Hari ini Mira akan menemui Zia untuk mengantar makanan.Zia tersenyum saat melihat Nayla mengalami peningkatan.Nayla sudah di rawat di ruangan inap biasa.
"Assalam mu'alaykum."Mira masuk sambil mengenteng rantang berisi makanan untuk Zia dan Nayla.
"Wa'alaykum salam,ini apa?"Zia menyentuh plastik lalu mengambil dari tangan Mira.Zia tersenyum melebar saat membuka.Rantang berisi lauk kesukaannya.Sayup urap sambal ikan lele goreng.
"Kayaknya enak nih.Kebetulan aku juga lapar.Makasih Mir!"
"Iya,sama-sama.Kira-kira Nayla kapan di izin pulang?"Tanya Mira mengusap lembut puncak kepala Nayla.Nayla hanya tersenyum.
"Insya Allah,besok.Kira-kira bisa jemput gak?"
"Bisalah.Mas Arkan kan ada?Nanti aku chat."Ucap Mira melirik Zia yang begitu lahap.
"Kamu lapar banget?Makannya sampai lahap gitu."
"Iya Mir.Sejak dokter Fahri memberiku vitamin barulah aku berselera.Selama ini begitu banyak masalah yang harus aku hadapi.Batinku menekan!"Zia menunduk lalu menonga memandang Mira duduk di depannya.
"Kau itu berhak bahagia.Jika kau bersama dia maka kau akan terus terluka.Tinggalkan dia dan mulailah merangkai indah untuk masa depanmu bersama Nayla."Ucap Mira memandang Zia yang hanya terdiam.
Zian yang tak sengaja mendengar pembicaraan keduanya merasa tersudut.Mira terus saja menyadarkan Zia kalo Zian bukan suami yang baik.Sekedar bertanggung jawab tapi tak memiliki hati.
Zian masuk tanpa senyum.Zian memandang Zia dengan tenang.Tak ingin menampakkan kemarahan pada Mira yang terus memprovokasi ia dan istrinya.
"Zia,aku ingin bicara padamu?"
"Bicaralah.Aku akan mendengarkannya."Tegas Zia lalu menuju ke kamar mandi untuk mencuci tangan.Setelah mencuci tangan,Zia duduk beralas pada tikar yang ia beli untuk melepas malam berganti hari.
"Zia,aku ingin kita mengulangnya kembali.Aku tahu mungkin ini terlambat menyadari bahwa kau adalah cinta sejati.Aku janji akan memperbaiki semuanya."Zian mengambil kedua tangan Zia lalu menyentuhnya.
"Begitu ya?Tapi maaf mas aku bukan Zia yang dulu.Zia yang percaya ucapan manismu."Ucap Zia lalu berdiri menunjuk ke arah pintu.
"Jika tak ada yang ingin di katakan lagi,silahkan angkat kaki!Aku tak butuh suami yang memanfaatkan situasi demi kepentingan pribadi.Aku bukan barang yang udah bosan di pakai lalu di buang.Aku juga lelah mengantung hidup pada suami arrogant sepertimu.Lepaskan aku!Kau tak bisa adil mas.Mencintai wanita dalam satu waktu tapi hatimu masih mengambang untuk memilah antara aku dan dia."Cetus Zia menyekak air matanya.
"Apa kau tak kasihan pada nenek Tamara?Dia sudah menerima bahkan menganggapmu sebagai cucunya."Zian mencoba bernegoisasi pada istrinya untuk mempertimbangkan keputusannya.
"Kau meminta aku untuk kasihan pada nenekmu.Lalu dengan perasaan aku?Apa kau peduli?"Zian lagi-lagi tak berkutik.Zia sudah pandai mengatur kata untuk menyudut suaminya.
Sekarang cukup.Zia tak ingin di jadikan budak lagi oleh suaminya.Dia yakin ia pasti mampu hidup tanpa Zian.Zian juga harus bertanggung jawab pada Clara yang sedang hamil,buah cintanya.Zia juga tak mau menambah dosa untuk Zian yang tak bisa adil pada istrinya.
"Cukup mas,sebaiknya kau pergi dari sini.Aku tak ingin kehadiranmu di sini menambah beban pikiranku lagi.Aku benci kau mas."Lirih Zia lalu melepaskan cincin di jari manisnya.Cincin yang melingkar secara terpaksa dan benar keluarpun harus di paksakan.
Berhari-hari Zia di Rumah Sakit bersama Nayla.Zian tak pernah muncul bahkan saat ia meminta bantuan pada suaminya.Suaminya malah cuek bahkan mengatakan ia telah menikah dan lebih sakitnya wanita itu hamil.
Sekarang Zian muncul jadi pahlawan kesiangan,mana mungkin Zia mau apalagi menerimanya.Melihatnya saja sudah terasa perih di hati ini.Apalagi mendengar kata manis dari mulutnya.Rasa ingin muntah mengeluarkan racun berbisa yang dulu pernah ia berikan.
Arkan dan dokter Fahri datang.Mereka tak sengaja melihat dua pasangan ini sedang berperang sengit dengan lirihan suara agar tidak menganggu pasien lainnya.
Arkan memaling wajah tak ingin melihat.Sedangkan Mira tersenyum puas.Dokter Fahri menggeleng kepala lalu mendekati mereka berdua.
"Ini Rumah Sakit.Sebaiknya anda keluar!Keributan terjadi karna anda di sini,Pak Zian terhormat.Apa kalian tak kasihan pada Nayla?Dia butuh ketenangan.Ulah kalian membuat batinnya terluka karna kalian selalu bertengkar."Ucap Fahri lalu menuju ke arah Nayla yang dari tadi hanya menutup telinga melihat ulah orang tuanya tak pernah habisnya.
"Cukup Ayah.Jangan datang ke sini lagi kalo hanya ingin membuat masalah."Lirih Nayla.Nayla menangis memeluk Mira dan Zian hanya besandar di dinding Rumah Sakit yang ada.Zian mengusap kasar wajahnya lalu pergi.Perkataan Nayla tak menginginkan dirinya hadir sebagai Ayah yang tak mengharap kehadiran dia dan ibunya tentulah buatnya begitu terluka bahkan membekas di dalam jiwa.Jiwanya meronta tak ingin bersama.
Nayla masih ingat saat pertama mereka bersama.Zian menolaknya bahkan mengusirnya saat ia ingin mendekat.
Nayla sedang bermain bola.Ia tak sengaja melontarkan bola mengenai gucci yang tersusun di meja ruang tamu.
"Hei,kau.Apa kau tahu ini gucci mahal.Kau tak kan mampu membayarnya."Nayla mengusal mata dan menangis.Zian merasa risih dan memanggil Zia.
"Ziaa.Anakmu itu?Aku tak mau dengar suara tangisan anak itu,mengusik gendang telingaku.Di kantor sudah banyak pekerjaan.Jangan menambah bebanku lagi."Cetus Zian memaling wajah menuju ke kamarnya
Zia berlari mengendong Nayla dalam dekapannya.
"Sudah.Janganmenangis lagi.Biar ibu bersihin dulu guccinya.Kamu duduk manis di sini ya?"Nayla mengangguk lalu Zia memunguti puing-puing gucci yang berserakan lalu membuangnya.
Malamnya Nayla menangis karna sakit di perutnya.Zia yang baru saja terlelap harus bangun menghampiri Nayla.
"Kamu mengapa Nak?"Nayla menyentuh perut meringis menahan sakit.
Zian merasa terganggu lalu menghardik Zia dan Nayla.
"Kenapa lagi dengan anak itu?Tak habis-habis menyusahkan orang.Kau titip saja dia ke Panti.Toh,dia bukan anakmu dan juga bukan anakku.Sampai kapan kau mengurusi dan mengabdi padanya?Sementara aku terlalaikan.Istri seperti apa kau?Kewajibanmu itu melayani aku!Bukan bocah itu."Nayla menatap tak percaya pada ucapan Ayahnya itu.Begitu juga Zia memandang datar pada suaminya.
"Apa kau tak memikirkan perasaannya?Dia itu putriku.Kalau kau tak suka padaku jangan melampiaskan ke bocah yang tak berdosa."Zia memeluk Nayla,"sabar ya?Ibu akan membawamu ke klinik.Bertahanlah!"
Zia mengendong Nayla mencari klinik yang masih buka mengingat hari sudah pukul 21.00 wib.
Zia tersenyum merekah melihat ada klinik yang masih terbuka.
"Maaf,apa kliniknya masih buka?"Wanita paruh bayah itu memandang Zia datar dan mengangguk.
Zia meletakkan Nayla di ranjang pemeriksaan lalu berdiri di sisi Nayla menatap putrinya yang menahan sakit.
"Putri saya sakit apa?Karna berhari-hari ia meringis sakit perut dan panasnya juga tidak turun."
"Sebaiknya di bawa ke Rumah Sakit besar saja.Saya khawatir padanya.Nanti saya kasih obat dulu.Kalau belum ada perubahan,bawa saja ke Rumah Sakit."Zia mengangguk lalu membayar biaya pengobatan.
Zia mengendong putrinya lalu meletakkan putrinya di tempat tidurnya.Zia mengusap lembut rambut Nayla yang sudah terlelap tidur.
"Maafin ibu Nak?Andai saja ibu bisa memilih,tentulah ibu akan memilih kamu dari pada pria itu.Pria tak punya hati."Lirih Zian lalu mengusap air matanya.Zia menuju ke kamar suaminya.Terlihat Zian berdiri di depan pintu melipat tangan dengan wajah yang datar.
"Mengapa kau pergi tidak meminta izin padaku,hah?"Zian menarik tangan Zia dengan kuat ke kamar mandi.
"Mas,jangan lakukan ini padaku?Jika kau mau?Aku bisa melayanimu.Tapi jangan di sini,aku malu."Zia meronta meminta ampun pada suaminya.
Zian melepas eratan tangan itu lalu menyiram tepat di kepala Zia.Zia hanya pasrah memeluk tubuhnya.Ia tak menyangka kalo Zian juga kasar padanya.
"Jangan mimpi.Tubuhmu itu memang menarik karna aku sudah melihatnya.Tapi aku tak sudi menyentuh putik itu karna madunya sudah di hisap oleh kumbang lain."Hina Zian lalu meninggalkan Zia yang sudah kedinginan.
Zia tertuduk besandar lalu menangis.Butiran manik menerobos jatuh mewakili perasaannya yang terpukul atas ucapan suaminya terarogant itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐
jangan bersedih dan menangis hanya karena manusia tapi menangislah karena dosa
2022-01-13
0