

"Waalaikumussalam. Hallo ini Shella." Balas seorang laki-laki.

"Iya  Maaf, ini siapa?"

"Aditya."

"Siapa ya? Maaf Kak Aditya kita pernah kenal?" Tanya Shella risih karena panggilan masuk dari seseorang misterius yang mengenalinya.

"Kenal, pernah kontak an dulu."

"Hah masa sih Kak?"

"Iya, saya dulu pernah ke rumah kamu Dek."

"Kapan Kak?"

"Lebih kurang 5 tahun yang lalu, waktu kamu masih mungil."

"Hah kok aku lupa."

"Gapapa lah. Udah lama juga. Save nomor Kaka ya."

"Hmmm okelah."

Panggilan pun terputus setelah keduanya berucap salam.

"Dengan rasa masih penasaran, aku terdiam merenung, memikirkan siapa pria yang barusan menghubungi tiba-tiba. Dan dapatkan nomorku dari mana. siapa dan siapa?" Ucap Shella dalam hatinya.

Shella menghilangkan pikirannya sejenak kemudian mengambil buku diary nya. Mengambil pulpen didekatnya kemudian mencoba sedikit menulis isi hatinya.

..."Pelangi, tak selalu datang setelah hujan....

...Ia kadang ada namun kadang juga tak tampak....

...Seperti ikan di lautan....

...Ada namun tak jelas keberadaannya menapak."...

...Pasang surut keadaan,...

...Semakin jauh melangkah,...

...Namun semakin dekat dengan kematian,...

...Tapi jiwa ini tak juga bisa tertata kembali....

...Karena sejauh apapun langkah telah berlanjut,...

...Perasaan ini, luka ini,...

...Menjerat dalam sanubari ku....

...Kapan?...

...Semesta akan menghapus menghilangkan ini semua dari benakku....

...Tak jelas kapan kita akan memulai,...

...Juga kapan dan dimana mengakhiri,...

...Cinta, kasih dalam masa laluku...

...Kenapa? Bagaimana? Semua ini bisa terjadi....

...Telah habis ku beri seluruh rasa di hati,...

...Namun hanyalah trauma kepedihan yang ku dapat....

***

"Reyhan." Panggil Zein

"Ya Zein."

"Sibuk nggak Lu bro."

"Nggak sih. Why?"

"Basket lah bro!"

"Mm. Ntar sore deh. Gue lagi puyeng."

"Kenapa lo?"

"Lo tau kan Gue sudah lama putus sama Shella, nggak abis pikir, gue gak bisa lupain tuh cewek."

"Move on lah, dunia ini luas bro."

"Dia tuh beda."

Pembicaraan mereka berlanjut sampai akhirnya keduanya terlepas dari kegalauan ketika melihat  seorang pemuda yang kehilangan waras nya sedang menari nari di depannya.

"Awas aja lo jangan sampai kek tu si tua."Tunjuk Zein ke pemuda tua itu.

"Ya nggak lah. Meskipun gue masih budak cinta ke dia tapi kalo kek si tua bangka mah kagak." Timpal Reyhan.

tut tut tut

"Assalamualaikum." Jawab Shella mengangkat  call WhatsApp masuk.

"Waalaikumussalam." Jawab Reyhan.

"Rey, ada apa? Tumben telepon.." Ucap Shella kagetnya karena entah sekian lama, entah berapa waktu yang telah dihabiskan tanpa Reyhan. Masa lalunya itu yang mungkin jika dihitung putus sudah hampir 2 tahunan, dan semenjak putus bisa dibilang hubungannya juga komunikasinya pun putus. Dan sekarang tiba-tiba telepon . Panik nggak tuh? Panik lah.

"Sorry aku ditantang temen aku Zein beranikah telepon mantan aku, yah aku telepon kamu deh. Maaf kalo keganggu." Ucap Reyhan

Gugup.

"Ooo. Iya gapapa lah. Tapi maaf aku lagi di kantor."

"Ya udah, see you, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Sesingkat itu?

Begitulah. Singkat namun meninggalkan bekas pikiran di benak.

Shella yang bertanya tanya di hati ada apa yang terjadi hingga tak karuan kerjaannya di kantor dan hampir saja berantakan semuanya.

...Reyhan?...

...Reyhan Pamungkas Prayitno....

...Sosok pria yang dahulunya sangat kucintai, hingga hubungan kamipun kandas karena ketidak sesuaian ego dan salah paham belaka....

...Awalnya aku sangat syok dan kelamaan terbiasa tanpa Reyhan,...

...Karena aku yang mulai mengintropeksi diri, kembali ke Illahi, menengadah mohon ampun. Dan akhirnya menyadari kesalahanku itu. Kesalahan terbesar yang pernah kuambil dan ku lalui....

...Pacaran?...

...Ya itulah kesalahanku....

...Larut dalam percintaan yang tak semestinya....

...Tak seharusnya diri ini memberi hati ke seseorang yang memang belum sepantasnya....

...Astagfirullah....

...Nauzubillah....

...Ini adalah terakhir kalinya....

...Zina?...

...Zina mata, zina hati, zina lisan, zina kata....

...Sekian banyak, sekian lama....

...Ya Tuhan Ampunilah hamba mu ini....

...Berderai berlinangan berjatuhan air mata di pipiku....

...Betapa kejamnya perpisahan, dan betapa manisnya hidayah....

BAB 2

..."Denting denting piano menghiasi pagi....

...Membekas di dalam sanubari....

...Luka lama yang menggores hati....

...Terusik lagi dengan suaramu walau sekali."...

"Buku arsip masuk udah, keluar udah, pelayanan udah, administrasi udah. Ya udah semua." Bicara sendiri di kamar.

"Mam Shella pamit ke kantor. Assalamualaikum Mama. Shella buru-buru Mam. Ada meeting penting pagi ini."

"Iya nak, hati-hati. Waalaikumussalam. Udah makan kan ya nak?" Tanya mama sekali lagi.

" Udah mama. Bye Mam."

"Bye sayang."

Hotel Wijayakusuma.

"Shella, mari duduk." Ucap si bos.

"Baik Pak." Lansung ambil posisi duduk.

"Berkas lengkap ya kan?" Memastikannya.

"Iya Pak."

"Baiklah bagus."

Tak lama kemudian yang ditunggu pun datang.

"Hallo, dengan Pak Harya."

"Saya sendiri, Pak Renan Wijaya?" Tanya Pak Harya memastikan.

"Benar Pak, mari duduk." Basa basi Renan.

"Maaf sudah lama menunggu ya Pak Renan." Lanjut Harya.

" Baru saja Pak. Perkenalkan Shella sekretaris di kantor kami." Memperkenalkan Shella.

"Harya." Mengulurkan tangan.

Membalas uluran tangan "Shella Pak." Ucapku pasti.

"Cantik ya. Udah lama kerja sama Pak Renan?"

"Masih sekitar 1 tahun belakangan ini Pak."

"Hmmm. Baiklah. Kita mulai saja meeting nya Pak Renan."

"Ya Pak, jadi begini proposal kami."

Melanjutkan presentasi bisnis-bisnis yang akan mereka bangun bersama. Kerja sama antara beberapa cabang dan cara agar kerjasamanya selalu efisien.

Setelah selesai memperbincangkan bisnisnya mereka Shella, Renan juga Harya sama-sama beranjak meninggalkan Hotel.

Mereka kembali ke kantor masing masing.

Setibanya di kantor tempat Shella bekerja tiba-tiba Aditya melihat Shella datang dari belakangnya. Dan kebetulan Aditya juga menghadiri acara di kantor Shella bekerja rapat sosialisasi proyek baru yang akan dibangun dari hasil kerja sama dengan perusahaan tempat Shella bekerja. Karena memang jadwal hari ini begitu padat. Mengikuti meeting dengan pimpinan kerja sama dan juga mempublikasikannya ke kantor dan beberapa cabang yang terkait.

Aditya bekerja sebagai Kepala Bidang di PT Kusuma dan juga bekerja sebagai Administrasi di Islamic Senter pendalaman ilmu agama.

"Shella." Panggil Aditya.

"Iya." Jawab Shella.

"Aku Aditya."

"Ada minum Shel, haus nih panas banget cuacanya." berharap Shella memberi sedikit minum.

"Ada Kak. Bentar ya." Shella beranjak mengambil sebotol air minum aqua disisi pojok kanan ruangan tamu.

"Makasih Dek Shella."

"Sama-sama Kak. Mari duduk." Ucap Shella mengajak Aditya duduk di sofa tamu.

"Hmmm. Sibuk ya." Tanyaku memulai kembali pembicaraan setelah beberapa detik terputus karena hilangnya kosa kata.

"Sekarang kayaknya udah nggak deh Kak."

"Hmmm, ya sudah aku lansung pamit ya.  Masih ada kegiatan." Izinku.

"Ya Kak. Hati-hati." Jawab Shella perhatian.

Setiba dirumah masih teringat jelas wajah cantiknya Shella. Hingga membuat Aditya tak lepas pikir akan dirinya. Aditya lansung mengambil handphone di saku celananya dan lansuang send WhatsApp Shella.

"Assalamualaikum Shella. Sudah pulang kerja?"

"Waalaikumussalam. Maaf siapa?"

"Aditya."

"Oh Kak Aditya. Aku lupa menyimpan nomornya Kak. Maaf."

"Iya nggak kenapa Dek."

Masih kepikiran tentang kebenarannya. Kak Aditya dapat nomor dari mana dan kenapa bisa kenal.

"Maaf Kak. Boleh tanya?"

"Tanya apa Shel?"

"Kaka dapat nomor aku dari mana?"

"Dari temen kantor kamu."

"Siapa?"

"Roni Shel. Jadi gini, ingat nggak sekira satu bulanan lalu ada kegiatan realisasi pembangunan dan salah satu pesertanya itu aku. Dan diwaktu bersamaan kamu disana panitianya. Waktu aku ngeliat kamu Shel, aku keinget lima tahun lalu serasa itu kamu. Terus aku tanya sama temen kantor kamu yang duduk disebelah ku menghadiri acara itu. Dan ternyata benar kamu adalah perempuan yang aku temui lima tahun lalu diwaktu resepsi kakak kamu Lenka. Awalnya aku kenalnya sama kakak kamu Lenka. Karena kita hampir seumuran, sepermainan waktu kecil, dan juga kakak kamu pernah dekat dengan teman kecil aku. Jadi kebenarannya  aku kenal dekatnya sama kakak kamu Shella."

Shella yang terlihat kebingungan seolah memikirkan banyak hal yang perlahan dicerna nya.

"Ooo jadi gitu Kak." Jawab Shella beberapa waktu setelah ungkap Aditya panjang lebar.

"Aku juga pernah ke rumah kamu loh." Timpal Adit.

"Hah, masa Kak? Kapan? Kok kek aku nggak pernah tau ya."

"Masa gak ingat Shel. Dulu tuh kamu yang menjamu aku dirumah. Waktu itu lima tahun silam aku sempat mampir ke rumah bareng teman."

"Sumpah loh kak. Aku nggak ingat."

"Ya sudah. Lupakan saja. Sekarang kan udah kenal Shel." Jawab Adit sedikit kesal.

"Iya. Sekarang sedikit tau Kak." Senyum Shella.

Pembicaraan mereka terus berlanjut sampai sudah tak adapun topik pembahasan dan tanpa keinginan akhirnya berhenti dengan sendirinya.

'Maksudnya nih Aditya menghubungi Shella mau deketin Shella apa masih ingin untuk dekat dengan kakaknya Shella author? Dasar adit gak jelas.'

***

...Sejauh-jauhnya tepian....

...Akan selalu dikejar dari lautan....

...Selama-lamanya perpisahan....

...Jika sudah takdir akan kembali dipertemukan....

...Kali ini entah maksudnya apa....

...Entah tujuannya apa....

...Yang diri ini pun tak bisa memikirkannya lagi....

...Bagaimanapun sosok seperti apalah yang datang....

...Jujur saja diri ini masih belum siap untuk terluka....

...Karena memang bukan hanya saat ini namun berkali-kali sudah....

...Seseorang yang memperhatikan,...

...Berusaha mendekati....

...Namun di hati tak ada lagi ruang sedikitpun...

...Tak ada lagi rasa yang tertinggal....

...Rasa trauma masa lalu menjerumus sampai saat ini....

...Dipaksa rela oleh keadaan rasanya sungguh menyakitkan....

...Namun di setiap yang kali ini terpikir....

...Ku percaya tentang Kuasa Allah....

...Yang akan selalu membuahkan kebahagiaan tak ternilai kelak....

...Untuk hambanya yang mau bertaubat dan menjauhi setiap laranganNya....

...Insyaa allah wa aamiin....

Aditya adalah sosok lelaki idaman.

Idaman disini maksudnya itu adalah lelaki yang sholeh dan bertanggung jawab.

Meskipun dahulunya berandalan, yang sudah banyak melakukan kesalahan kriminal sudah pernah menjadi pendosa hebat. Namun beriringan waktu Aditya bisa berubah menjadi sosok yang sangat jauh lebih baik.

Yang dahulunya wanita hanyalah mainan, hanyalah senda gurau, yang dahulunya adalah pelampiasan keinginan.

Hoff dulu memang Aditya termasuk sosok lelaki ter b****** .

Tapi Masya Allah dengan berjalannya waktu Aditya saat sekarang ini lelaki terkemuka, terpandang, yang the best home nya adalah MASJID.

Sungguh siapapun kelak yang bersamaan dengan Aditya akan sangat beruntung.

...Kapal yang berlalu pergi....

...Akan selalu meninggalkan tepian....

...Entah itu hati....

...Ataupun penantian....

...Selembar kertas yang sedang ku Tores tinta hitam. Menandakan sebuah perasaan yang mungkin tak bisa ku jelaskan....

...Andai buku itu bicara, entah ke berapa kalinya ku tulis namamu....

...Wahai dikau masa laluku....

...Andai bisa waktu ku putar....

...Mungkin saja akhirnya bukan seperti ini....

...Karena benar salahnya tentang kita yang dari awal mengenal yang sudah salah mengartikan namanya cinta....

Tok tok tok. Tiba-tiba suara ketukan pintu kamar Shella berbunyi. Pertanda ada yang ingin memberitahu sesuatu.

"Non Shella, ada tamu didepan Non." Panggil Bi Rere dari depan.

"Siapa Bi?"

"Katanya temen sekolah Non."

"Ya sudah Bi, suruh tunggu bentar".

"Baik Non." Bi Rere bergegas kembali keruang tamu dan menemui si tamu yang sudah duduk manis di sofa tamu.

"Non, tunggu sebentar ya, Non Shella sudah menuju kesini." Ucap Bi Rere sambil memberikan gelas dalam mapan kaca berisi jus jeruk segar.

"Terima kasih Bi. Oh merepotkan Bi. Pakai minuman segala." Ucap gadis manis itu.

"Tidak merepotkan sama sekali Non."

"Terima kasih banyak Bi."

"Iya Non. Mari. Saya kebelakang dulu." Izin Bi Rere.

"Baik Bi."

BAB 3

Setelah bersiap-siap dan rapi Shella akhirnya beranjak menuju ruangan tamu akan menemui tamu yang dimaksud si Bibi.

Di dalam pikirannya yang masih banyak menyimpan tanda tanya. siapakah orangnya. siapakah dia?

Perlahan mendekat. Dan mendekat.

Shella selalu berpikir siapa teman sekolahnya yang tiba-tiba datang tanpa kabar lebih dulu.

Dan setelah tiba tepat di dekat ruangan tamu Shella kaget dengan siapa yang datang.

"Hai sahabatku." Panggil Vanala.

"Hai."Dengan keadaan kaget campur aduk bahagia sangat bahagia. Bisa kembali bertemu dengan sahabatnya itu. Sahabat yang terlalu banyak kisah suka duka bahagia pahit asam manisnya persahabatan.

Dua tahun tidak berjumpa. Berkabar pun jarang di media sosial karena banyaknya keterbatasan. Dan sekarang Allah pertemukan nyata di depan mata.

Rasanya bagaikan puing-puing yang telah pergi meninggalkan sangkar kembali datang dan memeluk erat kebersamaan.

"Loe kemana aja Van. Sudah lama tak pernah bertemu. Sumpah kaget dan kangen banget." Peluk Shella.

"Iyaa Shel, Gue juga. Kangen banget. Sama sahabat ter the best ini." Membalas pelukan Shella.

"Kabar terakhir yang We denger Loe ke Singapore ikut kakak loe kan Van? Terus Loe kapan balik. Udah tau-tau nongol disini."

"Iyaa. Kemaren. Rencana dirumah sebulanan ini Shel. terus balik lagi ke sana. Kerjaan We disana We tinggal aja."

"Susah ya kalo jadi anak perantauan kek Loe Van. Sibuknya minta ampun. Saking sibuknya buat ke kampung sendiri aja susah. Terus Loe kenapa nggak ngabarin We?"

Loe dan We itu adalah panggilan khusus panggilan sayang diantara mereka berdua.

"Hahaha (tertawa lepas sambil nyengir menggoda) kangen kan Loe? We sengaja balik nggak ngabarin. Sengaja juga pas balik lansung ke rumah Loe Shel."

"Emang paling bisa deh Lo bikin We pusing tujuh keliling ngeliat perangai Loe yang makin tua makin kek begitu aja Van."

Sambil terus ngobrol sampai nggak tau mau ngomongin apa lagi Shella dan Vanala sampai mereka ter ungkit masa dimana perkenalan mereka pertemuan dan persahabatan pertama kalinya terjalin.

2 tahun silam check.

"Shel, Shella." Panggil anak muda dibelakang kantin teriak buru-buru seakan akan ada hal penting ingin dibicarakan. Dan bener saja.

"Iya David. Ada apa?"

"Ikut yok." Ajak David sahabatnya itu.

"Ikut kemana? Ngapain?"

"Ke View Sunset. Ngerayain ulang tahunnya Vanala."

"Siapa aja?" Tanya Shella

"Banyak. Tenang aja Shel. Reyhan ikut kok. Kita rame-rame Shel. Ada kamu aku Reyhan, Adel, Intan Yoga dan Reno."

Karena saat ini Reyhan juga Shella saling tukar pandang, ibaratnya saling suka namun untuk mengungkapkannya masih susah.

"Okeh. Tapi kan aku nggak bisa sembarang ngikut kalian. Tau lah kosan ku kek penjara wanita." Sambil tersenyum senyum.

"Tenang biar Adel yang cari alasan biar bisa keluar."

"Okeh. siaplah. Habis pelajaran selesai ya kan David?"

"Iya lah. Sekarang emang kamu bisa?"

"Ya nggak juga."

Beberapa menit kemudian

Teng teng teng

Bel pertanda pelajaran pun habis.

Anak sekolahan SMA Bangsa itu seolah seperti anak TK sekolah. Berkecamuk siapa yang duluan keluar. Udah pada remaja tingkah ke anak-anak belia.

"Rey."Panggil Shella.

"Iya Shel. Jadi kan ikut?"

"Kamu ikut aku ikut Rey."

"Ya udah ayok. Yang lain udah pada nungguin Shel. Kamu bareng aku aja ya."

"Gapapa emang sama yang lain?"

"Lah emang kenapa?"

"ya udah. Ayok." Tangkas Shella daripada banyak kata.

Angin sepoi udara yang adem,

Bersama pasangan - pasangan anak sekolah ini. *SAHABAT*.

Tidak ada diantara mereka yang pacaran di dalam persahabatannya itu.

Setibanya di View Sunset berbagai macam cara dan fatamorgana akhirnya suprise an Vanala berjalan sangat lancar. Mereka terlihat sangat gembira.

Sampai akhirnya tiba pada sesi foto-foto. Dalam sesi ini terlihat jelas bahwasanya Rey yang susah payah ingin dapat foto berdua sama Shella namun Shella terlihat malu, enggan dan tidak pede diri.

Skip.

Setelah acara ulang tahun Vanala selesai mereka bergegas ingin kembali ke tempat tinggal masing-masing.

Namun salah satu di antara mereka mengalihkan perjalanan menuju tepi pantai.

Katanya.

"Belum sukses kalo belum lengkap. Yang tadi cuman view nya. Nah disini sunset nya. Di tepi pantai. Ya kan Van?" Ucap David pada Vanala. Sambil memberhentikan motor King nya di tepi pantai yang di maksud.

"Terserah kalian aja. Aku nurut. Dari tadi emang disuruh ngikut bae kan." Balas Vanala.

"Ya udah hayo main air." Teriak yang lainnya.

Tanpa pikir panjang mereka lansung memasuki pantai itu.

Terlihat jelas kebersamaan kebahagian mereka tanpa ada yang tidak menikmati kebahagiaan hari itu.

Basah kuyup.

Yahh itulah yang terjadi.

Shella gadis kosan yang terikat insiden dengan pihak ibu kos yang sudah terlihat sangat kecemasan di raut wajahnya karena sudah basah kuyup. Namun tiba-tiba salah sorang dari mereka memiliki ide yang sangat kreatif waktu itu.

"Tenang Shel. Yok berjemur. Ntar kering." Ajak Adel.

"Hah. Iya bener. Tumben mu pintar Del."

Ledek Intan.

"Emang We pintar." Jawab Adel.

"Kek ikan asin ya guys." Timpal Yoga tiba-tiba.

Mereka terkekeh ketawa bersamaan sambil menikmati suasana keindahan itu.

Banyak kisah.

Banyak perjalanan.

Banyak rasa

Banyak cobaan

Mereka bersama.

Meskipun bukan satu kelas.

Namun memiliki ikatan yang kuat.

Kuat di sekolah kuat juga di luaran sana.

Skip.

Disisi lain Shella juga mempunyai sahabat lain.

Ibarat geng Shella memasuki 2 geng yang berbeda.

Yaitu nya Shella, Retha, Arga, Bara, dan Syaka.

Shella Bara satu kelas bersamaan, Retha sendirian dan Arga juga di kelas yang berbeda. Namun Syaka dari sekolah yang berbeda.

Perkenalan mereka cukup rumit tapi kuat.

Retha dan Bara memiliki hubungan lebih dari sekedar sahabat. Bahasa sekarang nya pacaran namun disisi lain Bara cukup tertarik kagum dan memiliki simpatik lebih terhadap Shella. Tak lain tak bukan Arga juga Syaka sama seperti Bara. Ibarat perang atau pertandingan siapa dahulu yang akan mendapatkan Shella.

Memang rumit. Yang pada nyatanya Bara sudah menjadi kekasih Retha namun masih mempunyai simpatik terhadap wanita lain. Luar biasa sih Bara.

Di setiap kali melihat Shella Retha pun juga merasakan panasnya api cemburu namun apa boleh buat Shella sendiri adalah sahabatnya sendiri. Namun Shella tak terlihat sedikitpun ingin merebut Bara dari Retha. Entah dimana salahnya kenapa semuanya bisa seperti itu.

Namun kenyataannya Shella sendiripun tidak menyadari akan semua itu.

Dimana ada lelaki sekelilingnya yang menyukainya.

Ada Reyhan, Arga, Bara juga Syaka.

...Shela beruntung sudah di satu geng ada Reyhan yang tertarik. Di geng satunya lagi jadi rebutan para lelaki....

...Secantik itukah dirimu hai Shella. apa kah yang membuat mereka sampai se tertarik itu....

Author jadi ngiri nih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!