Belakang mansion utama sangat luas hingga beberapa lahan menjadi tempat landas helikopter milik keluarga Mexmar.
Setelah Max menghubungi Omar, maka mereka semua segera datang untuk melihat keberhasilan Max beserta tim nya. Helikopter pertama telah terlihat dan akan segera mendarat, pendaratan pertama keluar Max dengan kacamata hitam nya disusul oleh beberapa anak buah nya membawa barang penyeludupan mereka dibantu oleh beberapa tim A keluarga Mexmar. Dikeluarga Mexmar terdiri dari 3 Tim dengan kapten di masing-masing tim.
Mereka semua bersorak gembira dan langsung ingin merangkul Max tetapi tangan Max menjulur kedepan untuk memberhentikan langkah mereka yang membuat seluruh yang berada disana merasa heran.
"Ada apa Max?" Tanya Brees.
"Berapa banyak yang tewas?" Tanya Brees yang sudah mengerti.
Max tidak menjawab dan juga tidak melepaskan kacamata nya karena sudah pasti mata nya yang masih memerah, terlihat helikopter kedua telah mendarat dan terlihat Volker beserta timnya sedang menurunkan box berisi jenazah.
"Vincent, siapkan tempat pemakaman!!" Perintah Brees dengan lesuh.
"Siap tuan besar." Ucap Vincent kapten tim A dan langsung membawa tim nya untuk terus mengerjakan dengan cepat agar segera selesai.
"Om Omar segera cari tahu tentang keberadaan mafia gadungan tersebut, malam ini juga kita hancurkan semuanya." Perintah Max dengan raut wajah yang sangat murka dan mereka sudah paham ketika Max tidak membuka kacamata tersebut sudah dipastikan mata nya saat ini memerah dan sangat tersulut amarah.
"Siap Max, tetapi setelah pemakaman selesai baru kau lanjutkan pertempuran ini," sahut Omar.
"Ayah, sudah bisa periksa barangnya, aku ke kamar sebentar!!" Ucap Max.
Brees memperhatikan putra nya, jika ada yang meninggal saat melakukan misi bersamanya sudah dipastikan dia akan mengurung diri nya di dalam kamar. Brees yakin pasti trauma masa lalu nya selalu muncul saat melihat ini semua, dan kebencian itu akan terus berlipat ganda. Brees ingin memberhentikan dan menghilangkan dendam yang ada di dalam diri Max agar tidak terus menyakiti dirinya, tetapi semua terlambat tidak ada yang bisa meredam kebencian yang sudah terlanjur mendarah daging tersebut.
Max tidak ikut hadir di dalam pemakaman, sudah seratus manusia yang sudah mengajak nya untuk pergi ke pemakaman tetapi tidak dia pedulikan. Max membuka kacamata nya dan menyusun strategi untuk kembali ke negara x menyerang kediaman mafia gadungan tersebut. Setelah selesai menyusun strategi dia menghampiri paman Omar yang berada di dalam ruangan bersama ayah nya.
Meletakkan kertas rencana nya di meja Omar dan langsung duduk di sofa. Omar langsung memeriksa gimana strategi yang dia buat, menurut Omar ini strategi yang bagus tetapi tidak bisa kalau Max sendiri yang menjadikan diri nya sebagai umpan.
"Ini terlalu berbahaya, pikirkan lagi dengan kepala dingin Max. Aku curiga dengan mafia ini jika dia hanya mafia gadungan tidak mungkin dia mengirim umpan agar kita menghancurkan mereka. Dari yang kau jelaskan tadi kalau kapten dari tim mereka mengenal dirimu. Sudah dapat kita simpulkan bahwa dia hanyalah umpan, dan memberikan infomasi palsu terhadap kita. Ini hanya provokasi antara keluarga mafia, kita harus mencari tahu terlebih dahulu siapa dalang dibalik ini semua." Tutur Omar dengan detail.
"Benar nak, kita harus merapatkan ini semua dan Omar aku ingin Saguna berada disini dan ikut serta dalam rapat kali ini." Perintah Brees yang langsung di setujui oleh Omar.
Waktu masih menunjukkan pukul 10.00 pagi, Max merasa dirinya selalu kesepian jika tidak menjalankan misi yang membuat nya lupa akan kekosongan ini. Setelah selesai sarapan Max pergi ke brankas belakang tempat seluruh senjata di simpan, barang penyeludupan mereka adalah senjata senjata terbaik. Mereka terus mengumpulkan senjata sebelum perang yang sesungguhnya dimulai. Max mencoba salah satu Senapan terbaik itu dan mencoba nya di ruang percobaan, Max mencoba nya ketempat yang tidak dapat ditembus peluru, peluru hanya dapat tersangkut di benda tersebut. Dengan fokus dan konsentrasi nya Max mengarahkan pistol tersebut ke arah tepat sasaran nya. Dan melepaskan pelurunya tetapi ternyata peluru tersebut berhasil menembus benda yang disebut anti peluru itu, hingga membuat Max takjub.
"Ternyata ini yang menjadi perebutan?" Tanya Max sambil melihat lihat senapan tersebut.
"Wajar aja, sebagus ini dan sekarang kau akan menjadi milik pribadiku!!" Ucap nya dengan seringai.
Drrrttt...
Drrrttt....
Max mengambil handphone yang diletak di meja memperhatikan siapa yang menelephon ternyata adalah Saguna.
📞
"Hmm" dehem Max.
"Kenapa kau terus melibatkan aku?" Tanya Saguna.
"Kenapa? Kenapa harus ada pertanyaan?" Tanya balik Max dengan dingin.
"Terjun kedalam nya mungkin kau akan menemukan semua dari pertanyaan konyol dirimu itu, stop jadi munafik. Aku tau kau ingin ikut terjun kedalam tetapi ada sesuatu yang membatasi mu aku gak akan bertanya lebih dalam tentang masalahmu tetapi kau tetap ditakdir kan disini sejauh apapun kau lari." Tegas Max.
"Apa kau tidak pernah berfikir tentang masa depan mu?" Tanya Saguna.
"Masa depanku ada disini, begitupun masa depanmu!!" Ujar Max.
"Cihh," geram Saguna.
"Mau mengajukan pertanyaan konyol lain lagi?" Tanya Max tertawa.
"Siapkan jamuan yang istimewa aku berangkat 30 menit lagi," ucap Saguna dan mematikan telephonnya.
"Dasar Saguna bodoh," ucap Max dengan tertawa.
-----~°~-----
Ruang rapat tertutup yang hanya dihadiri dengan anggota inti saja. Terlihat Max, Brees, Omar. Tetapi Saguna belum juga terlihat, mereka masih menunggu kehadiran Saguna.
"Cihh, dasar anak itu ya." Geram Omar.
"Sabar paman!" Max menenangkan.
30 menit sudah berlalu tetapi kemunculan Saguna masih menjadi pertanyaan, Max merasa bosan dengan keheningan yang tercipta begitu saja di dalam hingga memutuskan keluar ruangan.
"Dari dulu tetap aja Saguna bodoh," kesal Max.
"Na na na" senandung max dengan tidak jelas.
"Tuan muda apa sudah selesai rapat nya?" Tanya Sien seorang dokter pribadi keluarga Mexmar yang berada di ruang tamu.
"Saguna buat kacau, mau aku bogem kepala nya pakai batu besar kalau ketemu." Jawab Max.
"Dia belum datang juga? Kalau berangkat pukul 11 tadi sudah dipastikan pukul 06.00 sore sudah sampai ke Indonesia." Ucap paman Sien dan berfikir.
"Saya kenal Saguna, dia tidak akan ingkar janji." Tutur paman Sien.
"Yaudah aku keluar dulu paman," ucap Max dan berjalan menuju keluar pintu utama.
Saat pintu utama terbuka badan dan wajah Max langsung penuh dengan bersimbah darah terkena cipratan darah yang dikeluarkan oleh tubuh seseorang yang tersungkur dihadapan nya.
"Cih, sialan." Umpat Max.
Max langsung memperhatikan tubuh yang tersungkur tersebut dan kembali menatap kedepan menyusuri tempat untuk mencari pelakunya tetapi mata Max tidak menangkap bayangan apapun. Dan segera menggunakan kaki nya mendorong tubuh tersebut untuk memperlihatkan wajahnya.
"SAGUNA." Ucap Max penuh amarah.
Dan menekan tombol yang berada di jam nya yang menghubungkan dengan alarm darurat mansion utama.
"KEHALAMAN DEPAN SEKARANG JUGA." perintah Max dengan tersulut amarah.
Semua penguni mansion yang mendengarnya segera berlari menuju depan dengan tergesa-gesa karena kemarahan Mata Merah adalah yang paling mereka takuti.
Paman Sien yang dekat dengan halaman depan langsung berlari dan melihat Saguna tidak berdaya di ambang pintu lalu melihat tubuh Saguna yang sudah tidak berdaya. Dan langsung meriksa keadaan Saguna yang ternyata masih bernafas.
"Vincent bawa Saguna keruangan saya sekarang juga," ucap nya dengan panik dan berlari diikuti oleh Vincent dan Volker yang ikut membopong tubuh Saguna.
Mereka semua tersulut amarah dan tidak ada yang bisa menenangkan Max saat ini.
"DIMANA PENJAGA DEPAN?" tanya Max dengan teriak.
"Maaf tuan muda saya dan tim B yang lainnya sedang berjaga di sekitar sini tetapi tidak ada kejadian atau hal yang mencurigakan, hingga kami berpencar keseluruh mansion utama." Ucap Will dengan gemetar.
Bugh..
Bogeman mentah melayang tepat di wajah nya. Max terus melayangkan pukulan demi pukulan kepada Will selaku kepala kapten tim B. Aturan di keluarga Mexmar ketika di hajar dengan keluarga inti Mexmar karena melakukan kesalahan fatal ataupun tidak tetap harus melawan nya, dan mempertahankan diri nya agar tidak tewas dan setelah pertarungan selesai maka yang salah wajib mendapatkan hukuman lain. Itu adalah aturan tidak tertulis tetapi harus dipatuhi oleh seluruh anggota Mexmar.
Maka sebab itu Will terus melayangkan pukulan juga ke arah Max, hingga pertarungan semakin menjadi.
Brees yang menyaksikan nya tidak dapat berbuat apapun karena ini adalah peraturan yang wajib dipatuhi, karena kelalaian penjaga menyebabkan Saguna hampir meregang nyawa jika saja Max tidak pergi keluar.
Semua yang berada dihalaman depan menunduk kecuali Omar dan Brees.
"Apa tidak sebaik nya ini kita hentikan saja tuan besar, kemarahan Max kali ini diluar kendali jika dia terus bertarung dengan Will maka tidak dapat kita hindari kalau Will akan tewas di tangan Max yang akan membuat nya menyesali seumur hidup nya!" Saran Omar.
"Kau benar Omar, aku tidak ingin Max semakin terkubur dengan dendam dan rasa bersalah nya lagi," sahut Brees.
"Volker, Zeroun, Vincent segera berhentikan pertarungan mereka!" Perintah Brees.
"Siap tuan besar," ucap mereka dan segera berlari untuk melerai pertarungan itu.
Tentu saja satu orang cukup untuk memberhentikan Will karena dia tidak ingin pertarungan ini, tetapi dua orang kesusahan merendamkan emosi dan menahan tubuh Max.
"Max stop, kalau kau tidak ingin merasa menyesal karena telah membunuh keluargamu." Ucap Brees tegas.
Ucapan Brees tersebut berhasil membuat runtuh keinginan Max untuk menghajar kembali Will dan menatap Brees dengan tatapan tidak dapat ditebak karena mengingat masa lalu nya. Dan mengacak rambut nya frustasi dan beralih menatap Will yang juga sedang menatap dirinya dengan wajah bersalah. Max langsung berjalan menuju parkiran mobil dan keluar dari perkarangan mansion tersebut untuk menenangkan dirinya.
Dia terus memukul setir dan mengacak rambut nya frustasi karena hampir saja dia akan membunuh keluarga nya untuk kedua kali nya. Max memakai kacamata nya untuk menutupi mata merah nya lalu menghidupkan sebuah lagu untuk menetralisir kan hati nya.
Bersambung....
-----~**°~-----
Hai para kesayangan author mohon dukungannya yaa buat karya kedua authorrrr.
saya ucapkan beribu terimakasih kepada yang sudah ikut mendukung karya ini! dukungan bisa berupa like,komentar,vote,hadiah, bintang 5. intinya mohon dukungannya yaa semua**!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
C a l l i s t o ®
Aku penasaran kok matanya mudah memerah.. kalo anime keren ya, tp kalo ini kan cerita bukan genre fantasi ya, jadi imajinasi karakternya kalo aku bayangin mata memerah itu malah kayak mata yg iritasi jd keliatan ga keren dikit² iritasi 🤧
2024-11-25
0
Kartika Septawiyati
semangat berkarya thor, love you sehat terus💙💙💙
2022-11-10
0
Sumawita
favorit ceritanya
2022-04-23
0