Zia masuk ke kamar dengan menahan kesal dan kesedihan.Zia juga menyuruh Arkan pergi meninggalkan dirinya.
Arkan sebenarnya tak tega pada Zia.Andai saja ia di beri kesempatan mungkin ia akan menikahi Zia.Zia gadis yang baik dan polos ini tak pantas mendapatkan suami seperti Zian yang rela memperlakukan kasar pada istrinya.
Arkan melaju mobil menemui Zian di butik Clara.Sebelum itu,Arkan sudah mengirim pesan kepada bosnya, bahwa ingin bertemu untuk menandatangani berkas penting.
Arkan melihat betapa mesranya Zian dan Clara.Mereka saling merangkul pinggang dan berjalan menemui Arkan.
"Kau menganggu aku saja.Mana laporannya?"Sindir Zian lalu menengadah tangan.
"Nah."Arkan meletak kasar laporan dan memaling wajah.Arkan tak ingin melihat dua pasangan yang tak punya hati ini.
Setelah mengambil laporan dari tangan Zian.Arkan masuk ke mobil tanpa senyuman atau ucapan terima kasih.
"Ada apa dengannya?"Ucap Zian yang melihat mobil Arkan melaju meninggalkan keduanya.
"Mungkin asistenmu itu sedang buru-buru.Sebaiknya kita masuk ke dalam.Aku harus melayani tamu yang sudah menunggu kita."Ucap manja Clara menarik paksa tangan Zian.Zian masih terdiam memikirkan sikap dingin Arkan padanya.
Setelah pulang dari acara Clara.Zian memutuskan kembali ke hotel mengingat Zia pasti belum makan.Zian tak mau neneknya curiga kalo ia tidak memperlakukan baik pada Zia.
Zian membuka pintu kamar hotel yang neneknya persiapkan untuk malam pengantin dia dan Zia.Terlihat Zia yang sedang muntah-muntah serta butiran-butiran keringat mengalir di pelipisnya.Zia begitu lemas meremas gamisnya.
Cukup lama Zian memperhatikan istrinya dalam bungkaman yang lama.Tak ingin mendapat masalah,dengan cepat Zian membaringkan Zia di tempat tidurnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?"Zian terlihat gusar lalu mengendong Zia menuju klinik yang tak jauh dari hotel tempat dia menginap.
Setelah dokter memeriksa Zia.Dokter meminta Zian duduk untuk menjelaskan perihal sakit Zia.
"Istri tuan mengindap sakit maag.Saran saya jangan membiarkan dia tidak sarapan apalagi sampai tidak makan sama sekali."Pesan dokter lalu memberikan beberapa obat untuk di konsumsi Zia selama melewati proses penyembuhan.
"Baik dok,terima kasih."Ucap Zian lalu melihat Zia yang sudah berdiri memegang dinding untuk keluar dari ruangan pemeriksaan di klinik tersebut.Zia mencoba berdiri namun tubuhnya belum mampu menompang untuknya berjalan.
"Jangan memaksa diri."Zian merangkul pinggang dan membantu Zia memapah.Kedua mata mereka saling menatap.Dengan cepat Zia membuang muka.Zia sangat marah dan kecewa pada suaminya.Andai saja ia tidak sakit,mungkin ia sudah memberontak di sentuh oleh pria yang berstatus suaminya saat ini.
Sesampai di hotel Zian membaringkan Zia di tempat tidur.Ada rasa menyesal di hati Zian meninggalkan Zia tanpa memberi tahu pada pelayan hotel untuk mengantarkan makanan untuknya.Zia orang biasa yang tak pernah menginjak hotel tentulah dia bingung.
"Sudah,tak usah kau urus aku.Pergilah sana!Urus saja pacarmu itu,Clara.Kan tanggung jawabmu Clara,bukan aku."Lirih Zia yang tak mampu membendung rasa sakitnya.
Zian tertegun pada ucapan istrinya barusan.Dia tak menyangka kalo Zia sudah berani berkata pedas padanya.
"Apa yang kau katakan?"
"Kau masih tak mengerti?Semalam pacarmu itu mengatakan kalau kau dan dia sudah tidur bersama.Lalu pernikahan ini apa artinya?Seharusnys malam itu menjadi malam pengantin kita malah kau mengotori dengan melakukan itu dengannya?"Ucap lirih Zia.Zia sadar dirinya menikah karna terpaksa tapi ia berusaha menerima takdir yang Allah berikan padanya.Zia berusaha untuk menerima kekurangan Zian.Baginya tak ada suami yang sempurna.
"Kalo kau tak menerima pernikahan ini.Kau katakan saja pada nenekmu!Jangan kau lampiaskan ke aku.Aku ini manusia bukan budakmu yang menjalani sesuka keinginanmu.Aku juga punya perasaan.Andai saja mas Zaid masih hidup,mungkin aku tak sesakit ini.Memikirkan masalah membuat selera makan aku jadi hilang."
"Suamimu sudah mati.Buat apa kau membandingkan aku dengan dia?Tentulah aku yang paling baik.Aku mau menikahi janda seperti kau.Coba kau lihat!Di luar sana mana ada pria setampan dan sekaya aku yang mau menikahi janda beranak satu seperti dirimu?Seharusnya kau bersyukur bukan mengeluh.Kau tak perlu khawatir semua kebutuhanmu pasti aku penuhi kecuali satu,nafkah batin.Aku tak sudi menyentuh janda sepertimu.Bukan level orang terkaya seperti aku.Kalau aku mau di club malam juga banyak gadis seperti kau,janda bolong."Ucap kasar Zian
Tubuh Zia merasa gemetar.Tangisan pecah menghiasi kamar yang begitu indah dengan masih melekat taburan bunga mawar di kasur miliknya tapi tak seindah dengan harapan.Harapan ingin memiliki pernikahan yang saling menerima kekurangan pasangan.Yang lebih sakitnya,Zian malah menyamakan dia dengan wanita malam di sana.Zia bukan gadis seperti itu.Bahkan ia belum merasakan surga duniawi yang biasa orang katakan.
Zia tak mampu menjawab lagi.Rasa sakit hati seperti tertusuk belati menusuk relung hati.Zia hanya melihat Zian pergi dalam keadaan emosi.
"Kau tega mas?Hatimu terbuat dari apa?Begitu kerasnya kau."Gumam batin Zia.
Tak lama pelayan hotel datang mengantarkan makanan.
"Permisi Nona.Saya mau mengantar makanan pesanan dari tuan Zian."Pelayan meletakkan makanan di meja kamar lalu pergi dan menutup pintu.
Zia dengan terpaksa memakannya.Rasa hambar melekat di lidah.Selera makan menghilang serta semangat menjalin Rumah tangga menghambur tanpa kiasan tak bermakna.
Besoknya Zian dan Zia bersiap untuk pulang ke mension pribadinya.Tanpa ucapan atau bertegur sapa.Zia hanya bersikap dingin.Dirinya duduk memaling wajah memandang keadaan di luar sana.
Melihat Zia bersikap dingin,Zian merasa kesal.Jika Zia bersikap seperti ini sudah pasti neneknya akan curiga pada mereka.
Zian menghentikan mobil secara mendadak hingga pelipis Zia terbentur.
"Awww."Zia memandang tajam Zian.Zia tak ingin suaminya yang kasar mengatur hidupnya lagi.Udah cukup perlakuan kasar padanya.Jika hari ini akan berpecah belah,berpecahlah.Dia tak mau pria di sampingnya ini menganggap dia gadis yang lemah dan tak punya harga diri.Bagi Zia,mempertahankan harga diri lebih di utamakan dari pada pria di sampingnya itu menginjak-nginjak sesuka hatinya.
"Ada apa denganmu?Sedari tadi kau diam saja.Tersenyumlah!"Perintah Zian mengusap puncak kepala Zia dan mencubit hidungnya.
"Tersenyum,Kau bilang?Apa akal sehatmu udah hilang?"Zia membuka pintu mobil lalu keluar.Dia berdiri di pinggir jalan sambil mencari angkutan umum.
Dengan cepat Zian menarik tangan dan memaksa Zia masuk ke dalam mobil.Salah satu supir angkutan keluar lalu memandang keduanya.
"Ada apa ini?"Zian melepas genggaman lalu berpura tersenyum dan mencium pipi Zia.
Sang supir angkutan menggeleng kepala melihat ulah mereka.Sementara Zian tersenyum puas sudah berhasil menggelambui Pak supir barusan dengan drama romantisnya.
Zia mengelap ciuman itu dengan hijabnya.Dia merasa jijik melihat ulah suaminya yang sak romantis itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐
kalau diijinin pingin rasanya nendang itu lelaki😁😁
2022-01-05
0