Arkan datang mencari Zia karna ada yang ingin ia tanyakan masalah kepergian Zian mendadak ke Turkey dan menyerahkan masalah perusahaan kepadanya selama dia di sana.
Arkan berkeliling di koridor Rumah Sakit tapi tak menemui Zia.Rasa lelah dan haus memutuskan dia menuju ke kantin untuk sekedar melepas dahaga.
Dia tersenyum saat memandang Zia sedang duduk berhadapan dengan seorang gadis yang sepertinya ia sangat mengenalinya.
"Zia?"Pekik Arkan lalu berjalan ke arah Zia.Zia terlihat datar tak begitu senang kehadiran asisten suaminya itu.Tidak dengan gadis di depannya yang mengulum senyum memutar kepala melihat arah suara itu.
Mira menunduk lalu tersipu malu."Mira?Kamu kenal sama Zia?"
"Iya mas.Zia ini sahabatku."Dengan terkekeh sambil menatap Zia yang hanya diam saja.
"Zia,boleh aku duduk?"
Mira menggeser lalu menyuruh Arkan duduk di sampingnya.Arkan terlihat tenang namun cemas saat mendapati raut Zia tak bersemangat.
"Apa kau sakit lagi?"Zia menggeleng tak menjawab pertanyaan Arkan.Dia sudah menebak,kehadiran Arkan pasti ingin menanyakan tentang Zian.
"Mau apa kau ke sini?Jika ingin bertanya tentang Zian sebaiknya kau pergi dari sini."Usir Zia yang tak ingin menambah rasa sakitnya pada Zian.
"Aku ingin bertanya alasan Zian ke Turkey ada apa?"
"Zian ingin bulan madu bersama istri mudanya,Clara."Ucap asal Mira.Mira hanya menebak saja tanpa mengetahui sebenarnya.
"Yang di katakan Mira itu benar."Zia meletakkan uang dan pergi.Yang tersisa tinggallah Mira dan Arkan.
Mira merasa kasihan pada Zia.Dia memcoba mengajak kerja sama untuk membuat Zian mencintai Zia.Zia memutuskan duduk di meja pojok sana.Sementara Arkan tetap di kursi yang tadi.Keduanya hanya saling berbicara lewat ponsel agar Zia tak mencurigainya.
"Mas Arkan ada rencana gak?"
"Maksudmu rencana apa?"Arkan memesan dua minuman.Keduanya duduk saling berjauhan.
Kemudian pelayan kantin datang membawa minuman segar menuju ke arah Arkan yang sedang fokus pada ponselnya.
"Yang satunya tolong antar di meja sana saja."
"Baik Pak."Ucap pelayan kantin
Mereka hanya saling berbicara lewat chat.
"Rencana untuk Zian?"
"Tapi bagaimana caranya?"
"Aku punya rencana agar Zian tak bisa berkutik pada istrinya."
"Apa?"
"Buat Zia hamil.Jangan piktor dulu."
"Iya.Lalu?"
"Lalu apa?"
"Lalu kapan rencana di jalankan?"
"Tunggu Zian pulang dari Turkey."
"Oke."Jawab Arkan lalu meletakkan ponsel.Arkan menggeleng kepala melihat Mira meneguk minuman dengan cepat tak bersisa.Kemudian menyusul Zia ke kamarnya.
*****
Zian sedang merasa bersalah memperlakukan Zia sekejam itu.Sungguh dia tak tega melihat reaksi Zia.Saat ia mengatakan bahwa dirinya mendua bahkan menikah sebelum dengannya.
Zian tak punya pilihan selain menuruti Clara yang dahulu mengisi hatinya tanpa restu sang nenek yang membesarkan dia dengan penuh kasih sayang.Zian juga tak bisa melepaskan Zia,gadis yang sudah begitu sabar menghadapinya.Sudah banyak luka yang ia tancap pada hati istri keduanya itu.Meskipun ia selalu mengirim uang untuk Zia dan Nayla sebagai tanggung jawabnya.Zian baru menyadari saat Arkan mengirim foto Zia yang semakin kurus memandang Nayla belum sadarkan diri.Jiwanya meronta seakan ingin kembali menemui Zia.Salah satu alasan untuk memberi pilihan pada Zia bukan karna dia tak rela berbagi harta melainkan rasa cinta mulai tumbuh menghancurkan egonya.
Clara datang menemui Zian yang sedang besandar di ranjang sambil memandang ponselnya.
"Mas,ayolah kita jalan-jalan.Sudah dua hari kita hanya duduk di hotel saja."
"Maaf aku lagi gak bersemangat."Zian berbaring lalu menutup tubuhnya dengan selimut seolah-olah dia sedang sakit.Dia menahan air mata yang ingin keluar.Ada rasa penyesalan terdalam.Menelantarkan Zia begitu saja.
Pov Zian
Zian mengenggam tangan Zia dan mengecup lembut pundak tangan Zia.Zia tersenyum lalu terharu memandang dalam wajah suaminya.
"Mas,kamu beneran sudah menerima pernikahan ini?"Zia bertanya lagi untuk meyakinkan hati melihat perlakuan khusus Zian kepadanya.
"Tentu sayang.Kenapa tidak?"Zian mengusap pundak Zia.
Zia memeluk dalam Zian.Zian tak menyadari bahwa ini hanya rencana Zian agar Tamara tidak curiga.Bulir-bulir membasahi pundak Zian karna air mata mengalir deras dari pelupuk mata istrinya.
Sejak itu,Zia merubah sikapnya.Biasanya ketus ia merubah lembut kepada Zian.Bahkan ucapannya itu selalu bermakna buat Zian.Memang keduanya belum sempat melakukan hubungan layak suami istri karena palang merah.
Zia setiap pagi menyediakan sarapan.Berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk suaminya.Zian juga tak menyangka jika secepat ini Zia mengetahui kalau selama ini ia hanya berpura-pura menerima.Kini Zian termakan pada ucapan dan jebakannya sendiri.Dirinya tak bisa melupakan Zia dari pikiran.
*****
Keesokannya Zian mengisi pakaiannya di travel.Clara sontak kaget melihat sikap Zian mendadak ingin kembali ke Indonesia.
"Mas,kamu mau ke mana?"Clara kesal dan menahan travel milik Zian.
"Aku mau menemui Zia?Dia itu istri aku juga.Sekarang ini dia sangat membutuhkan aku."Clara menarik tangan Zian.
"Aku tidak mengizinkan.Kau kan sudah berjanji padaku untuk jalan-jalan."Zian melepas paksa tangan Clara yang menempel di lengannya.
Zian pergi meninggalkan Clara lalu menuju Bandara.Sepanjang perjalanan dia memikirkan Zia.Arkan memang sengaja mengirim foto Zia untuk melihat reaksi Zian.Apa peduli atau masih melanjutkan bulan madunya dengan Clara.
Arkan tersenyum puas melihat chat di whats'up terlihat conteng biru menandai pesan di baca penerima.
"Aku pengen lihat reaksimu,Zian?"Umpat Arkan lalu mengirim foto Zia sedang mengobrol dengan seorang dokter.Terlihat tatapan dokter muda itu tertarik pada Zia.
Zian melihatnya tentulah kepanasan.Lalu Arkan melacak kembali apa Zian masih di Turkey atau Indonesia.
Arkan terpelongo saat mendapati Zian sudah di lokasi Rumah Sakit.Arkan mengulum senyum puas lalu menyuruh Mira untuk mengajak Zia bertemu dengan dokter muda itu.
"Zia,tadi aku lihat dokter Fahri mencarimu untuk menjelaskan penyakit anakmu?"Mira menarik tangan Zia untuk menuju ke kantin.Mira sudah melihat sang dokter menuju ke kantin untuk makan siang.
"Kalau mau ketemu dokter,mengapa harus ke kantin?"Zia merasa aneh pada sikap Mira yang kocar kacir.
'Hah,itu dia dokternya.'Mira berpura-pura berjalan di meja Fahri yang sedang menikmati makanannya.Suapan Fahri terhenti saat melihat Zia dan Mira juga memesan makanan.
"Selamat siang dok."Ucap Mira lalu duduk di depan dokter Fahri.Zia hanya menggeleng kepala melihat ulah sahabatnya."Mir,kalo mau duduk itu mintak izin dulu sama orangnya.Itu gak sopan."Zia menarik lengan Mira untuk berdiri dan mencari meja lain.
Bersambung
Jangan lupa,like,comment,and gifs nya😁😂
Jangan lupa juga klik love agar dapat notifikasi updateku..😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments