Part 5

Zia begitu senang mengurusi Nayla.Bocah yatim piatu seperti dirinya.Zia begitu menyayangi Nayla seperti putrinya sendiri.Bahkan Nayla memanggilnya dengan sebutan Bunda.

"Bunda.Perut Nayla sakit." Nayla meremas bajunya menahan sakit yang sangat kuat.Nayla menggemam kedua bibirnya meringis lalu pingsan.

"Nayla,bangun sayang."Zia mengendong Nayla ke tempat tidurnya.Zia berusaha melumuri minyak kayu putih di perut Nayla.Namun Nayla juga belum sadarkan diri.Suhu tubuh Nayla meningkat menjadi 39'c.Zia benar-benar bingung.Dengan terpaksa Zia membopong Nayla ke Rumah Sakit.

Zia membaringkan Nayla di kasur tempat biasa mengecek para pasien yang sakit.Kemudian datang dokter wanita menghampiri dirinya.

"Dia kenapa bu?"dokter muda itu mengambil steoteskop meletakkan di ke dua telinga lalu meletakan benda kecil bulat di dada dan perut Nayla yang sudah sadarkan diri.Kemudian mengecek mata Nayla dengan senter lalu beranjak duduk di meja dan di ikuti Zia.Zia duduk menghadap dokter untuk mendengar penyakit Nayla.

"Sebenarnya Nayla sakit apa?"

"Saya belum bisa memastikan.Harus di lakukan scan di perutnya.Nayla harus di rawat dulu sambil menunggu hasil scannya keluar.Sebaiknya anda menyelesaikan dulu administrasinya.Baru kami bisa menindak lajuti pengobatannya.Sudah peraturan di sini." ucap dokter lalu meninggalkan Zia.

"Nayla tunggu di sini ya?Bunda mau nelpon paman dulu ya?"Zia berlari menelpon Zaid namun dirinya kaget karna yang mengangkat seseorang nenek tua.

"Assalam mu'alaykum mas,kamu lagi di mana?"ucap Zia lewat ponselnya.Zia mondar mandir memikirkan Nayla yang butuh biaya untuk pengobatannya.

"Wa'alaykum salam,maaf Nak.Suamimu sedang di Rumah sakit karna mengalami kecelakaan.Nenek baru saja ingin menghubungimu tapi kamu sudah nelpon duluan."

"Innalillah wa'inna ilayhiroji'un.Emang suami saya di rawat di Rumah sakit mana?"

"Rumah sakit Husada.Tolong segera ke sini?"

Zia mematikan ponselnya.Lalu beranjak menemui nenek tadi.Zia masih merasa bersyukur karna Zaid di rawat di Rumah sakit yang sama.Memudahkannya untuk menemukan suaminya.

Zia memandang kejauhan seorang nenek mondar mandir di sebuah ruangan sambil mengigit tipis jarinya.Raut wajah cemas dan begitu khawatir menghiasi suasana hatinya saat ini.

Kemudian seorang pria keluar dengan di baluti perban di pelipisnya menandakan bahwa pria itu usai mengalami kecelakaan.Pakaiannya juga terlihat ada bercak darah.Zia sangat mengenal pria yang jalannya terpincang akibat kecelakaan yang terjadi padanya.Pria yang pernah menghina dan mencaci makinya.

Seorang dokter keluar dengan wajah tanpa senyuman menghamiri nenek Tamara.

"Kami sudah berusaha semampu kami.Namun tuhan berkehendak lain.Korban mengalami luka yang begitu parah dan meninggal dunia."kata dokter.Tamara terdiam dan mengusap kasar wajahnya.Zian menepuk kasar pada dinding lalu menghadap neneknya.Tamara memeluk Zian.Ia tak ingin berpisah pada cucunya.Meski,Zian sering membuat ulah tapi Tamara selalu memaafkan.

"Nenek gak mau kamu masuk penjara.Siapa yang akan menjaga nenek?"lirih Tamara . Tamara tak bisa membendung kesedihannya.Jika istri dari korban melaporkan Zian ke kantor polisi.

Zia berlari menerobos masuk ke dalam ruangan memberi kisah pilu pada perjalanan hidupnya.Langkah gontai serta tubuhnya melemah memandang pria yang sudah di tutupi kain.

Zia memaling wajah tak mampu melihat pria yang berselimut putih.Tubuhnya lemas perasaan terhanyut sejenak.Seakan sebagian kekuatan pada tubuhnya menghilang dengan sendirinya.Zia menggumam memberanikan diri membuka kain putih menutupi wajah Zaid.Zia menangis terisak-isak.Bulir bulir mengalir deras dari pelupuk matanya.Zia tak mampu berucap.Ia memandang pria yang sudah di ambang pintu.

Pria itu mendekati dirinya yang sedang menangis menahan gemuruh serta angin kecang menggoyangkan tubuhnya yang sudah gemulai ini.

"Kau Zia kan?Gadis yang mengaku jasku hilang.Dasar munafik.Aku menemukan jas ku di penjual baju bekas." Zian meludah tepat di hadapan Zia.

"Di saat genting begini.Kau masih membahas jasmu itu.Lalu bagaimana dengan perasaanku yang harus kehilangan suami tercinta untuk selamanya.Semua ini gara-garamu yang ceroboh dalam menyetir."tegas Zia.Zia mencekram kerah kemeja Zian dengan keras.

"Aku akan melaporkan ke polisi,tuan Zian arrogant yang terhormat!"Camkan itu tegas Zia melepas kasar kerah pakaian Zian.Dengan segera Zian merapikan karna kehadiran nenek Tamara.

Zia memandang Tamara sekilas dan melangkah keluar.Sebenarnya Zia hanya mengancam saja.Pikirannya belum memikirkan sampai segitu.Zia masih bergelayut pada Nayla yang saat ini membutuhkan dirinya.

"Tunggu Nak.Nenek mohon!Pikirkan lagi keputusanmu itu.Zian tak sengaja menabrak suamimu."Tamara menarik tangan Zia agar menghentikan langkahnya.

"Apa nenek tidak lihat!Pakaian cucu nenek itu berbau khamar.Dia dalam pengaruh minuman.Kalo ucapanku bohong,tanyakan saja sama orangnya." cetus Zia lalu duduk.Zia benar-benar bingung.Di satu sisi dia harus mengurusi pemakaman suaminya namun di sisi yang lain dia begitu khawatir pada Nayla.

Seseorang dokter yang menangani Nayla tak sengaja bertemu dengan Zia.Zia terduduk mengusap wajah dengan kedua tangannya.

"Saya baru saja ingin menyerahkan hasil scan Nayla." dokter menyerahkan scan kepada Zia.Dengan tangan gemetar Zia menerimanya.Zia perlahan membuka amplop itu dan meminta dokter di depan dirinya menjelaskannya.

"Nayla terkena tumor pada bagian perutnya.Selama ini Nayla mengeluh sakit karna tumor ini sudah mulai menyebar pada sel yang lain.Di khawatirkan,jika tidak di lakukan operasi akan berbahaya."ujar dokter lalu memberi kertas persetujuan operasi.

Melihat Zia menangis dan tak tahu harus berbuat apa?Nenek Tamara mendekati dirinya.

"Aku bisa saja membantumu?Tapi kau harus mengurungkan niat untuk melapor cucuku ke Polisi.Dan kau Zian harus menikahi gadis ini?Ini perintahku pada kalian berdua.Kau tinggal pilih?Semua keputusan di tanganmu.Dan kau Zian!Kalo kau tidak menyentuh minuman haram itu,semua ini tidak akan terjadi.Berulang kali nenek katakan jangan menyentuh minuman itu lagi.Tapi kau terus saja mengulangnya.Apa kau tak takut sama hukum Allah.Sekarang lihat!Karna ulahmu kau merenggut nyawa suami gadis ini.Betapa sedihnya dia harus kehilangan suami untuk selamanya.Belum lagi ia harus memikirkan putrinya yang sakit.Jika kau tidak mendengar perintah nenek.Maka kau kan tahu akibatnya!" tegas Tamara lalu duduk di samping Zia mengusap punggung Zia dengan lembut.

Mira berlari mencari Zia.Mira mengetahuinya saat salah satu teman Zaid mengatakan kalo Zaid mengalami kecelakaan.Mira juga ingin memberi tahu kalo saat ini Nayla sedang menangis menyebut nama Zia.

"Zia..!" teriak Mira dengan nafas terengah-engah

"Mas Zaid Mir."Zia berdiri lalu memeluk Mira dengan dekapan yang kuat.Bulir air mata membasahi pundak Mira.

"Bang Zaid kenapa?"Suara Mira sudah tampak gemetar.Mira berlari masuk ke dalam ruangan yang sunyi.Hanya terlihat pria yang tertutup dengan kain hingga wajahnya.Mira mencoba perlahan membuka dan benar itu jasad Zaid.

"Bang Zaid?"teriak histeris Mira.Mira belum bisa menerima kepergian Zaid yang terjadi begitu cepat seperti mimpi.Manik mata Mira berkaca dan cairan itu lolos keluar dari pelupuk mata yang tak mampu membendung lagi.

Mereka saling berpelukan melepas kesedihan yang merasuh dalam jiwa keduanya.Tamara juga bisa merasakan hal yang sama.Tamara mengusap air matanya yang sedari tadi keluar memandang dua insan ini yang saling menguatkan satu sama lain.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Musyarafah Alqadrie

Musyarafah Alqadrie

yang sabar Zia😭😭😭🤧🤧

2023-01-24

0

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

😭😭😭😭😭 cedih,,,🤧🤧🤧🤧🤧

2022-01-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!