Zia terduduk di rerumputan yang tak jauh dari mereka bertemu.Dia tak mampu melangkah cepat saat petir menerpa perahu kertas yang ia tumpangi.Tubuhnya menguncang hebat bahkan hampir saja tenggelam di larut ombak.Untung saja seorang pria dengan cepat menangkapnya.
"Astagfirullah."Ucap pria berkaca mata itu.
"Zia?Mengapa kau bisa di sini?"Umpat Arkan memandang ke sekeliling taman.
Arkan dengan terpaksa memanggil gadis yang di sana untuk membawanya ke Rumah Sakit.
Tak lama,zia siuman lalu memegang kepala yang masih terasa berat karna seharian gak makan.Zia tak berselera, memikirkan beban hidup yang menghampiri silih berganti.
Zia mengatup wajahnya lalu menangis terisak-isak mengingat ucapan suaminya.
"Ada apa denganmu?Sudah dua minggu Zian tak masuk kantor.Apa kau tahu dia di mana?"
"Bukankah kau asisten pribadinya?"Lirih Zia yang mulai mengusap air mata dengan kedua tangannya dan beranjak turun dari tempat tidur Rumah Sakit kemudian berlari menemui Nayla.Zia tak menjawab lagi pertanyaan Arkan.
"Zia,tunggu."Zia berlari dengan kuat.Dia tak peduli lagi dengan Zian.Terlalu banyak pisau yang menikamnya secara lembut tapi menusuk.
Flash back off
"Mengapa kau tak memaki wanita itu?"
"Aku tak tahu bicara apalagi?Aku sudah terlanjur sakit hati pada ulah mereka.Bahkan saat ini Clara sedang hamil."Zia mencurah perasaannya yang begitu sakit.Tak mampu mengeluarkan kata-kata.Hanya terlihat air mata yang keluar membasahi pipinya.
"Lalu Nayla di mana?"Terlalu terbawa suasana,Zia sampai lupa pada Nayla.Tujuannya pulang untuk mengambil pakaian Nayla dan dirinya selama di Rumah Sakit.
"Nayla di Rumah Sakit.Kalau gitu,aku mau ambil baju yang sudah aku isi dalam tas.Kau tunggu sebentar ya?"Zia berjalan menuju ke kamarnya sambil memanggil Pak Andi untuk mengantarnya kembali ke Rumah Sakit.
"Mari Pak,kita harus cepat!"Ujar Zia lalu menarik tangan Mira yang masih kebingungan.Mira seakan tak percaya seorang Zian sanggup melakukan ini pada Zia.Selama ini Mira hanya mengira kalo Zian pria yang sombong saja ternyata juga suka mempermainkan seorang wanita.
Sesampai di Rumah Sakit,Zia segera menuju ke ruangan Nayla.Zia memperlihatkan kondisi Nayla pada Mira.
"Apa kau tega membiarkan bocah yang berbaring di sana sementara aku mampu membantunya?Dia gak punya siapa-siapa kecuali aku.Itulah alasan aku untuk bertahan.Aku tak peduli siapa Ibunya?Bagiku dia adalah putriku."Zia memeluk Mira menguatkan semangat untuk menghadapi cobaan yang berat ini.
"Ya,aku tahu Zia.Tapi kau juga berhak bahagia.Cobalah cari cara agar Zian sadar bahwa dirimu adalah yang terbaik untuknya."
"Aku tak tahu Mir.Saat ini,aku hanya fokus pada kesehatan Nayla.Biarlah aku yang sakit daripada bocah itu.Dia masih kecil dan masa depan dia masih panjang." Tak henti-hentinya Zia mencium tangan mungil itu.Seluruh tubuhnya goyah saat memandangi Nayla yang masih berbaring tanpa suara.
Mira mengusap punggung Zia yang sedang duduk di sisi ranjang.Zia meletakkan tangan mungil di pipi sembari memandang dalam bocah yang tak berdosa ini.Tiba-tiba ia teringat pada ucapan dokter kalau Nayla begini karna ulah ibunya sewaktu hamil banyak mengkonsumsi minuman keras.Zia melirik Mira untuk menanyai seputar masa lalu adik Zaid.Zia yakin Mira pasti tahu secara sepupuan.
"Mir,bisa kita keluar sebentar?Ada yang ingin aku tanyakan padamu.Ini menyangkut orang tua Nayla.Kau kan sepupunya pasti kau tahu?"Mira mengangguk dan mengikuti tubuh Zia yang sepertinya ingin ke kantin untuk mengisi perut mengingat ia juga mengidap penyakit.Meski selera menghilang ia tetap harus tetap berusaha untuk makan walau pada akhinya cuma dua suap.Setidaknya bisa menganjal agar maagnya tidak kumat.Dia tak ingin terlalu memikirkan masalah ini mengorbankan kesehatan.Sementara Nayla membutuhkan dirinya saat ini.
Setelah memesan makanan dan minuman.Mira memandang aneh pada Zia yang berpura tegar sebenarnya hatinya rapuh.Jika di sentuh mungkin akan melubur.Mira menyuruh Zia makan.Dengan lemah Zia memasukkan nasi ke mulut lalu mengunyah lama seakan mulut enggan menerima asupan.
Terasa berat namun di paksakan dengan meneguk air putih sebanyak-banyaknya.Mira memandangnya merasa kasihan dan menelan saliva melihat sikap Zia yang terlalu memaksa diri untuk tetap bertahan hanya demi Nayla yang status bukan anak kandungnya.
"Mir,kau kan sepupunya mas Zaid?Apa kau kenal dengan ibunya Nayla?Secara kau kan sepupunya."Tanya Zia lalu memandang Mira sebenarnya bingung harus memulai dari mana.Sebelumnya Zaid pernah menjalin hubungan dengan seorang gadis.Menurut cerita orang gadis itu bukanlah gadis yang baik.Zaid yang terlalu kasihan dengan terpaksa ia menanggung biaya hidup seorang gadis yang bersedia menikah dengan Zahid dengan syarat Zaid bersedia membiayai persalinannya.Sampai gadis itu melahirkan seorang bayi perempuan bernama Nayla.Setelah melewati masa nifas,gadis itu meminta izin untuk bertemu keluarganya di kampung dan berjanji akan memperkenalkan Zaid kepada orang tuanya.Dari minggu ke minggu hingga bertahun-tahun tak kunjung datang bak seperti di telan bumi.Dengan hati kecewa dan sedih atas perlakuan gadis itu padanya.Zaid tak menyalahkan bayi itu.Justru ia membesarkan dengan kasih sayang tanpa sosok ibu di samping anak tersebut.Setelah memutuskan menikah dengan Zia barulah ia memberi tahu pada Zia bahwa ia memiliki keponakan.Tak menceritakan masa lalu Nayla karna terlalu sedih untuk di ungkapkan.
"Maaf Zia,ceritanya panjang.Tapi Nayla itu bukan keponakannya.Nayla bisa di katakan anak yang tak di impikan oleh orang tuanya.Buktinya sampai sekarang gadis itu tak menampakkan hidungnya."Ucap Mira dengan tegas.Di samping itu ia kecewa pada gadis yang tak punya hati memanfaatkan mas Zaid untuk urusan pribadinya.Lalu meninggalkan Nayla tanpa rasa kasihan pada bayi mungil yang jelas darah dagingnya sendiri.
"Tapi mas Zaid bilang kalo ibunya meninggal karna kecelakaan?"Perlahan tabir mulai terbuka.Zaid sengaja membohongi pada Zia.Zaid tak ingin Zia curiga bahwa ibu Nayla adalah gadis yang memberinya cinta yang semu.
"Itu tidak benar Zia.Aku harap kau mau memaafkannya karna ucapan bohongnya yang sengaja ia tutupi.Mas Zaid tak ingin kau memcari gadis itu karna terlalu sakit untuk di ceritakan kembali."Mira mengucapkan itu lalu mengusap pundak agar Zia kuat dan mau memaafkan Zaid karna telah menyembunyikan rahasia tentang Nayla padanya.
Jujur,Zia kecewa pada sikap Zaid yang tak terbuka padanya.Kalaupun Zaid menceritakan tentulah Zia tetap menerimanya dan Nayla.Zia bukan tipe wanita yang mudah yang mengetahui masa lalu seseorang kemudian meninggalkannya hanya karna ia tak terima dengan kisahnya yang terlalu terlihat pada sebuah hubungan yang tak kesampaian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐
🤧🤧🤧🤧kapan ini perbawanganya habis,,
2022-01-09
0