Part 16

"Tidak apa-apa Zia.Lagi pula ini di kantin bukan di Rumah Sakit."Ucap Fahri lalu terpandang pada seorang pria yang menarik travelnya memandangi Zia yang sedang berdiri di samping Mira.Mira duduk berhadapan dengan Fahri sambil bercerita masalah penyakit Nayla.

"Hasil lab sudah keluar dan memang benar dugaan saya.Nayla terkena kanker darah.Tadi saya mencarimu tapi kamu gak ada di ruangan.Kebetulan ketemu di sini,saya sampaikan saja."Zia mengusap air mata mendengar berita tentang penyakit Nayla.Gemuruh menguncang perasaannya.Kemudian tiba-tiba seseorang pria menarik pergelatangan dengan kuat.Sontak Zia memutar tubuhnya.

Fahri memandang Zian dengan sedikit aneh.Zian terlihat tak menyukainya.Padahal mereka hanya membahas seputar penyakit Nayla.

"Siapa dia?"

"Dia Zian.Suaminya Zia."

"Suami yang tega menelantarkan istri sebaik Zia.Aku jadi pengen tahu siapa sosok suami Zia ini?"Fahri membayar makanan lalu mencari Zia di ruangan Nayla.

"Mas Zian."Ucap Zia lalu memandang Clara yang juga menyusul Zian dari belakang.

"Cepat ikut aku?"Zia dengan terpaksa mengikuti Zian ke sebuah ruangan yang sunyi senyap.Hanya yang nampak beberapa keranjang tidur pasien serta di tutupi kain.Dengan kesal Clara mengejar Zian namun Zian tak peduli.Zian menarik paksa Zia masuk lalu menguncinya dari dalam agar tak ada yang menganggu.

Zian melepas tangan dan menyandarkan Zia ke arah dinding.Ruangan itu begitu sepi tanpa suara.Zia merasa merinding pasalnya Zia mengeretnya ke kamar mayat.Zia memaku,tubuh seakan pasrah pada keadaan.Lalu ia mengangkat dagu menatap dalam Zia yang masih ketakutan.Sebelumnya Zian tak pernah memandang sedekat ini.

"Siapa pria tadi?Mengapa ia memandangmu begitu."Zian termakan cemburu saat Fahri memandangi Zia dengan tatapan yang sulit d artikan.Tangannya menyentuh pipi Zia dengan lembut.

"Singkirkan tanganmu itu.Aku mau menemui Nayla.Bukankah kau masih di Turkey?Lalu mengapa kau di sini?"Zia memandang dengan datar pada suaminya.Zia melepas paksa tangan itu namun Zian menarik kembali dan memeluknya.

"Maafkan aku Zia.Aku sudah banyak melukaimu."Zia terdiam dan tak bicara.Rasa kepercayaannya pada Zian memudar.Sejak Zian hanya berpura-pura mencintainya lalu menyampakkan dia begitu saja.Tanpa memikirkan perasaan yang sudah berkeping-keping menjadi butiran debu yang tak bearti.

"Stop mas."Zia melepas pelukan dengan kasar lalu pergi meninggalkan ruangan itu.Dia hanya bisa menggumam menahan air mata yang sedari tadi ingin di keluarkan.Clara menuju ke arah Zian yang terlihat gusar.

"Mas,jangan bilang kau sudah tertarik pada janda itu?"Cetus Clara menguncang pundak Zian.Zian hanya menunduk dan tak bicara.Semua dugaan Clara nyata adanya.Dirinya sudah terjebak pada ucapannya.Dia tak bisa mengelak lagi.Pikiran sudah terisi pada Zia dan Zia.

"Jawab mas."Merasa kesal pada sikap suaminya.Clara pergi meninggalkan Zian yang masih dalam pikiran yang mengambang.

"Aku tak boleh membiarkan ini terjadi.Ku rasa janin ini bisa ku manfaatkan untuk membuat Zian bertukuk lutut padaku."Ucap batin Clara mengulum senyum.Clara memilih kembali ke Rumahnya dan memikirkan rencana berikutnya.

Zia bukan senang atau berbunga-bunga mendengar pengakuan sang suami.Hatinya semakin sakit,remuk,bahkan hancur.Setelah apa yang dia lakukan padanya lalu dengan mudah ia percaya bahkan terbang dengan ketinggian tinggi lalu terhempas meremuk tubuhnya.Bukan tubuh tapi hatinya.Tidak,Zia tidak mau mengulang kesalahan untuk kedua kali.Zia harus menunjukkan kalau Zia tak selemah yang mereka pikiran.Zia ingin tunjukkan pada dunia kalo Zia tidak lemah,mudah percaya begitu saja.Sebelum Zian menunjukkan rasa penyesalan yang tulus maka Zia tak boleh klepek-klepek pada pria pengisi luka dalam hatinya.Dia ingin melihat apa pria itu sungguhan atau cuma bayang-bayang menjanjikan sejumlah kata manis agar ia terbang lalu menyambutnya dan melepas dalam jurang yang dalam.

Cukup lama,Zia memandang pantulan dirinya di cermin.Dia mengusap air mata lalu tersenyum menguatkan hatinya.Ia keluar dengan wajah yang masih basah.

Mira menghampirinya untuk mengatakan kalo Nayla sudah siuman.

"Zia?"Pekik Mira berlari tersenyum menunjuk ke arah ruangan Nayla.Nafasnya masih tersengal akibat berlarian kuat.

"Ada apa?"

"Nayla,Nayla sudah siuman?"Wajah Mira berbinar terang.Merangkul pundak sahabatnya yang sedang terluka.Mereka jalan beriringan sambil bercerita.

Seruan pelan berasal dari seorang yang berbaring di sana.Memanggil Bunda melepas rindu terlalu lama tak bersama karna jarak di alam bawah alam yang berbeda.

"Bunda..."Lirih Nayla dengan penutup suara masih melekat.Terdengar pengap dan samar-samar.Bocah itu menatap dalam pada wanita di sampingnya.Dengan segala kepucatan pada wajah dan tubuh terlihat kurus menekan batin hatinya yang rapuh.

"Iya sayang.Bunda di sini,Nak."Zia meletakkan tangan kecil di pipi lalu menciumnya.

Zia tak menampakkan rasa sakit pada putrinya.Kata semangat serta berusaha terlihat bahagia melihat putrinya sudah membuka mata dan bersuara.Tidak seperti kemarin yang masih enggan membuka mata menatap dirinya.

"Mengapa Bunda masih saja peduli dengan Nayla."Zia merasa ucapan Nayla sepertinya memikirkan keadaan wanita di depannya.Tentulah ia memikirkan karna Nayla adalah putrinya.Bocah memberi cahaya sehingga ia bertahan pada Rumah tangganya yang sudah mau roboh karna terlalu banyak kebohongan serta penghkianatan.

"Jangan katakan itu lagi.Bunda tak memiliki siapa-siapa selain dirimu."

Tak lama Fahri datang untuk mengecek kesehatan Nayla,apa ada perubahan atau penurunan.

Fahri tak sengaja melihat Zia sedang menyeka air mata yang keluar.

"Assalamu'alaikum anak cantik?"Sapa Fahri menghibur Nayla.Nayla yang begitu pucat dan terlihat tubuhnya yang semakin kurus.Fahri mengkhawatirkan pada Zia yang pastinya akan bertambah sedih mengingat penyakit yang Nayla idap ini sedikit parah.Kemungkinan untuk sembuh tinggal beberapa persen.Fahri mencoba berusaha untuk tenang.

"Pak dokter pasti bohong"Fahri melepaskan pengatup mulut agar Nayla bisa berbicara leluasa.

"Beneran,kamu itu kayak Barbie."Puji Fahri sembari melirik Zia yang mengusap rambut putrinya.

"Yang di katakan dokter itu benar.Kamu cantik kayak boneka Barbie."Lagi-lagi Zia tersenyum pada putrinya.

"Dokter..Kalau seandainya Nayla pergi duluan.Nayla titip Bunda yah?"Mata Zia berkaca dan memeluk putrinya.Zia tak sanggup harus kehilangan Nayla.Dia masih ingin melihat Nayla tumbuh besar seperti gadis lainnya.Zia meletakkan jari di bibir Nayla.Zia tak ingin lagi Nayla menggulang ucapan itu.

Zia yakin Nayla bisa di sembuhkan.Bahkan ia selalu memanjatkan do'a untuk putrinya.Zia belum sanggup harus merasa kehilangan untuk ke sekian kalinya.Dia masih ingin merangkai kisah bersama Nayla dengan penuh bahagiaan tanpa orang yang menyakitinya.

Cukup sudah hasrat terpendam memiliki keluarga bersama suami yang tak bisa menerima dia dan Nayla.Dia tak kan mau lagi masuk di jurang yang sama.Jurang yang dalam merenggang tubuh untuk naik ke atas namun pria itu membiarkannya begitu saja tanpa uluran untuk membantunya yang sedang terluka.

Terpopuler

Comments

NFIA

NFIA

masih mau2nya sm penghianat. orang kalau sudah pilih menikah harus menerima konsekuensi untuk berkomitmen dlm pernikahan. kalau kayak zain itu penghianat nmnya.

2022-04-03

0

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

hanya dianggap sebagai istri status diatas kertas,nantinya akan merasa kehilangan saat status itu hilang😔

2022-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!