Judaiyaan ('Till Death Do Us Apart)
aku bagai daun kering
yang terjatuh tersapu angin
aku ingin kembali
menjadi diriku yang dulu
tapi pasti tak akan bisa
......***......
Zoya Arora, gadis cantik berusia 20 tahun, putri dari Yash Arora dan Alamanda, yang selama hidupnya tinggal di desa terpencil bernama Jhansi yang jauh dari dunia luar. Ayahnya sengaja mengasingkan Zoya agar ia tak ditemukan oleh keluarganya, karena keluarga Arora tak menyetujui hubungan Yash dan Alamanda.
Zoya kecil tumbuh bersama dengan kerabat jauh Yash, bernama Delina yang sudah menganggap Zoya sebagai putrinya sendiri.
Sedang Yash, ia hanya sebulan sekali mengunjungi Zoya karena ia tak mau keluarganya curiga tentang keberadaan Zoya.
Yash tak menikah lagi setelah Alamanda meninggal saat melahirkan Zoya. Ia sibuk mengurus bisnis dan perusahaannya. Namun sedetikpun ia tak pernah melupakan Zoya yang tinggal jauh darinya.
Di suatu malam setelah Yash mengunjungi Zoya, tiba-tiba mobilnya mengalami kecelakaan dan ia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Yash ternyata menitipkan surat wasiat kepada Daniel, pengacara keluarga Arora, yang isinya adalah semua harta dan perusahaan miliknya akan ia berikan pada Zoya.
Daniel menyampaikan pesan dari mendiang Yash kepada Akash, ayah Yash yang juga kakek Zoya.
Akash memerintahkan Daniel untuk mencari Zoya. Namun ternyata butuh waktu yang cukup lama untuk menemukan keberadaan Zoya.
Selama enam bulan, Daniel mencari Zoya dan akhirnya berhasil menemukannya lewat sebuah surat yang dikirimkan Delina, bibi Zoya kepada Yash.
Tanpa berlama-lama, Daniel segera menuju ke desa Jhansi dimana Zoya tinggal. Delina terkejut karena ada orang asing yang bisa datang ke tempat tinggalnya bersama Zoya. Pasalnya tempatnya tinggal adalah desa terpencil yang bahkan tidak tersentuh oleh modernisasi peradaban.
"Nama saya Daniel Hazar. Saya adalah pengacara keluarga Arora. Saya harus bertemu dengan Nona Zoya Arora," terang Daniel tanpa berbasa-basi.
"Zoya sedang tidak ada di rumah. Dia sedang mengajar. Kalau boleh saya tahu, dari mana Anda tahu alamat ini?" tanya Delina.
Daniel memberikan surat yang Delina kirim kepada Yash. Delina terkejut karena surat darinya ada di tangan Daniel.
"Ini surat dari Anda?" Tanya Daniel.
"Iya, ini surat dari saya. Tidak biasanya Yash tidak mengunjungi Zoya. Sudah enam bulan ini dia tidak kemari. Makanya saya berinisiatif mengirim surat kepada Yash."
"Mohon maaf, saya kemari juga karena ingin memberitahu mengenai Tuan Yash."
"Ada apa dengan Yash?"
"Tuan Yash sudah meninggal dunia enam bulan lalu dalam kecelakaan mobil."
Bagai di sambar petir di siang bolong, Delina sangat terkejut mendengar kabar kematian Yash.
"Apa?!" Sebuah suara membuat Daniel dan Delina mengarah ke pemilik suara.
"Zoya?!" Delina makin terkejut karena ternyata Zoya mendengar percakapan antara dirinya dan Daniel.
Gadis cantik berambut panjang itu terkulai lemas dan menangis histeris.
Daniel yang melihat Zoya begitu sedih kehilangan ayahnya, mencoba membantu Zoya berdiri dan membawanya duduk ke sofa.
"Mohon maaf, tolong lepaskan tangan Anda," ucap Zoya pada Daniel dengan suara lembutnya. Zoya tidak terbiasa berdekatan dengan lawan jenis seperti ini.
"Ah iya, maafkan saya." Daniel merasa gugup saat meminta maaf.
"Kita baru saja bertemu, jadi sebaiknya jangan sembarangan menyentuh saya," ucap Zoya lagi.
Daniel merasa malu sekaligus tak enak hati pada Zoya. Ia pun meminta maaf lagi.
"Maafkan saya."
Zoya duduk di sofa dengan memeluk Delina. Belum habis air matanya untuk menangisi kepergian sang ayah.
...…***…...
Malam pun tiba,
Zoya memandangi foto ayahnya yang nampak masih gagah di usianya yang sudah separuh abad. Ia tak menyangka jika akan kehilangan sang ayah secepat ini.
Air matanya mulai kering, namun kesedihan masih nampak di wajah putihnya.
Zoya memutuskan menemui Daniel yang masih duduk di sofa ruang tamu.
"Lalu, ada perlu apa Anda datang kemari selain untuk mengabarkan kepergian ayah saya?" tanya Zoya
Daniel menatap Zoya yang duduk di depannya. Wajah cantik Zoya tak luput dari campur tangan ibunya.
Daniel menatap Zoya lekat-lekat. Daniel mengagumi wajah cantik nonanya ini. ia bagai tersihir olehnya.
"Kenapa Anda hanya diam?" Zoya bertanya lagi pada Daniel.
"Dia sangat cantik, dan sikapnya sangat sopan", batin Daniel.
"Saya datang kemari membawa pesan dari Tuan Akash."
"Tuan Akash?" Zoya mengerutkan dahinya.
"Tuan Akash adalah ayah Tuan Yash. Yang tak lain adalah kakek Nona."
"Apa?" Zoya terkejut. Selama ia mengenal ayahnya, sekalipun ayahnya tak pernah bercerita tentang keluarganya.
"Tuan Yash meninggalkan surat wasiat untuk Nona Zoya." Daniel menyerahkan sebuah map kepada Zoya.
Dengan ragu Zoya membuka map yang berisikan sebuah surat. Zoya membaca dengan seksama surat yang ditulis oleh ayahnya.
Air matanya kembali mengalir usai membaca surat dari sang ayah. Delina menenangkan Zoya dengan mengelus pundaknya lembut.
"Apa maksud surat ayah ini, Tuan?" tanya Zoya.
"Jangan panggil saya 'tuan', panggil saja Daniel." Daniel mengkonfirmasi.
"Maaf. Tolong jelaskan pada saya, Daniel."
"Tuan Yash menulis sebuah wasiat untuk Nona. Yang isinya adalah Nona berhak atas semua harta milik Tuan Yash termasuk juga perusahaan."
"A-apa? Bagaimana bisa?"
"Tentu saja bisa. Karena Nona adalah putri Tuan Yash satu-satunya."
"Mohon maaf, Nak Daniel..." Delina ikut berbicara.
"Tapi selama ini Zoya tidak pernah belajar tentang perusahaan atau apapun yang berhubungan dengan bisnis.
Bagaimana bisa nanti dia memimpin sebuah perusahaan?"
"Karena itulah saya datang kemari. Saya ingin membawa Nona Zoya ke rumah keluarga Arora. Dan disana nanti Nona Zoya bisa belajar tentang bisnis dan perusahaan."
"Eh? Bagaimana ini, Bu?" Zoya menatap Delina yang sudah seperti ibu baginya.
"Jika kau merasa yakin, maka pergilah. Ini adalah wasiat mendiang ayahmu. Ibu bukanlah siapa-siapamu. Tapi
kau memiliki keluarga diluar sana."
"Tuan Akash saat ini sedang sakit,” imbuh Daniel.
"Apa?"
"Kakek Nona membutuhkan Nona disampingnya. Sejak kepergian Tuan Yash, Tuan Akash sering sakit-sakitan. Beliau merasa bersalah karena selama ini tak pernah bertemu dengan cucunya."
"............" Zoya tak tahu harus menjawab apa.
"Nak Daniel, ini sudah malam. Sebaiknya Nak Daniel menginap disini saja. Perjalanan malam hari cukup berbahaya."
"Baiklah, Bu. Nona, tolong pikirkan dengan baik. Jika Nona setuju, bereskan barang-barang Nona lalu besok ikut dengan saya."
Zoya menganggukkan kepala tanda ia mengerti.
...…***…...
Keesokan harinya, Zoya sudah merapikan barang-barangnya kedalam tas besar. Ia menatap Delina yang sudah dua puluh tahun menjaga dirinya.
Memang ada rasa berat dihati Delina. Tapi, gadis cantik didepannya ini tetaplah bukan putrinya. Ia harus merelakan Zoya untuk kembali pada keluarganya.
Zoya memeluk Delina erat sebelum ia pergi.
"Kirimkanlah surat untuk Ibu ya." Pesan Delina pada Zoya.
"Iya, Bu."
Zoya masuk ke dalam mobil. Perjalanan panjang siap Zoya tempuh. Ini adalah pertama kalinya ia pergi dari desa tempat ia dibesarkan.
Saat mulai memasuki kota kecil bernama Sargha, Zoya mulai takjub dengan gedung-gedung tinggi yang menjulang seperti menantang langit.
Daniel tersenyum kecil melihat tingkah aneh Zoya.
"Wajahnya memang cantik, tapi dia benar-benar masih lugu dan polos," batin Daniel.
Setelah menempuh perjalanan sekitar empat jam, mereka tiba di sebuah landasan pesawat di kota Sargha dan melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat jet pribadi yang sudah disiapkan oleh Daniel menuju ke kota Karachi. Kota dimana keluarga Zoya berada.
Zoya terlihat ragu. Ia tidak pernah sekalipun menaiki pesawat terbang.
“Jangan takut! Semuanya aman dan tidak akan terjadi apapun. Naiklah, Nona!” ucap Daniel.
Zoya mengangguk paham kemudian masuk ke dalam pesawat jet pribadi milik keluarganya itu.
*
*
*
Mereka tiba di kediaman Arora sudah hampir tengah malam. Zoya tertidur didalam mobil.
"Nona! Sudah sampai. Bangun, Nona!" Panggil Daniel pelan.
Zoya menggeliat pelan. "Heh? Apa?! Sudah sampai ya? Maaf aku ketiduran."
"Tidak apa, Nona. Oh ya, ini sudah hampir tengah malam. Tuan Akash sudah tidur pastinya. Nona menyapa beliau
besok pagi saja. Sekarang saya akan antar Nona ke kamar Nona."
Zoya masih berdiam diri di depan rumah mewah nan megah itu. Ia masih tak percaya jika dirinya akan tinggal di rumah sebesar ini.
"Nona! Mari masuk! Jangan diam disana!"
Daniel benar-benar tak tahu lagi bagaimana harus menghadapi Nona mudanya ini. Dia terlalu polos dan lugu.
"Ah, iya. Maaf Daniel."
Zoya mengekori Daniel. Mereka menuju ke lantai atas dengan menaiki lift. Dan lagi-lagi Zoya terheran-heran dengan kecanggihan teknologi di rumah besar ini.
"Ini kamar Nona."
Sebuah kamar dengan luas yang hampir sama dengan rumahnya di desa membuat Zoya kembali terpana.
"Nona istirahat saja dulu. Besok saya akan datang kembali."
Zoya mengangguk. Ia merebahkan dirinya di ranjang besar yang sangat nyaman. Zoya melihat sekeliling kamarnya.
Mimpi apa aku semalam? Kenapa tiba-tiba aku bisa ada disini?
Zoya memejamkan matanya. Berharap esok akan lebih baik lagi untuknya.
#bersambung
Hai genks, mamak kembali dengan kisah baru. sebelumnya kisah ini pernah ku UP disini tapi sudah kuhapus, namun kini re Up karena satu dan lain hal.
Maaf jika nama-nama yang ada disini dikenal oleh kalian, hihihi.
Semoga kisah ini bisa menghibur kalian semua.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya kesayangan 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Shautul Islah
aku baru mampir thor, mudah2an ngga membosankan
2022-02-11
1
D᭕𝖛𝖎𖥡²¹࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐
sukses mak
2021-12-30
1
Senja Merona🍂
novel baru Kak? 😍
2021-12-22
1