Part 17

Tubuh Zia melemas harus mendengar kata pahit dari dokter Fahri.Fahri mengatakan kemungkinan untuk sembuh ada,tapi membutuhkan kesabaran yang extra.Kemotrapi yang biasa di lakukan pasien juga memiliki efek bagi penderitanya.

Rambut rontok,penurunan berat badan,nyeri tulang bahkan bisa juga kankernya semakin parah karna sistem kemo bekerja tidak bisa memilah mana sel yang baik dan buruk.Jadi,kemungkinan kankernya semakin berkembang.

Zia besandar memegang kepala dengan kedua tangan dengan kuat.Ingin berteriak tapi tak mampu.Bibir gemetar menahan bongkahan kesedihan yang harus di lepas.Zia memeluk tubuhnya lalu menunduk.Perkataan Fahri memutar di benak yang tak bisa di hentikan karna terlalu ringan untuk di ucap tapi berat untuk di lupakan.Dia tak peduli orang sekeliling melihat ia menangis tanpa sandaran.Zian datang merangkul pundak dan memeluknya.

"Hentikan mas."Zia meronta menolak pelukan itu.Zia tak mau lagi pria itu menggelambuinya.Dia sudah terlalu lelah pada kepenatan hidup dengan aturan Zian.

"Zia,aku ini suamimu.Mengapa kau menolak aku peluk?Bukankah tidak ada pembatas antara aku dan dirimu?"Lagi-lagi Zian memajukan langkah.Begitu juga Zia terus sajamenghindar seakan tak berharap sergapan itu.

"Kau bilang tidak ada?Justru penyekat itu sangat dekat di hati."Zia menepuk pelan di dadanya dengan isak air mata.Zia berlalu pergi meninggalkan Zian.

*****

Mira dan Arkan saling mengatup tangan.Tangan keduanya saling menempel membentuk sebuah tepukan karna misi mereka berhasil.

"Aku puas melihat Zian seperti pengemis?"Ucap Mira dengan senyum sinis.Dia tak tega melihat Zia terus-terusan menangis dalam diam.

"Iya,aku juga puas.Tak sia-sia mempunyai partner kerja sepertimu.Meskipun aku sahabatnya namun aku tidak suka pada sikap Zian mempermainkan wanita."Ujar Arkan lalu memandang gadis di sampingnya.Gadis tersenyum manis tapi tomboy.Arkan membayangkan jika Mira seperti Zia.Menutup kepala dengan jilbabnya tentulah ia akan senang.Mira memiliki dagu berbelah serta bibir yang tipis,rambut lurus sepanjang pundak,dan khas dari Mira topi yang miring.

"Hei,mengapa kau memandang aku seperti itu?"Mira mengambil tas ranselnya lalu meletakkan pada pundaknya.Mira berlalu meninggalkan Arkan menuju menemui Zia.

Kemudian ia memutar tubuhnya lalu memberi hormat pada Arkan yang dari tadi memandang dengan senyuman.

"Unik?"Batin Arkan lalu melihat ponsel Mira yang ketinggalan.Arkan tak sengaja melihat foto Mira bersama Clara.Arkan memandang aneh pada kedekatan mereka.Hubungan mereka sangatlah dekat.Mira memeluk Clara dari belakang sambil menulis di postingan itu dengan My sister sekitar beberapa tahun yang lalu.

Tak lama Mira memutar tubuh teringat akan ponselnya.Ia berjalan terburu-buru takut-takutnya indentitasnya ketahuan.Arkan melihat Mira menuju ke arahnya.Arkan melenturkan tubuhnya yang tadi menegang.Arkan terlihat santai memberikan ponsel pada Mira.

"Kau pasti ingin mengambil ini kan?"Mira mengangguk lalu mengambil ponselnya di tangan Arkan.Arkan mencoba mencerna apa yang ia lihat tadi.Bayang-bayang foto itu bermain di pikiran.Seperti memaksa untuk menuntun mencari tahu,siapa sebenarnya Mira?Apa Mira hadir secara kebetulan atau emang sengaja dengan misinya.

Teka-teki itu memutar otak seorang Arkan untuk bekerja keras.Besoknya ia bertemu dengan Zian.Zian terlihat sedang duduk di kantornya.

Arkan menekan intrerkom lalu masuk melihat Zian sudah tak biasanya.Dia hanya diam memikirkan masalah pribadinya.Seluruh urusan kantor ia serahkan dengan sahabat setia yang ternyata juga terlihat membuat masalah barunya.

"Sampai kapan?Propersional dung pada kepimpinanmu.Jangan lembek gini."Zian merenggangkan kerah kemeja sambil menatap dalam sahabatnya.

"Sejak kapan kau peduli?

"Sejak dulu.Kalau gak sanggup poligami jangan memaksa?Sekarang lihat?Siapa yang tersakiti?Poligami itu butuh ilmu,jangan asal menjalankan hanya karna nikmat sesaat.Pertanggung jawab yang harus kau terima dunia akhirat.Jika kau tak mampu menjalani,lepaskanlah antara salah satunya agar mereka menemukan kebahagiaan sendiri.Kau malah menzholiminya.Itu tidak adil dan malah kau sendiri yang merasa akibat keegoisanmu."Ucap santai Arkan duduk menyilang kaki sambil memainkan jari mengetuk kecil meja Zian.

Zian masih pada penderiannya.Masih ingin mempertahankan Zia.Di samping ia mulai menyukainya,ia juga khawatir kalo sampai neneknya tahu maka masalah akan bertambah runyam.

"Bilang saja kau menyukai Zia kan?"Arkan berjalan lalu membungkuk dan berbisik."Jika di beri kesempatan."Arkan terkekeh melihat raut Zian yang kesal.

"Ku rasa ada pria lain yang menyukai Zia secara diam?Yang pastinya lebih baik dari kamu."

"Siapa?"Cetus Zian menaikkan alisnya

"Dokter Fahri.Ku rasa dia lebih pantas dengan Zia.Satunya sholeh dan satunya sholeha.Jika di padukan pastu perpect abis."Arkan memandang langit ruangan.Dia membayangkan sambil tersenyum dan menggeleng."Terlalu indah untuk di lupakan dan terlalu sedih untuk di kenangkan."Ucap Arkan lalu pergi meninggalkan Zian.

Arkan sengaja memanasi sahabatnya yang satu ini.Agar bisa bertindak cepat sebelum terlambat dan menyesal di kemudian hari.

*****

Mira memandangi dan menyentuh lembut foto mediang ibunya.Rasa rindu menyimuti batin.Sejak lahir Mira tak merasa dekapan kasih ibu karna ibunya meninggal dunia saat melahirkan dirinya.Bahkan teman ibunya berkata kalo ibunya meninggal memiliki sakit asma yang parah.

Sejak kecil,Mira di besarkan oleh teman ibunya bernama Elyn.Lalu Elyn meninggal dunia karna kecelakaan maut menimpa dirinya saat Mira menginjak Sekolah Menengah Atas.

Mira sangat terpukul lalu ia hidup sebatang kara.Menjalani hidup tanpa uluran orang tua menjadikan ia menyimpan dendam pada Ayahnya sendiri.

Saat dia kuliah,Zia tak sengaja bertemu dengan Zaid.Keduanya seperti kakak adik.Zaid menganggap Mira seperti adiknya.Mereka sangat kompak dan selalu akur selama menjalin hubungan.

"Mir,bang pengen kenalin kamu dengan seseorang?"Mira memandang gadis yang duduk manis di samping Zaid.Wajahnya cantik,dan terlihat pucat namun ia memolesnya agar Mira tidak curiga.

"Siapa dia?Pacarmu ya?"Goda Mira menggelitik pinggang Zaid.

"Bukan.Tapi aku mau dia tinggal bersamamu,boleh?"

"Tinggal?Kenapa gak tinggal denganmu saja?"

"Kau sudah gila ya?Dia itu wanita,aku takut khilaf nikmat sesaat."Ucap Zaid terkekeh sambil melirik Levina agnesia.Levina tersenyum malu pada ucapan Zaid.

Levina,gadis korban dari pria yang tidak bertanggung jawab.Pria itu menghamili Levina lalu menyampakkannya seperti sampah yang tak bearti.

Levina begitu terpukul.Merasa menyesal memberikan mahkota hanya karna janji manis pria brengsek itu.Levina menyentuh perutnya yang semakin membesar.

"Kak lev,kamu kenapa?"

"Aku sedih pada nasipku yang tak sekuat dirimu.Andai saja aku seperti kamu,Mir.Wanita yang tak mudah memberi hal yang berharga hanya karna janji manisnya itu.

"Percayalah,pria yang menyakitimu itu akan mendapat balasan atas perlakuannya padamu.Jadilah wanita seperti mutiara yang selalu menjaga dirinya dari dalam.Tak semua orang bisa melihat dan memilikinya.Kecuali orang-orang yang sudah bekerja keras untuk mengambilnya.Mereka harus mengarungi laut dalam untuk bisa mencapai dan memiliki dengan usaha yang penuh rintangan.Anggap ini sebagai pelajaran.Ingat itu!"Ucap Mira menepuk pundak merangkul pundak dan meletakkan kepada Levina di pundaknya.

Terpopuler

Comments

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

jadilah seperti MUTIARA ,,👍🏻👍🏻

2022-01-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!